#TanyaPenulis: Morra Quatro

Morra Quatro adalah salah seorang penulis GagasMedia yang produktif dalam menghasilkan karya. Kini, Morra pun hadir kembali dengan novel terbarunya yang berjudul The Second Best.

Seperti novel-novel Morra sebelumnya, The Second Best juga menyuguhkan cerita yang pastinya bisa bikin kamu baper. Seperti apa kisahnya? Kamu bisa membaca bocorannya melalui #TanyaPenulis berikut ini.

Alvionita_alda: Apa sih niat pertama Kak Morra nulis cerita ini?

Miss.morra: kita hidup dalam budaya masyarakat yang takut single, takut jomblo, dan lebih baik punya pasangan biarpun nggak cinta-cinta banget. #thesecondbest menawarkan jawaban yang lebih jauh dari pandangan umum itu. Kalau kamu baca novelnya, kamu juga pasti mengerti.

Booknivore: Saat menulis novel The Second Best apakah Kak Morra ingin cepat-cepat menyelesaikannya atau sangat menikmati saat-saat menulis karena sulit melepas karakter-karakter (Gwen, Aidan) dalam novel ini?

Miss.morra: campur-aduk, sedih karena mereka harus dilepas—dan bab-bab terakhir saya selesaikan dengan perasaan sedih.

Kdestyayu: Dalam menulis novel, menurut Kakak lebih mudah ambil tokoh utama itu orang pertama, kedua, atau ketiga? Lalu, untuk menentukan judul lebih baik sebelum menulis cerita atau sesudah menulis cerita?

Miss.morra: suka POV 1, “aku” karena itu membawa tulisan kepada perasaan yang jujur. Tentang judul, biasanya ketemu di tengah perjalanan menulis.

Ikeanugrah: Kenapa sampulnya klasik banget sih, Kak? Kenapa akhirnya memutuskan milih objek sampulnya kaset, Kak, nggak yang lain?

Miss.morra: kaset ada Side A dan Side B. Kamu bisa pilih mau dengar side yang mana dulu… nah lama-lama kamu pasti tahu yang mana “the second best” dan mana yang “the one”.

Dewicita_: Apa arti pembaca buat Kakak? Seberapa spesial mereka di hati Kakak?

Miss.morra: Pembaca itu sangat spesial. Saya bersyukur punya pembaca yang cerdas-cerdas, justru saya yang bahkan sering belajar dari mereka… dari jenis buku-buku yang mereka baca, dan sebagainya.

Sebagai tambahan, begini, karya adalah sebagian dari diri kita yang dipublikasikan. Dan dalam bentuk tulisan, siapa diri kita bisa sangat terlihat. Saya bukan orang yang punya banyak teman, saya tak terlalu suka harus menjelaskan diri sendiri. Dan di dalam ritme pergaulan muda, ini sulit.

Tidak ada yang lebih mengenal saya daripada mereka yang membaca tulisan-tulisan saya dari awal sampai sekarang. Dan itu para pembaca. Orang-orang lain yang saya temui sehari-hari bahkan mungkin tak sedekat itu. Itulah pembanding sebesar apa arti pembaca buat saya.

Acm22r: Kak, apa ada tantangan terberat saat menulis novel ini? Oh iya, satu lagi, apa motivasi Kakak saat menulis novel ini?

Miss.morra: Tantangannya biasa; waktu, mengumpulkan kata yang tepat untuk emosi yang belum pernah dilukiskan orang lain, dan mungkin bagaimana menggambarkan keindahan musik secara verbal.

Motivasinya: mau bilang, know your heart, know your worth. Don’t settle for less than you deserve. Kita hidup dalam budaya orang-orang yang takut single, takut jomblo. Padahal berpasangan dengan yang tidak kita cinta juga mengakibatkan lebih banyak rasa sakit.

Fitrinurka: Ketika menulis novel The Second Best, di bagian manakah yang Kakak suka dan yang paling tidak suka dalam menulis cerita ini? Satu lagi, bagaimana cara Kakak menyampaikan ide cerita ini sehingga cerita ini tak terlupakan di hati para pembaca?

Miss.morra: Kalau kamu baca saat-saat ketika Gwen berbalik untuk menghadapi Aidan di depan panggung, itu keberanian dan kejujuran yang jarang. “Aku akan selalu cemburu pada apa yang aku tak tahu tentangmu.” Mungkin kalau kamu baca, kamu pun nggak akan lupa bagian itu.

Hazhwapuella.139: Kak Morra, ada nggak sih arti khusus dari pemilihan judul yang unik ini? Sempat nggak terlintas kata lain untuk dipakai sebagai judul?

Miss.morra: ada kata yang lain: Breakeven. Tidak dipakai karena tidak banyak yang ngerti, tapi The Second Best dipakai karena mewakili cerita, saya cukup puas.

My.booklicious: Kakak tipe penulis yang bikin outline dulu atau sebaliknya? Lalu, proses pengerjaan novel The Second Best ini berapa lama? Terakhir, sebelum dikirim ke penerbit, suka melakukan self-editing dulu atau nggak?

Miss.morra: Sebaliknya. Membuat outline biasanya meredam ide yang sedang “membara” padahal itu adalah saat-saat paling nikmat untuk menulis. Naskah biasa saya endapkan satu bulan sebelum dikirim, tentu diedit lagi, hingga sebisa mungkin editor tak perlu mengubah apa pun.

Shauqirri: Kak Morra, apa yang membuat novel ini menarik dan membedakan dari novel-novel lainnya?

Miss.morra: ini seperti kisah cinta segitiga… tapi bukan. Aidan dan Edgar tidak rebutan Gwen, mereka kelewat solid untuk itu. Gwen bukan perempuan yang ‘harus punya pacar’, dia tak mau “the second best”. Dia mau “the one”. Tapi hidup sering memojokkan kita untuk membuat pilihan yang paling berat, dan itu: SEMUA ORANG MENGALAMINYA.

Gevinelantra: Kenapa lebih seneng bikin cerita sad ending dibanding happy ending?

Miss.morra: realistic endings. Pada saatnya, perkara happy atau sad ending hanya soal sudut pandang. Ada keindahan bahkan dalam tiap kesedihan, bila kita mau memaknainya.

Ingin tahu lebih dalam tentang cerita The Second Best ini? Segera saja menuju toko buku terdekat atau unduh ebook-nya melalui PlayStore.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *