Ketika Semuanya Tak Kembali Lagi

Ketika Semuanya Tak Kembali Lagi

Perang memang tidak membawa sisi baik sedikit pun bagi siapa saja. Terutama bagi negara yang diserang. Banyak pihak yang dirugikan. Keluarga terpisahkan dari sanak saudara, hati tidak pernah tenang, dan sebagainya.

Rumah bagi Millad Kum Gibi adalah ruang semua rindu buat baba, ummi, dan ketiga saudaranya—Zoghbi, Chaabi, dan Clarmen. Namun sayang, semua itu hanyalah angan belaka. Rumah yang selama ini menjadi tempat bernaungnya keluarga Aramam adalah sebuah tempat yang selalu berpindah-pindah. Semua itu karena perang. Perang yang menyebabkan mereka harus berbesar hati meninggalkan Irak untuk mencari suaka ke Belanda.

Dalam perjalanan mendapatkan izin tinggal di negeri Tulip itu pun bisa dibilang tidak menyenangkan, walau mungkin sedikit lebih baik. Pamina—ibu Millad—bahkan secara perlahan mengalami stres karena kepastian untuk menjadi warga negara Belanda yang sah tak kunjung datang. Mereka sekeluarga juga harus menanggung cacian dan sorot kebencian dari warga lokal.

Jenuh dengan semua ketidakpastian itu, Millad mencoba peruntungannya dengan mengikuti undian berhadiah menjadi warga negara Amerika tanpa syarat apapun. Meski berarti, kalau ia memenangkan undian, ia harus berpisah dengan seluruh keluarganya.

Akhirnya, sampailah Millad ke negeri adi kuasa itu. Bukan sebagai turis, melainkan sebagai seorang warga negara. Di sana, ia bertemu Paro, seorang wanita asal Afganistan yang begitu dicintainya. Bersama Paro, Millad menemukan kebahagiaan. Walau sebagian hatinya masih bertanya-tanya keadaan keluarganya.

Karena cintanya pada Paro, Millad rela untuk menjadi tentara Amerika. Satu hal yang sebenarnya ingin ia hindari. Perang memang telah menorehkan luka mendalam di kehidupan Millad. Hingga suatu hari Millad harus rela kembali ke negeri asalnya, Irak. Yang membedakan, ia di sana sebagai bagian dari musuh. Saat itu pula lah, ia mengetahui kabar keluarganya.

Kekacauan demi kekacauan pun datang kembali tanpa bisa ia tolak. Ya, lagi-lagi semua karena perang. Efek yang ditimbulkan begitu mendalam dan berkepanjangan bagi Millad. Semua begitu berantakan hingga tak ada satu pun yang bisa dikembalikan seperti sedia kala.

Semua ini merupakan kisah nyata yang ditulis begitu apik oleh Ita Sembiring dalam novel No Volvere: Biarkan Aku Pulang. Novel bergenre sastra yang diterbitkan GagasMedia ini memang menarik untuk dibaca. Berlatarbelakang Perang Teluk II, Ita sanggup merangkainya menjadi sebuah cerita nyata yang cukup mengiris hati.

Tutur kata yang mengalir dan mudah untuk dicerna, membuat kita merasakan benar apa yang terjadi pada Millad. Bagaimana perang memporak-porandakan kota kelahirannya, menghancurkan angannya, memisahkan dirinya dengan keluarga tercinta, perlakuan tidak adil dari sesama manusia, dan seribu sisi buruk lainnya dari sebuah perang. Selamat membaca!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *