Kisah Tanah Jawa: Perjalanan Menggapai Gerbang Gaib

kisah tanah jawa

Tiap daerah, di mana pun kita berada, tentunya memiliki kisah misteri yang menarik untuk diungkap. Pun dengan Pulau Jawa tempat sebagian dari kita berada. Nah, dalam kesempatan ini, GagasMedia mengadakan #TanyaPenulis buku Kisah Tanah Jawa. Para penulis @kisahtanahjawa pernah menjawab beberapa pertanyaan tersebut di IG stories. Seperti apa sih jawaban mereka? Yuk, kita simak rangkumannya berikut ini.

 

Rhy_saputri: Kisah Tanah Jawa kan sudah banyak sekali menelisik misteri yang tersembunyi di tanah Jawa, dari semua pengalaman yang sudah Kisah Tanah Jawa alami, pengalaman apa yang paling tidak terlupakan dan mengajarkan sesuatu yang sangat berharga bagi Kisah Tanah Jawa sendiri?

Selama satu tahun perjalanan ini, kami sudah datang ke berbagai tempat. Masing-masing dari kami punya ceritanya sendiri.

Mas Mada: “Pengalaman yang paling tidak terlupakan saat mengunjungi sebuah rumah sakit. Di sana untuk pertama kalinya saya melihat keranda terbang dan langsung ingat dengan kematian. Jadi setinggi-tingginya kita sebagai manusia, nantinya akan berpulang juga kepada Illahi.”

Menurut Om Hao: “Kalau menurut saya, saat berkunjung ke Goa Langse. Goa ini memang medannya curam, vertikal, dan ada tebing juga. Memang tidak tentang metafisik, tetapi itu pengalaman seumur hidup saya bertaruh dengan nyawa karena selisih sekian senti saja bisa jatuh dan jatuhnya itu langsung ke laut, ke samudera.”

Sedangkan menurut Genta: “Kalau saya sih, saat berkunjung ke rumah sakit yang terbengkalai di Cipanas. Di antara mereka berdua, kan hanya saya yang paling tidak peka. Itu pertama kalinya saya mendengar suara noni Belanda menyanyikan lagu berbahasa Belanda. Saya tiru suara dan lagunya, tiba-tiba dia mengubah lagunya.”

 

Itegarb: Penulis sendiri apakah pernah mengalami hal-hal aneh atau gangguan metafisika ketika menulis buku KTJ? Kalau misalnya ada bagaimana cara mengatasinya? Dan bagi pembaca juga mungkin ada yang mengalaminya. Bagaimana tip bagi penulis maupun pembaca sendiri ketika menulis atau membaca kisah-kisah mistis supaya energi spiritual kita tidak tersedot atau ibaratnya tidak terkena gangguan metafisika?

 

Mas Mada: “Beberapa teman ikut menulis cerita mistis, tapi yang terjadi mereka pusing dan mual-mual. Alhamdulillah saya tidak pernah mengalami itu. Penampakan atau rasa yang tidak enak itu adalah sebuah hal yang wajar ketika kita menulis hal-hal mistis, tapi saya abaikan. Yang paling simple, kalau saya sih minum kopi atau berwudu dan salat.”

Om Hao: “Tip untuk pembaca, kalau merasa mual, pertolongan pertama yang perlu dilakukan adalah menyediakan air mineral, lalu doakan sesuai kepercayaan terus diminum. Sebelum tidur, biasakan untuk cuci muka, tangan, dan kaki. Kalau dalam tiga hari masih merasakan efeknya, minum air kelapa muda.”

Genta: “Kita bertiga dalam menciptakan Kisah Tanah Jawa ini sama sekali tidak pernah ada niatan untuk menakut-nakuti. Tetapi mungkin pembelajaran yang ada di situ harus melalui suatu fase yang menakutkan. Yang pasti, tiap kisah akan ada pembelajaran yang menarik yang bisa kita gunakan sebagai pembelajaran di masa sekarang.”

 

Hay.yan: Apakah ke depannya Kisah Tanah Jawa hanya sebatas Jawa atau bisa merambah ke daerah dan pulau lainnya? Ataukah mencukupkan hanya Jawa saja yang digali?

 

Om Hao: “Harapan kami nanti akan merambah ke seluruh Nusantara. Proyek ini mungkin dua atau sepuluh tahun ke depan. Insya Allah nanti merambah ke Nusantara. Kalau membahas Jawa saja tidak akan ada selesainya. Kita memang hanya mengambil secara kulit luarnya, tetapi di sini bisa menyeluruh. Kalau detail dan satu saja pasti sangat lama. Dan, yang penting pesannya tersampaikan. Insya Allah kalau ada berkah bisa ke Nusantara, seperti Sumatera, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Papua.

Genta: “Karena sesungguhnya, mungkin kita tidak terburu-buru juga. Masih terlalu banyak spot-spot di Jawa yang belum kita datangi. Biarlah pulau Jawa ini dulu. Setelah ini selesai, baru kita merambah ke tempat lain.”

 

Hanifaisfania: Selain @hao_hao_hari @bonaventuragenta @mbahkj ada siapa saja sih tim di belakang @kisahtanahjawa ketika melakukan mistisvigasi? Apa ada pembagian peran atau semacam job discription bagi tiap anggota? Setiap melakukan mistisvigasi, apa sang ilustrator juga selalu ikut dan langsung seketika menggambar di situ juga? Apa sang ilustrator juga memiliki kemampuan untuk melihat sendiri atau dibantu Om Hao juga dalam mengilustrasikan sosok yang ada? Kalau dibantu dalam melihat, bagaimana sistemnya?

 

Genta: “Setiap mistisvigasi, selain kita bertiga tentunya ada orang lain yang membantu. Seperti kameramen, yang merangkap sebagai director dan editor. Dia-lah yang mengarahkan kita. Jadi, kita menghidupi jalan cerita yang ditawarkan oleh kameramen ini, walau dalam praktiknya kita juga lebih banyak berimprovisasi. Karena, kalau berkunjung ke tempat seperti itu, faktor X selalu ada. Kita nggak pernah tahu ada cerita apa dan biasanya jarang ada di Google. Tiba-tiba saja cerita-cerita seperti itu bisa muncul. Seperti itulah biasanya kalau kita melakukan mistivigasi. Lalu, pembagian peran itu ada. Seperti saya yang selalu berperan sebagai orang awam yang mewakili segala kegelisahan masyarakat yang ingin mengetahui tentang hal ini. Mas Mada biasanya akan menjelaskan melalui cerita-cerita sejarah. Sedangkan Om Hao akan menjelaskan dari segi metafisik dan retrokognisi apa yang pernah terjadi di masa lalu. Semua itu kita sambungkan agar menjadi linier. Dan untuk ilustrator sendiri biasanya dia akan ikut di beberapa perjalanan kami. Namun, ke depan akan mulai intensif.”

Om Hao: “Untuk rekan saya yang ilustrator, biasanya akan saya tethering—saya beri sinyal. Tetapi tidak saya buka mata batinnya. Saya hanya mengirimkan telepati. Apa yang saya lihat dan pikirkan kemudian saya kirimkan ke ilustrator untuk dituangkan dalam bentuk gambar. Jadi, telepati di sini, selain bisa untuk membaca pikiran orang, bisa juga untuk mengirimkan pikiran.”

 

Callmeariee: Dari dulu saya pengin tau apa makna atau arti dari 13/13/13?

Genta: “13/13/13 ini muncul dari cerita Keluarga Tak Kasat Mata. Di situ aku menulis suatu tulisan dimana ending-nya aku dipertemukan dengan “ajaib” oleh Om Hao dan Mas Mada. Kebetulan 13/13/13 itu adalah tanggal lahir kita semua. Saya di 13 Februari, sedangkan Om Hao dan Mas Mada di 13 April. Modal tanggal lahir yang sama hadirlah 13/13/13 ini. Dan kebetulan lain, kita bertemu di tanggal 13 untuk pertama kalinya. Lalu di cerita yang saya tuliskan, jumlah ruangan yang ada di tempat tersebut berjumlah 13. Ya udah akhirnya kita namai dengan 13/13/13 supaya mudah menyebutnya seperti itu.”

 

Rezkyseptia: Di buku @kisahtanahjawa hal 46, penangkalan dari ilmu guna-guna dari tanah kuburan itu air kelapa hijau yang dicampur air masjid. Apakah air masjid yang dimaksud itu adalah air keran yang ada di tempat wudu mesjid? Serta dilafalkan ayat suci Alquran, itu surat apa?

Om Hao: “Air yang dimaksud di sini adalah air dari keran yang ada di masjid. Air dari tempat wudu, terus diambil dengan botol air mineral. Ada baiknya diambil dari masjid yang jamaahnya minimal 40 orang. Tidak seperti musala. Dan sebaiknya diambil selepas ibadah salat Jumat. Lalu, air ini dibawa pulang dan dicampur dengan air kelapa hijau, kalau bisa ditambahkan dengan garam. Lalu surat yang dibacakan pertama Al Fatihah, kedua ayat kursi, yang ketiga surat Al Ikhlas dan An Nas. Lalu sempatkan juga untuk selawat nabi dan membaca istigfar. Waktu kita mau memercikkan air, baca kalimat takbir. Untuk jumlahnya yang terpenting ganjil. Satu hal lagi jika ada tambahan yang bagus, tanah sample-nya itu diambil lalu dibuntal dengan tisu putih atau kain putih, lalu tanah yang di rumah ini dibuang di samudera/di pantai namun yang samudra, laut lepas gitu. Atau kalau rumahnya jauh dari pantai, bisa buang di sungai yang besar, bukan sungai kecil atau got. Itu untuk membuang energi negatifnya. Seperti merukiyah rumah sendiri.”

 

Syaiful.anwarjpons: Bagaimana metode retrokognisi bisa dipelajari secara ilmiah? Selain itu bagaimana dasar research dalam mempelajarinya berdasarkan bukti-bukti yang belum tentu suatu peristiwa bisa diungkap?

Om Hao: “Itu kita bilang secara data ya, bukan secara perspektif atau nalar. Kalau data itu memang harus kita kaji dan cari informasi, baik informasi dari saksi atau perpustakaan dan berbagai sumber, lalu kita compare semua termasuk dari bahasa-bahasa pengantar. Dipelajari, bisa. Retrokognisi yang dimaksud itu adalah salah satu cara untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya, kemudian dibuat satu kesimpulan tentang data-data masa lalu/sejarah. Setelah data-data ini telah terkumpul, apakah sesuai dengan literatur dan apakah masih ada kaitannya dengan masa sekarang atau masa depan. Retrokognisi sebenarnya itu. Cuma, sumber sejarah itu kan ada 3 ya, sumber primer meliputi saksi, sumber sekunder meliputi literatur, sumber tersier meliputi bentuk. Sebenarnya retrokognisi itu tugasnya mengubah data yang sifatnya tidak tertulis jadi tertulis. Dan itu membutuhkan proses yang cukup lama, harus teliti, dan mau belajar juga—baik membuka buku ataupun bertanya. Terkadang juga harus bisa menyamar. Karena cukup kompleks. Menurut saya setiap orang ada peluang untuk mempelajari ini, yang penting harus memenuhi syarat-syarat tadi. Misalnya,suruh belajar bahasa-bahasa asing, ya nggak boleh mengeluh. Kuncinya, harus tekun. Untuk memperkuatnya, ditambah kemampuan melihat masa lalu.”

 

Tuyulbaikbos: Mas, apa benar gambar itu dapat mendekatkan kita pada dimensi lain atau dunia metafisik? Karena dulu saya pernah punya pengalaman mistis ketika menggambar Ibunda Ratu Nyi Roro Kidul. Di tengah malam, saya merasakan hal aneh yang tak dapat dijelaskan nalar. Saya merasa aneh dengan sosok ini dan bulu kuduk saya merinding. Akhirnya, alat-alat gambar saya beresin dan saya tinggal tidur. Namun keesokan harinya saya sakit selama 3 hari seperti ada hal yang harus saya selesaikan. Saya masih bingung dengan hal ini, jadi saya putuskan untuk tidak menyelesaikan gambar tersebut. Setahun berlalu saya seperti mendapat bisikan aneh untuk menyelesaikan gambar tersebut. Pertanyaan lain, apakah benar manusia memiliki bioelektrik? Bagaimana cara agar tahu kalau kita memiliki bioelektrik pada tubuh?

 

Mas Mada: “Kalau untuk melukis sebaiknya jangan diteruskan. Karena sejarah melukis Kanjeng Ratu Kidul itu tragis semua. Terlalu berbahaya. Itu saran saya.”

Om Hao: “Maaf, kalau saya lihat dari gambarnya ini bukan Gusti Kanjeng Ratu Kidul ataupun Kanjeng Nyai Roro Kidul, tapi prajurit dari keraton pantai selatan. Kalau beliau yang dimaksud Gusti Kanjeng Ratu tidak semudah itu untuk digambarkan oleh siapa saja. Jadi memerlukan puasa, tirakat, dan mendapatkan wangsit tertentu. Karena di sini jelas ornamennya membawa tongkat, kemudian bajunya seperti baju prajurit, dan memakai mahkota, ini seperti panglima perang. Jadi beliau yang ada di dalam foto ini bisa saya sebut Kanjeng Sekar Arum. Biasanya beliau ini yang memimpin barisan perang tentara wanitanya Gusti Kanjeng Ratu. Yang kedua, kenapa merasakan nggak enak badan, karena energinya terkuras habis, bukan karena ada faktor ini. Karena ini memang tuntunan dan menggambar seperti ini membutuhkan energi besar. Seperti saya ketika harus melihat sesuatu itu nggak se-simple yang dibayangkan. Saya harus pakai energi besar sehingga terkadang untuk volume suara dan sebagainya saya kurangi. Biar lebih konsenterasi. Lalu, untuk energi bio elektrik semua orang memang ada. Cara mengetahuinya, telapak tangan tempelkan dekat kulit tapi jangan sampai menyentuh. Jika merasakan hangat itu salah satu tanda bahwa di tubuh kita itu memancarkan energi panas yang kalau dalam seni pengobatan Tiongkok itu disebutnya chikung. Hanya saja power-nya berbeda-beda.”

 

Pertanyaan yang dipilih secara acak oleh para penulis Kisah Tanah Jawa.

 

Apakah setiap orang punya “penjaga”?

Genta: “Kalau dari kacamata orang awam seperti saya, bisa dibilang iya. Tapi, wujudnya itu seperti apa, mungkin Om Hao yang bisa menjelaskan.”

Om Hao: “Kalau penjaga itu yang jelas setiap orang beda-beda. Penjaga itu bisa jadi leluhur, bisa juga karena ia pernah belajar ilmu tertentu, bisa jadi mendapatkannya itu misalnya pergi ke mana awalnya mengikuti, lalu mendampingi, lalu menjadi penjaga. Atau, bisa juga diisikan untuk tujuan-tujuan tertentu. Tapi tidak semuanya punya penjaga. Tapi kalau jin pendamping, hampir 99% ada.”

 

Apakah jin qorin dan “penjaga” itu bisa “temanan”?

Om Hao: “Saya bilangnya berdampingan ya, bukan temanan karena konteks di sana berbeda. Tapi kalau berdampingan iya. Saling support.”

 

Mitos tentang suara drumband yang sering terdengar di Yogyakarta. Di medio 1990-2000-an awal, di Yogyakarta itu sering terdengar suara drumband pada tengah malam/dini hari. Cukup fenomenal juga. Seperti apa kisah di balik kejadian itu?

Mas Mada: “Waktu itu ada teman yang tidak percaya dengan suara drumband itu. Hal ini menjadi perdebatan apakah itu suara drumband gaib atau bukan. Lalu, kita mencoba mencarinya, ke arah barat, ke arah timur. Suatu ketika ketemu di persilangan kereta api jati, waktu itu belum ada jembatan layang. Menjelang pukul 5 pagi, suara itu terdengar. Ketika ketemu, teman saya itu langsung pingsan dan ketika ramai dia baru disadarkan. Ternyata teman itu melihat sosok prajurit dengan kondisi yang mengenaskan. Ada yang tangannya patah, kakinya nggak ada, ada yang membawa kepalanya sendiri. Tapi 4 prajurit yang berada di depan itu masih dalam kondisi yang utuh, membawa peralatannya masing-masing.”

Om Hao: “Kalau dari segi retrokognisi, banyak hal yang berpengaruh. Jadi kalau untuk suara drumband ini memang banyak versinya. Ada yang bilang waktu zaman kolonial Belanda, para tentara ini dieksekusi, dipenggal kepalanya untuk tumbal tertentu. Suara itu terjadi dari sisa-sisa energi yang ada resonansinya. Resonansi ini berputar dan karena Yogyakarta ini dikepung dengan banyak pegunungan, gelombang ini masih terperangkap dan dari bebatuan yang ada di situ, memutar-mutar lagi energi tersebut. Dan mitosnya, kalau orang yang baru pertama datang ke Yogyakarta, ia akan betah di sana. Dan kalau yang sudah pernah ke Yogyakarta, ia seperti ingin kembali lagi.”

Bagaimana, penasaran nggak? Bagi kamu yang belum membaca Kisah Tanah Jawa, dapatkan segera bukunya di toko buku kesayanganmu. Atau, kamu bisa unduh ebook-nya melalui PlayStore ya.

 

 

 

Foto: Stefano Pollio | Unsplash

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *