Persahabatan Lintas Ruang dan Waktu

Persahabatan Lintas Ruang dan Waktu

Sebuah persahabatan tak harus putus di tengah jalan karena jauhnya jarak yang terbentang. Kita masih tetap bisa menikmatinya meski hanya melalui sebuah pesan elektronik.

Anti dan Tesa sudah tidak saling bertemu sejak lulus sekolah. Keduanya adalah cewek-cewek Indonesia yang mencoba menaklukan dunia—khususnya Eropa. Anti melanjutkan studinya ke Perancis, sedangkan Tesa mengambil kuliah di Jerman.

Bagi mereka, jarak bukanlah hambatan untuk tetap saling berbagi cerita. Melalui e-mail, mereka bertukar ide, pendapat, dan argumentasi tentang banyak hal. Tentang pengalaman cintanya dengan para cowok, tentang kebudayaan barat dan timur, tentang realitas sosial, tentang seks, dan bahkan tentang kepercayaan terhadap Tuhan.

Anti dan Tesa adalah dua dari sekian banyak cewek Indonesia pintar. Sambil mencoba menaklukkan Eropa, kedua cewek ini juga terus memperdalam pengetahuannya seraya menikmati masa muda. Meski terkadang memiliki pemikiran yang berbeda, tapi mereka justru menjadi dua orang sahabat yang saling melengkapi.

Tidak hanya pintar, Anti dan Tesa juga sama-sama cewek Indonesia yang haus akan tantangan, memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, hobi berpetualang, berkebudayaan tinggi, dan berprinsip. Meski tinggal di Eropa, mereka tidak lantas meninggalkan adat timur yang selama ini mereka jalankan.

Hal itu terlihat jelas saat mereka mempertahankan prinsip ‘having sex after marriage’—meski di sana segala sesuatunya memungkinkan dan sex before marriage adalah hal yang biasa.

Mereka berdua memang luar biasa. Semangat mereka pun tidak kalah tingginya dengan semangat Kartini di zaman dulu. Ya, mereka adalah Kartini zaman modern. Kartini masa kini yang haus akan rasa ingin tahu. Kartini yang tidak takut untuk mempertanyakan apapun, meski pada akhirnya tidak semua pertanyaan memiliki jawaban.

Petualangan Anti dan Tesa dalam menaklukan Eropa ini terangkum dalam novel Kartini Nggak Sampai Eropa karya Sammarina yang diterbitkan oleh GagasMedia. Novel ini sangat menarik untuk dibaca. Selain karena bentuknya yang berupa e-mail, isinya pun sangat unik. Apa adanya, cuek, sarkas, dan cukup menyentuh. Seperti apa ending-nya? You’ll never know itu until you read it! It’s so unbelievable.

Profil penulis:
Sammaria mengawali hidup di Bandung, 4 Mei 1983, dan menjalani hidup nomaden di berbagai kota di Indonesia, dari Medan sampai Jayapura.

Sammaria dididik di ITB untuk menjadi seorang arsitek, tetapi malah menemukan legenda hidupnya sebagai seorang sutradara. Karena mendapat predikat TA terbaik, Sammaria tergoda menjadi arsitek dan berburu dolar ke Singapura. Akan tetapi Sammaria tetap dihantui panggilan menjadi sutradara. Setelah ditolak oleh banyak production house dan advertising agency, Sammaria pulang kampung ke Bandung dan alih profesi menjadi pengacara. Pengacara alias pengangguran… tapi sutradara.

Saat ini Sammaria sedang berusaha mencatatkan dirinya dalam gerakan renaissance sinema Indonesia dengan membuat film independen layar lebar yang low budget tapi belagu, berjudul cin(T)a yang akan ditayangkan pada Idul Adha 2008.

Mau tahu lebih banyak tentang Sammaria? Cari aja dia di: sammariasammaria@yahoo.com atau kartininggaksampaieropa.blogspot.com.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *