Membedah Italia Di Institut Kebudayaan Italia
Satu kata untuk menggambarkan Italia: "manis". Demikian ucap Gama Harjono, penulis buku Ciao Italia terbitan GagasMedia, saat launching di Istituto Italiano di Cultura Jakarta.
Acara yang dihadiri para pekerja media, pelajar, mahasiswa, serta dosen itu digelar pada Selasa,17 Juni 2008, pukul 14.00 hingga 15.30 WIB. Peluncuran buku ini dibuka oleh Livia Rapone, wakil Direktur Institute Kebudayaan Italia. Selanjutnya film berdurasi 15 menitan yang menggambarkan keindahan Italia mengantarkan para undangan menelusuri Italia secara visual. Pada sesi diskusi, duduk sebagai pembicara Windy Ariestanty (pemimpin redaksi GagasMedia), Bella Saphira (artis), Filomena Vaccaro (warga Napoli). Diskusi tersebut dimoderator Alit Palupi yang juga editor buku Ciao Italia. Nampak hadir juga Duta Besar Italia untuk Indonesia, Roberto Palmieri dan Moammar Emka, penulis Jakarta Undercover.
Pada diskusi buku itu dibedah banyak hal soal Italia yang sarat budaya dan sejarah. Italia sebagai negara yang menyimpan sejarah tua, budaya, seni, dan memiliki banyak keindahan alam yang memukau. Sebuah negeri yang membuat Bella Safira jatuh hati. Dan inilah salah satu alasan Bella Safira tertarik belajar bahasa Italia. "Bahasa Italia itu mudah, untuk grammar tidak sekompleks bahasa Inggris, dan hanya mengandalkan kemampuan mengingat," ucap Bella coba memberi semangat. Bella mengaku baru empat kali berkunjung ke negeri sepatu itu.
Sementara Gama Harjono memaparkan sederet pengalamannya dengan detail. Italia baginya adalah romantika dan sekaligus negeri yang memikat hatinya. Lewat buku ber-tagline Petualangan Empat Musim ini, Gama mendeskripsikan dengan detail apa yang ia amati. Sebab sayang melewatkan pengalaman di Italia tanpa tulisan. Menurut Gama setiap kali ia keluar pintu rumah yang dilihatnya adalah semacam artefak sejarah yang dirawat rapi. Juga pelosok Mediterania hingga desa-desa di Italia yang menakjubkan. Ya, tentu, bagi yang belum pernah ke Italia wajar kalau nampak terpukau dan jadi ingin berkunjung ke sana.
Bagaimana soal Italia, menurut Filomena Vaccaro? "Jakarta dan Napoli tak ada bedanya dalam kemacetan," ujar gadis berambut semi pirang yang cukup lancar berbahasa Indonesia. Dalam diskusi dibahas juga soal kopi yang menjadi kegemaran orang Italia. Kalau soal kopi Filomena mengaku rutin meminumnya tiga kali sehari.
Presentasi pengalaman menarik dari mahasiswa Indonesia yang pernah belajar di Italia diwakili Berly Martawardaya, mahasiswa program doktoral dari Kota Siena. Juga Rufina, mahasiswi Master Ekonomi dari Kota Roma coba berbagi pengalaman soal kegagapannya pertama kali beradaptasi di Italia.
Kiranya sekitar 70 orang hadir memadati peluncuran buku Ciao Italia. Acara ini ditutup dengan acara makan pizza bersama di halaman berumput di Institute Kebudayaan Italia.