“Hong Hiyang Ilaheng Hen Jagad Alusan
Siro Wujud’e Ning kene
Ono Bolon’e Siro Wangsul Angslupo
Yen Siro Teko Gaib Wenehono Tondo Ing Golek Bubrah
Hayo Enggalo Teko Pangundango
Hayo Ndang Angslupo Ing Rupo Golek Wujud .. Wujud .. Wujud!”
Padma jelas bisa membedakan apa itu mantra, dan apa itu doa. Dia merinding mendengar kata-kata itu keluar dari mulut ayahnya. Sayangnya itu baru permulaan.
***
Padma hidup bersama kedua orang tuanya dengan segala problematika. Tuntutan hidup semakin tinggi, tetapi tak satu pun jalan keluar mereka temui. Ayah Padma mengambil solusi yang paling mungkin ia lakukan, meski ia tahu ini akan berbuah kutukan.
Ritual demi ritual ia lakukan. Ia sudah menyatu dengan iblis dan setan. Padma dan ibunya tak menyadari bahwa kekayaan yang mereka dapatkan harus ditukar dengan petaka. Seperti tak kenal kata impas, ilmu hitam yang didalami ayah Padma mengganas.
Ada harga yang harus dibayar dari sebuah pertukaran. Tidak ada yang menyangka bahwa yang diminta adalah segalanya. Bukan hanya pertaruhan nyawa, tetapi juga jiwa yang menghamba selamanya.