Mendengarkan Kisah Inspiratif di Matraman
Jakarta – GagasMedia. Sabtu (10/10), GagasMedia mengadakan bincang buku I Can (not) Hear yang berlangsung sejak pukul 15.00 WIB di Gramedia Matraman, Jakarta.
Acara yang menghadirkan San C. Wirakusuma dan Feby Indirani (penulis buku I Can (not) Hear), serta Gwendolyne (tokoh utama dalam buku I Can (not) Hear) ini sudah ramai dikunjungi pengunjung toko buku Gramedia Matraman sebelum bincang buku tersebut dimulai. Mereka tampak antusias dan penasaran untuk segera mendengar kisah di balik pembuatan buku ini.
Bincang buku I Can (not) Hear pun dimulai. SanSan—sapaan San C. Wirakusuma—membuka bincang buku ini dengan menceritakan awal mula Gwen—anaknya—terdeteksi infeksi saluran pendengaran. Menurut SanSan, infeksi saluran pendengaran itu ada dua macam.
“Pertama, infeksi saluran pendengaran bagian tengah. Infeksi yang pertama ini masih bisa disembuhkan. Kedua, infeksi saluran pendengaran bagian dalam. Infeksi kedua inilah yang tidak bisa disembuhkan. Dan, inilah yang dialami oleh Gwen. Kalau pun ia bisa mendengar, itu karena cochlear implant,” kata wanita yang saat itu mengenakan kemeja berwarna putih.
Proses panjang pun harus dilalui oleh SanSan dan John—suaminya—agar Gwen bisa hidup seperti anak-anak lainnya yang memiliki pendengaran normal. Meski awalnya sulit menerima kekurangan yang dimiliki Gwen, kedua orang tua ini tidak lantas patah semangat untuk memberikan yang terbaik bagi buah hatinya.
Perjuangan dan pengorbanan SanSan dan John ini pada akhirnya membuat orang lain takjub dan terheran-heran. Setidaknya hal ini yang dialami Feby Indirani. Berbekal informasi dari GagasMedia, bahwa ada anak yang tadinya tidak dapat mendengar tapi akhirnya bisa mendengar, Feby pun penasaran.
“Buku ini memang terlahir dari permintaan GagasMedia sebagai penerbit. Jadi bukan saya sendiri yang mengajukan naskahnya,” kata Feby yang tampil dengan rambut tergerai ini. “Namun, dari situ saya justru banyak belajar dan banyak tahu. Saya sadari selama ini saya abai dengan permasalahan yang dialami oleh anak-anak seperti Gwen,” lanjutnya.
Kejadian yang telah berlangsung beberapa tahun lalu ini, nampaknya tidak menyurutkan semangat kedua penulis ini. SanSan ‘dipaksa’ mengingat kembali urutan peristiwa dari awal hingga akhirnya Gwen bisa mendengar dengan menggunakan alat.
“Saya menawarkan sebuah metode kepada Mbak SanSan,” ujar Feby. “Yaitu dengan membuat sebuah jurnal sehingga hal itu akan lebih memudahkan untuk mengingat,” katanya melanjutkan.
Acara yang selesai pukul 16.00 WIB ini ditutup dengan book signing yang dilakukan oleh SanSan dan Feby.