Misteri Matinya Para Sastrawan Sunda
Terkadang, menjadi seseorang yang berbeda itu menyenangkan. Namun, jangan sampai ambisi untuk menjadi berbeda itu mengalahkan segalanya, termasuk akal sehat.
Ninditha Irani Nadyasari adalah seorang anak perempuan yang cerdas. Siswi SMA Priangan 2 Bandung ini sudah langganan menjadi juara kelas. Maka tak heran jika Nadya terpilih sebagai salah seorang wakil sekolahnya untuk mengikuti Pemilihan Siswa Teladan Se-Bandung Raya.
Untuk bisa lolos ke tahapan berikutnya, Nadya tidak ingin mengambil tema yang umum. Seperti biasanya, ia menginginkan sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang tidak lazim dibahas oleh anak seumuran dirinya. Sastra Sunda menjadi jawaban dari tema uniknya itu.
Meski harus menelan beberapa cemoohan dari teman-temannya dan mengorbankan persahabatannya, perlahan tapi pasti Nadya mulai mencari tahu tentang sastra Sunda. Hingga akhirnya ia bertemu Yahya Soemantri, seorang sastrawan Sunda yang sudah sering menulis cerpen, novel, puisi, dan artikel dalam bahasa Sunda atau pun bahasa Indonesia.
Melalui Yahya, Nadya mulai belajar menulis. Dengan penuh semangat, Nadya berhasil merampungkan tulisan pertamanya. Namun apa yang terjadi kemudian bukanlah suatu hal yang diharapkan Nadya. Yahya mengungkapkan suatu kenyataan yang bagi Nadya sulit untuk diterima: tulisannya jelek!
Setelah berguru pada Yahya, Nadya melanjutkan pelajaran sastra Sunda-nya kepada Didi Supena Pamungkas, mantan Redaktur Kriminal Harian Pro Rakyat. Didi merupakan seorang penulis yang handal, khususnya di bidang kriminal. Rasa ingin tahunya terhadap sesuatu begitu tinggi. Selain itu, Didi juga sangat handal dalam menganalisis logika suatu kejadian.
Begitu pun saat Yahya tidak ada kabar sama sekali. Ya, Didi dan Yahya memang berteman akrab. Keduanya selalu menghadiri pertemuan rutin untuk membahas sastra Sunda saat ini. Keanehan mengenai kepergian Yahya secara misterius ini pun tidak luput dari pantauan Didi. Dan, menurut Didi, inilah saat yang tepat bagi Nadya untuk terjun langsung ke lapangan.
Saat ini, Nadya sudah memiliki kemampuan yang sama persis seperti kedua sastrawan Sunda itu. Namun, di waktu yang bersamaan itu pula Yahya dan Didi begitu sulit untuk dihubungi. Keduanya seolah hilang ditelan bumi. Belum lagi pemberitaan tentang dua orang sastrawan Sunda lainnya yang mendadak meninggal dunia. Apakah semua ini sebuah kebetulan belaka ataukah merupakan kejadian yang saling berhubungan?
Semua misteri itu bisa kamu temukan dalam novel Satin Merah karya Brahmanto Anindito dan Rie Yanti. Novel yang diterbitkan oleh GagasMedia ini begitu seru untuk dibaca. Kejadian demi kejadian begitu penuh dengan misteri yang membuat kita penasaran untuk terus mengikuti perkembangannya. Ingin tahu lebih lengkap mengenai jalan ceritanya? Buruan baca novelnya!