Romance adalah genre yang dinamis dan salah satu buktinya adalah kelahiran genre Baby Love ini. Tokoh utama perempuan adalah single mother, sedangkan tokoh laki-lakinya kelak akan menerima keadaan si tokoh perempuan dan juga anaknya—sebaliknya juga bisa.
Berikut adalah ketentuan pengiriman naskah yang masuk dalam kategori Baby Love:
• Panjang naskah 75-150 halaman A4, spasi 1, Times News Roman 12. Ingat lho, naskah yang sudah kamu kirim itu adalah naskah utuh (artinya: bukan naskah yang setengah selesai atau malah hanya beberapa bab saja)
• Kirimkan dalam bentuk print out (yang sudah dijilid rapi tentunya), sertakan sinopsis lengkap novelmu, plus form pengiriman naskah (Download di Sini!) ke:
REDAKSI GAGASMEDIA
Jl. Haji Montong No. 57, Ciganjur
Jagakarsa, Jakarta Selatan 12630
(KODE NASKAH: BABY LOVE—tulis di amplop naskahmu)
• Setiap naskah akan diproses langsung oleh redaksi. Waktu yang diperlukan 3-4 bulan, mengingat banyaknya naskah masuk setiap harinya. Harap maklum ya.
• Contoh novel Baby Love:
1. Baby Proposal (Dahlian & Gielda Lafita)
2. After Office Hours (Dahlian)
3. Promises, Promises (Dahlian)
Selalu ada kesempatan kedua bagi cinta. Novel-novel Baby Love akan memperlihatkan kepada pembaca seberharga apa kesempatan itu.
PLOT
Hampir mirip dengan konsep Mainstream Romance, pakem dalam Baby Love juga mengikuti prinsip Star Cross: artinya sejak awal tokoh utama perempuannya sudah di-set akan berjodoh dengan tokoh utama laki-lakinya. Tapi bagaimana kedua orang itu saling tertarik, jatuh cinta, dan memutuskan bersama… itu dia yang pembaca ingin tahu dari novelmu!
Bedanya dengan Mainstream Romance, sub genre ini lebih cenderung ke drama. Jangan heran kalau beberapa novel Baby Love menguras habis-habisan air mata pembacanya.
Jadi, pertimbangkan baik-baik juga soal ini saat membuat plot novel Baby Love-mu. Pilihlah konflik-konflik pasangan yang real, bahkan lebih baik lagi kalau berhubungan dengan si anak. Untuk meminimalisir kemungkinan mengada-ada, tak ada salahnya menghabiskan waktu sedikit lebih lama meriset kehidupan para single parent dan seperti apa mereka menjalani kehidupan sehari-hari.
SETTING
Perhatikan baik-baik teknik menulis kamu dan pilihan kata. Jangan sampai ‘tergelincir’ dan merusak imajinasi romantis pembaca. Baca buku-buku bergenre drama untuk meningkatkan sensitifitas kamu dalam menulis adegan drama.
Ciptakan suasana yang intens dan romantis dengan deskripsi yang baik, dan jangan lupa: location, location, location. Setting tempat yang mendukung cerita akan menjadi nilai plus buat naskah kamu.
Untuk nuansa romantis yang lembut pilih tempat-tempat ber-space luas, daerah pinggir kota misalnya. Kamu juga bisa memakai tempat dengan luas terbatas untuk mempercepat kesempatan romantis di antara kedua tokoh.
KARAKTER
Dalam genre romance, fokus utama cerita ada di kedua karakter utama, yang kelak akan jatuh cinta. Meskipun begitu, khusus di genre Baby Love, sudut pandang cerita akan lebih banyak disorot dari mata si tokoh perempuan—bahkan meskipun tokoh single parent-nya laki-laki. Alasannya sederhana, pembaca Baby Love (dan romance pada umumnya) adalah perempuan, dan mereka lebih tertarik membaca cerita yang familier dengan keseharian yang mereka hadapi.
DIALOG
Dialog yang baik merupakan penentu apakah si penulis bisa menulis dengan baik atau tidak. Dalam genre Baby Love, penulis harus bisa mengoptimalkan teknik menulisnya untuk membuat pembaca bisa merasakan chemistry antara kedua tokoh. Karena ini adalah cerita tentang tokoh yang sudah pernah menikah atau paling tidak merasakan pengalaman pahit dalam hidupnya (yang membuat dia kemudian jadi single parent), tentu saja semua elemen romantisnya jadi sedikit berbeda dengan Mainstream Romance. Tokoh single parent dalam novel Baby Love memiliki kesadaran bahwa dirinya sudah bukan remaja lagi, jadi lebih sulit untuk jatuh cinta. Sedikit menghindari flirting dan selalu mempertimbangkan anak dalam setiap keputusan. Di dialog, kecenderungan ini akan terlihat jelas.
LAIN-LAIN
Teknik ini udah bukan rahasia lagi—saking seringnya dipakai di film-film romantis Hollywood. Pastikan semua konflik (utama, sub konflik) sudah selesai di bab kedua sebelum ending. Tutup cerita dengan satu bab yang menggambarkan seperti apa pasangan novelmu menjalani hari-hari penuh cinta mereka. Misal: kalo fokus cerita kamu tutup dengan lamaran, mungkin di bab terakhir (+ 5 halaman) kamu menhadiahkan pembaca cerita tentang momen romantis yang terjadi saat pernikahan. Quote-quote manis akan sangat membantu di bagian ini.
Sepanas apa sih baiknya adegan seksi di Baby Love?
Untuk mempermudah bayangan level sensualitas di novel romance, GagasMedia memakai teori 12 Steps to Intimacy-nya Desmond Morris sebagai panduan. Ingat, untuk Baby Love ini, tingkat keintiman yang digunakan hanya sampai nomor 8.
1. Eye to body (deskripsi kekaguman saat pertama kali melihat pasangan)
Dari mata turun ke hati—begitulah cara paling simpel untuk menjelaskan level terendah dari sensualitas Desmond Morris ini. Contoh:
“Daniel?” panggilnya lembut.
Tapi laki-laki itu tak kunjung menoleh. Bahkan ketika Nadia berjalan pelan ke sofa empuk, tak jauh dari tempat laki-laki itu berdiri. Sosok tinggi dan atletis itu tetap di sana, bergeming seperti patung Yunani, dan membisu seperti batu. Sesuatu dari dalam diri Daniel membuat Nadia mendadak canggung. Dia lalu berdehem, sambil berusaha menawarkan perasaannya yang berdebar-debar.
“Daniel?” Dia memanggilnya lagi.
2. Eye to eye (saling bertatap mata)
Momen indah saat kedua orang yang jatuh cinta itu saling menatap. Contoh:
“Aku senang kamu ada di sini,” kata Devon sungguh-sungguh. Sesaat, mata mereka bertemu di udara. Waktu berhenti untuk mereka berdua.
“Aku juga,” aku Aria, tak berani berkedip barang sedetik pun. Dia tak ingin melewatkan saat-saat indah ini… sebelum Daniel meninggalkan Indonesia.
3. Voice to voice (percakapan romantis dengan pasangan)
Obrolan romantis, dari hati ke hati, adalah favorit sebagian besar pembaca romance. Bahkan, beberapa mengenangnya sebagai quote yang tak terlupakan. Contoh:
Alvin menarik napas panjang sebelum berkata, “Aku mencintaimu.”
Sebelum Dewi bereaksi atas ucapannya barusan, laki-laki itu buru-buru menempelkan telunjuknya di bibir perempuan itu. Setelah jeda beberapa saat, Alvin baru melanjutkan, “Aku tak bisa menjamin akulah yang kau inginkan. Tapi aku berjanji menjadi laki-laki yang kau butuhkan.
Dewi tak mampu berkata-kata. Matanya berkaca-kaca.
4. Hand to hand (berpegangan tangan dengan pasangan)
Sentuhan skin-to-skin (kulit bertemu kulit) dimulai sejak tahap ini. Dan cukup banyak juga cerita romantis dimulai dengan jabatan tangan. Contoh:
Untuk pertama kalinya, sejak sisa siang itu, Kania merasa tenang. Dia membiarkan Hadi memanjakannya di tempat tidur; memperbaiki letak bantal sehingga dia bisa menyandarkan tubuh dengan nyaman, membuatkan segelas teh melati. Setelah meletakkan cangkir berisi cairan hangat itu di bawah lampu meja, Hadi menggenggam tangannya dengan lembut. Jari-jari panjang laki-laki itu merangkul jari-jarinya seolah menjanjikan perlindungan—sesuatu yang bisa dia percayakan pada Hadi.
“Jangan mikir yang berat-berat dulu,” katanya, membelai punggung tangan Kania dan mengalirkan gejolak aneh di dalam dirinya. “Aku pengen kamu istirahat sepuasnya, biar pusingnya cepat sembuh.”
5. Arm to shoulder (menyentuh bahu pasangan)
Gestur romantis skin-to-skin masih berlanjut di tahap ini. Contoh:
Christopher menyentuh bahu Rachel dan gelenyar panas dengan cepat menjalari lengan sampai ke kuku-kuku tangannya. Padahal katanya kuku jari tak bisa merasakan apa-apa.
Rachel menggumam dalam hati, hanya karena Christopher tunangan kakaknya, bukan berarti dia kebal terhadap pesona laki-laki itu.
“Sudah malam,” ujarnya lembut.
6. Arm to waist (meletakkan tangan di pinggang)
Bayangkan adegan dansa, pelukan mesra dari belakang, atau momen ‘kecelakaan’ yang membawa pembaca ke suasana intens antar tokoh utama. Contoh:
Sejurus kemudian, Juliet menyesali kekeraskepalaannya. Menepis uluran tangan Romeo justru membuatnya terjerumus ke masalah yang lebih besar. Dia tergelincir di atas lantai marmer yang baru dipel itu dan laki-laki itu langsung sigap menangkap tubuhnya. Sesaat, Juliet merasa beruntung karena tak sampai mempermalukan diri di depan Romeo. Tapi merasakan lengan berotot laki-laki itu di pinggulnya adalah masalah besar.
“Lepaskan!” perintahnya dengan suara gemetar. Menatap langsung mata cokelat Romeo mengisi daftar panjang kesalahannya sepanjang hati itu.
“Tapi kamu nanti bakal jatuh.” Brengsek, dia tersenyum!
7. Mouth to mouth (berciuman)
Apa ini masih perlu dijelaskan? Semua yang berjiwa romantis tahu, berciuman dengan orang yang disayang akan menjadi kenangan terindah selamanya…. Contoh:
Tora mencondongkan tubuhnya dan menekan bibirnya ke bibir Lidya. Tuhan, bibirnya lembut dan mengingatkannya pada es krim. Lembut dan adiktif. Dia menemukan sensasi dingin mint dari permen karet yang tadi dikunyah cewek itu. Pikiran warasnya hilang sesaat, terbius pengalaman baru yang ditemukannya bersama Nadia.
“Apa kamu mikirin Gita saat nyium aku?” tanya Nadia setelah mereka menghentikan ciuman itu.
Tora nggak menjawab. Dan, seperti bisa membaca pikirannya, Lidya menampar cowok itu.
8. Hand to head (menyentuh kepala pasangan)
Belaian lembut di kepala terbukti bisa membuat nyaman pasangan lho! Contoh:
Dua belas tahun harusnya cukup untuk melupakan Andi.
Tapi saat laki-laki itu membelai lembut kepalanya, menelusuri riak rambutnya, Rania tiba-tiba merasa masa-masa penghukuman diri itu tak ada gunanya. Laki-laki itu akan terus menghantuinya, tinggal di dalam dirinya seperti jiwa kedua.
Menyadari itu, air mata Rania menetes.
“Kasih aku satu kesempatan lagi, Ran,” pintanya dengan nada memelas.
Rania menggeleng pelan. “Aku bisa saja memaafkanmu, Di. Tapi membayangkanmu mengecewakanku lagi kedua kalinya… jujur, Di, aku nggak kuat.”