Kamu tentu mengerti, cinta bukan hanya tentang bahagia. Tetapi juga perihal luka. Mereka bagai dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Terkadang membuaimu dengan kemilaunya, terkadang membuatmu jatuh karena duri-durinya.
Kamu tentu mengerti, cinta bukan hanya tentang bahagia. Tetapi juga perihal luka. Mereka bagai dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Terkadang membuaimu dengan kemilaunya, terkadang membuatmu jatuh karena duri-durinya.
Bidari sudah mengalami itu semua. Awalnya, pernikahan Bidari dengan Bram memang dipenuh bunga-bunga cinta. Namun, semua mulai dirasa tidak benar saat Bram mulai melakukan KDRT terhadapnya.
Bimbang menentukan arah pernikahannya, Bidari pun mulai membuka diri tentang kasus KDRT yang ia alami kepada seorang pengacara bernama Sindhu. Ia tak hanya mengajarkan Bidari untuk berani menentang KDRT dan melepaskan diri dari Bram, tetapi juga berani untuk membuka hati untuk cinta yang baru.
Namun, lagi-lagi, semua ini menyangkut soal hati dan waktu. Bidari sadar, ia memang membutuhkan tempat untuk bersandar, tetapi sekarang bukan waktu yang tepat untuk itu. Luka yang ia rasakan belum sepenuhnya sembuh. Masih banyak waktu yang ia butuhkan untuk dapat membuka lagi hatinya kepada lelaki lain.
Kisah Bidari dalam novel terbaru karya Anggun Prameswari yang berjudul Perfect Pain memang cukup mempermainkan emosi. Beberapa orang yang telah membacanya, menuangkan pendapat mereka dalam beberapa review di bawah ini:
Anggun Prameswari | mbakanggun.blogspot.co.id |
Rido Arbain | www.ridoarbain.com |
Tesara Rafiantika | tesararafiantika.tumblr.com |
Ario Sasongko | ariosasongko.weebly.com |
Fiksi Metropop (Ijul) | chirpstory.com/li/297358 |
Nana | glasses-and-tea.blogspot.co.id |
Sulis Peri Hutan | www.kubikelromance.com |
Stefanie Sugia | www.thebookielooker.com |
Guntur Alam | negerigunturalam.wordpress.com |
Selamat membaca!