Pengalaman Anida Dyah Saat Menjelajah Benua Australia

anida-dyah2

Banyak hal yang bisa kamu dapatkan dengan mengarungi dunia. Keindahan alam, luasnya samudera, hingga kekayaan budaya yang tak akan pernah habis untuk dijelajahi. Cerita-cerita menarik pun bisa hadir dari penjelajahan. Seperti yang terangkum dalam buku Under The Southern Stars karya Anida Dyah.

 

anida-dyah2

Di sela-sela kesibukannya mempromosikan buku ini, Anida menyempatkan diri untuk menjawab pertanyaan GagasMedia via surel. “Luar biasa gembira dan bersyukur. Buku ini adalah hasil jerih payah menulis dan proses editing selama hampir dua tahun. Bukan proses yang mudah terutama bagi penulis pemula,” saat ditanya bagaimana perasaannya setelah buku ini terbit.

Under The Southern Stars sendiri mengisahkan tentang Anida yang melakukan perjalanan sejauh 4500 km melintasi benua Australia bersama tiga solo traveler yang baru dikenalnya.

“Selain kental dengan unsur petualangan dan sejarah, ada banyak refleksi dan kontemplasi yang terjadi selama perjalanan 30 hari tersebut—tentang kehidupan, makna sebuah perjalanan, kebijaksanaan alam, hubungan antar-manusia, dan diri sendiri,” kata perempuan lulusan Arsitektur Universitas Parahyangan ini.

Memulai road trip
Bermimpi untuk melakukan perjalanan mejelajah bumi ternyata sudah tertanam dalam benak Anida sedari kecil. Kisah-kisah petualangan klasik, seperti Around the World in 80 Days karya Jules Verne atau The Lord of The Rings pun menjadi “santapannya”. Kini, setelah dewasa dan memiliki uang sendiri, Anida pun mulai mewujudkan mimpinya.

“Waktu itu saya hendak pergi dari Perth menuju Melbourne. Sekadar informasi saja, lokasi Perth di sudut barat daya Australia, sedangkan Melbourne di ujung tenggara benua. Terpisah jarak ribuan kilometer,” katanya memulai cerita road trip ini.

Selanjutnya kata Anida, untuk menghemat biaya ia pun berinisiatif mencari tumpangan sekaligus rekan seperjalanan sehingga biaya yang dikeluarkan bisa patungan.

“Setelah mengiklankan diri di salah satu pencari rideshare/travel partner di Australia, saya bertemu dengan Judith, solo traveler asal Jerman. Lalu di website lain saya menemukan iklan Thomas, solo traveler asal Prancis, yang menawarkan tebengan dengan rute dan jadwal tempuh sesuai dengan yang saya inginkan. Ditambah Aymeric dari Prancis, kami memutuskan untuk melakukan perjalanan ini selama bersama-sama. Kami saling mengontak lewat e-mail, ketemuan, beberapa hari berikutnya langsung berangkat,” kata perempuan penyuka fotografi ini.

Berbagai persiapan pun ia lakukan mengingat perjalanan yang ditempuh akan memakan waktu lama. Mulai dari kompor gas kecil, peralatan makan, bahan makanan, makanan kaleng, kotak pendingin, gulungan tisu toilet, hingga persiapan mental pun mereka lakukan.

Suka duka road trip
Dalam perjalanan mengarungi benua Australia, ada suka duka yang Anida rasakan. “Sukanya ketika menemukan banyak tempat keren seperti pantai pasir putih luas yang seperti terisolasi—tanpa satu orang pun berada di sana, tidur di bawah jutaan bintang di belahan langit selatan, bertemu dengan binatang asli Australia, seperti burung emu, kanguru, koala, wallaby, wombat, opossum, echidna, dan beragam spesies aneh lainnya,” katanya.

Sedangkan dukanya ia rasakan ketika kepepet mencari toilet dan akhirnya harus puas dengan bersembunyi di balik semak-semak untuk buang air, tidur menindih kalajengking, repotnya mencari tempat bermalam, hingga bertengkar dengan teman seperjalanan.

Meski demikian, perjalanan ini juga memberi pelajaran berharga dalam hidup Anida. Menurutnya, ia jadi lebih memahami arti sebuah perjalanan—bagaimana caranya hidup dalam momen, merayakan kebebasan, sekaligus menyadari bahwa sesungguhnya tidak ada kebebasan yang tak bersyarat.

“Melalui road trip ini juga aku jadi mempunyai waktu untuk merefleksikan berbagai permasalahan kehidupan seperti perpisahan dan kematian yang telah menghalangiku untuk merasa bahagia. Karena sesungguhnya traveling itu bagai sebuah terapi selama kita mau untuk menggali lebih dalam lagi,” ungkapnya menambahkan.

Dan, pengalamannya menjelajah Australia inilah yang coba ia bagi kepada masyarakat. Lewat buku ini ia berusaha menjelaskan secara gamblang tentang keindahan dan seni perjalanan yang tak terjadwal.

“Memperkenalkan alam dan sejarah Australia yang mungkin masih awam bagi orang Indonesia, mengajak pembaca untuk menggali mimpi masa kecil yang telah terkubur oleh rutinitas, dan menginspirasi mereka agar berani meninggalkan zona nyaman untuk memulai sebuah petualangan,” katanya menutup wawancara ini.


under-the-southern-stars coverUnder The Southern Stars merupakan kisah perjalanan Anida Dyah dalam mengarungi benua Australia sejauh 4500 km, selama 30 hari, bersama 3 petualang lainnya.

beli