Merajut Itu Macho, Kok!
Cewek emang identik dengan kegiatan yang halus-halus. Salah satunya adalah merajut. Tapi, apa jadinya kalo cowok ikut kegiatan yang satu ini?
Adalah Dino yang kejebak di dalam klub merajut di SMA Karya Abadi. Bukan karena keinginannya ia masuk ke klub itu. Melainkan karena Pak Jarot—salah satu guru di Karya Abadi—mewajibkan murid-muridnya untuk ikut ekskul.
Ekskul-ekskul favorit seperti basket, cheerleader, dan pencinta alam udah banyak peminatnya dan nggak menerima anggota lagi. Yang tersisa hanyalah ekskul teater dan merajut ini. Sayangnya, karena insiden tabrakan sepeda, Dino harus kehilangan kesempatan mendaftar di eksul teater. Maka, jadilah Dino sebagai salah satu anggota ekskul merajut.
Demi tambahan nilai, Dino pun menjadi bahan ledekan siswa-siswa yang ada di sekolahnya. Setelah sekian lama bertahan di klub merajut itu, ternyata ada instruksi dari pihak sekolah bahwa klub tersebut harus ditutup. Dino dan Alma—salah satu temannya di knitting club—berjuang keras mempertahankannya. Bahkan, mereka harus menghadapi ancaman setiap pagi di loker mereka.
Namun, di tengah perjuangannya menghadapi masalah ini, Dino justru harus menghadapi pilihan yang cukup berat baginya. Bertahan di knitting club atau beralih ke klub basket yang pastinya diidam-idamkan oleh semua siswa.
Lantas, apa keputusan Dino? Bertahan atau tetap berada di klub yang berisi anak-anak buangan yang pendiam, pemalu, keibuan, dan kurang gaul itu?
Temukan jawabannya dalam novel Knitting Club karya Dessy Yasmita yang diterbitkan oleh GagasMedia. So, siapa bilang merajut itu hanya cocok buat cewek?