Helvira Hasan; Menemukan Waktu yang Tepat Untuk Cinta

al-dente-helvira-2

“Pasta yang enak adalah pasta yang al dente!” begitu kata orang Italia ketika ditanya mengenai pasta. Al dente adalah tekstur pasta terbaik yang dihasilkan karena ketepatan waktu memasak. Filosofi ini pun digunakan oleh Helvira Hasan untuk novel roman terbarunya yang berjudul Al dente. Penasaran seperti apa?

al-dente-helvira-2“Pasta yang enak adalah pasta yang al dente!” begitu kata orang Italia ketika ditanya mengenai pasta. Al dente adalah tekstur pasta terbaik yang dihasilkan karena ketepatan waktu memasak. Filosofi ini pun digunakan oleh Helvira Hasan untuk novel roman terbarunya yang berjudul Al dente. Penasaran seperti apa?

Membuat pasta yang al dente memang bukan perkara mudah. Butuh ketepatan waktu dalam memasaknya. Jika terlalu cepat diangkat, pasta akan keras dan tidak dapat dinikmati. Begitu pula jika terlalu lama diangkat, pasta akan lembek meskipun masih tetap enak untuk dinikmati. Jadi pasta yang baik adalah yang memiliki ketepatan waktu saat diangkat. Sama seperti cinta yang datangnya selalu tepat waktu.

Helvira atau biasa dipanggil Vira, menulis novel ini dengan menggunakan filosofi pasta yang al dente. Dalam buku ini diceritakan tentang seorang perempuan (Cynara) yang merasa lelaki impiannya (Elbert) datang terlambat, dan merasa buru-buru juga menikah dengan lelaki yang bukan impiannya (Benjamin). Tapi, akhirnya perempuan ini sadar bahwa cinta tak pernah terlambat ataupun terlalu cepat. Tepat waktu, seperti pasta–makanan favorit Cynara–yang harus dimasak tepat waktu supaya… Al dente!

Mulanya ia menulis buku ini dari kelas menulis novel sehari. Dari kelas itu, ia sudah diharuskan mempunyai ide, sinopsis dan kerangka cerita untuk dijadikan novel. Ide awalnya hanya tema perjodohan. Setelah diskusi dengan mentornya, Vira pun mulai menulis. Tapi ternyata saat pengembangan cerita pada draft pertama, bertambah ide untuk memasukkan filosofi pasta. Padahal menurut Vira, pasta ini awalnya hanya sebagai aksesori cerita; makanan favorit salah satu tokoh. Setelah ia menulis ulang beberapa kali, revisi menurut catatan editor (Widyawati Oktavia), akhirnya jadilah satu naskah yang siap diterbitkan. Vira mengatakan bahwa ia mengambil tema masalah rumah tangga karena ia belum menikah.

“Saya tertarik mendengar cerita salah seorang teman, kalau dia akan menikah karena dijodohkan. Dari situ saya mulai membayangkan bagaimana sebenarnya perasaan teman saya itu, karena sepertinya dia menerima saja dan oke saja dengan pernikahan itu. Mumpung saya suka menulis cerita, kenapa tidak saya ambil tema perjodohan yang akhirnya berkembang ke mana-mana?! Hehehe…,”ujar Vira.

Vira menceritakan bahwa sebenarnya ia tidak sengaja memilih analogi pasta. Karena tiba-tiba inspirasi analogi pasta itu datang saat ia sedang menulis. Vira menemukan ide-ide menulis saat sedang menyusun kerangka cerita. Ia menjelaskan, “Ide-ide dasar ini bertebaran di sekeliling kita. Kemampuan kita menangkap ide dan mau menjadikannya tulisan yang membedakan penulis dengan bukan penulis. Bahkan, saat menulis pun ide-ide lain juga bermunculan. Bagaimana bisa? Misteri bagi saya! Mungkin turun begitu saja dari langit, hinggap di kepala saya. Yang penting saya terus menulis dan mencatat apa-apa saja ide tambahan untuk tulisan itu, lalu menyesuaikannya ke dalam kerangka cerita yang sudah ada.”

Biasanya penulis suka menemukan kendala saat menulis buku. Namun Vira memiliki cara sendiri. Ia membuat kerangka cerita supaya bisa lancar menulis. Jika merasa tersendat, biasanya ia berhenti, mematikan laptop, dan melanjutkannya esok hari. Jika ia mendapat revisi dari editor, Vira akan membaca ulang revisinya, memikirkan segala kemungkinan yang akan ditulis, barulah kembali ke laptop.
Vira pun menceritakan pengalaman serunya saat menulis buku Al dente. Ia mengaku tertawa sendiri saat menulis adegan percintaan.

“Yang tak terlupakan, adegan bercinta pertama di bab 2. Di akhir adegan itu, sambil tertawa geli, saya menulis, ‘Oh, Ben…’ Itu otomatis otak mikirnya macam-macam. Hahaha…”

Ia berharap novel Al dente laris dan banyak yang bisa terhibur. Tak lupa ia juga menambahkan pesan kepada pembaca yang mau membeli buku ini.

“Kamu tidak harus suka pasta untuk membaca buku ini, karena Al dente tetaplah mengisahkan percintaan, yang tak terlalu manis, tak hambar, tetapi pas kadarnya. Seperti pasta yang al dente. Hehehe…,” tutup Vira.


 

al-denteCinta itu seperti pasta, butuh waktu yang tepat untuk merasakannya. Setidaknya itulah yang digambarkan dalam buku Al dente karya Helvira Hasan. Nikmati tiap lembar cinta yang disajikan hanya untuk kamu.

beli