Manusia hidup bersisian dengan luka
Sering kali rasa ini tak terurai karena keberadaannya disimpan rapat-rapat. Meski rasa sakitnya bisa sangat nyata dirasakan,
belum tentu kita menemukan alasan kenapa ia hadir. Luka karena diabaikan? Luka karena ditinggalkan? Luka karena masa lalu yang tak pernah usai?
Seperti itulah jejak rasa yang digoreskan Biru kepada Jea. Gadis itu tak pernah lagi memandang warna biru dan hijau dengan cara yang sama.
Sekalipun karya-seninya bermain dengan warna, biru dan hijau tak pernah jadi pilihannya. Serupa teka-teki yang kepingannya tak pernah tergenapi,
Jea mencari jawaban mengapa ia tak pernah bisa terbebas dari rasa sakit.
Ketika Biru kembali, luka itu pun datang lagi. Kali ini, merupa impian semu yang kapan saja bisa menorehkan kecewa.
Akar tetapi, bagi Jea mungkin ini adalah jawaban teka-tekinya.
Harapan yang ditawarkan Arsen pun tak cukup membuatnya merasa utuh. Jea seperti hidup di balik trauma. la tak pernah
berkuasa atas diri dan hatinya.
Akankah Jea bertaruh luka untuk kembali pada masa lalu?
Ataukah ia memilih bahagia bersama harapan yang baru?