Yoga mendesis jengkel, menekan-nekan tombol on-off di remote control. “Kalo ini remote ajaib, dari tadi udah kumatiin, kau. Sopan dikit, dong,” gertaknya seraya memandangi postur cewek di depannyaitu. Diperkirakan masih di bawah umur, dengan rambut sebahu berantakan, kantung mata tebal mirip panda langka, dan muka tembem mirip bakpao. “Ortumu udah sinting, apa? Kenapa anak SD dibiarin keliaran malam-malam?”
“Aku udah SMA!”
“Badan kayak kurcaci gitu, mana bisa dipanggil SMA,” sindir Yoga nggak percaya sama sekali; lagian mana ada anak SMA pake piyama Sponge Bob. Mana KTP-mu?” Dominique mengumpat dalam batin, mendoakan cowok dekil itu mati kejepit pintu.
Yoga mendesis jengkel, menekan-nekan tombol on-off di remote control. “Kalo ini remote ajaib, dari tadi udah kumatiin, kau. Sopan dikit, dong,” gertaknya seraya memandangi postur cewek di depannyaitu. Diperkirakan masih di bawah umur, dengan rambut sebahu berantakan, kantung mata tebal mirip panda langka, dan muka tembem mirip bakpao. “Ortumu udah sinting, apa? Kenapa anak SD dibiarin keliaran malam-malam?”
“Aku udah SMA!”
“Badan kayak kurcaci gitu, mana bisa dipanggil SMA,” sindir Yoga nggak percaya sama sekali; lagian mana ada anak SMA pake piyama Sponge Bob. Mana KTP-mu?” Dominique mengumpat dalam batin, mendoakan cowok dekil itu mati kejepit pintu.
Dom yang cuek, lucu, dan kalau ngomong ceplas-ceplos itu benar-benar bikin Yoga, teman seapartemennya, pusing. Mereka sering berantem dan susah sekali untuk akur. Meskipun demikian, Dom penasaran juga untuk tahu latar belakang Yoga karena dia begitu tertutup dengan kehidupan pribadinya.
Dominique Fanien memang jauh banget dari gambaran putri dalam dongeng-dongeng, tapi apa yang dia alami nggak jauh beda sama mereka. Tinggal bersama ibu tiri yang jahat dan ayah yang nggak pedulian membuat Dom, panggilan Dominique, memilih untuk pergi dari rumahnya dan menyewa apartemen kecil, berbagi dengan seorang cowok.
Tapi begitu tahu siapa Yoga sebenarnya, Dom malah kaget setengah mati. Yoga ternyata anak seorang cucu salah satu konglomerat paling kaya di Asia. Dia melarikan diri dari rumah karena nggak suka dengan keadaan keluarganya, kekayaannya, hingga akhirnya memutuskan hidup sendiri, sama seperti Dom.
Bukan Dom namanya kalau nggak bisa memanfaatkan situasi. Dom yang pingin banget hidup senang, langsung nodong Yoga untuk mewujudkan semua keinginannya. Di luar dugaan, Dom juga bisa menaklukkan keluarga Yoga karena dia bisa memecahkan kekakuan dalam keluarga yang super kaya dan terpandang itu. Bahkan, Fremmie, kakak Yoga yang jutek dan kaku itu bisa luluh hatinya.
Cerita tentang pangeran dan putri kayak Cinderella ternyata nggak ada matinya dan masih asyik buat dinikmati sampai sekarang. Biarpun tema cerita ini klasik, Della Nova berhasil mengemas cerita ini dengan setting modern dan nggak basi. Dialog-dialog dalam Cowokku Pangeran Kodok ini lincah dan kocak. Ceritanya mengalir dengan menyenangkan dan enak untuk diikuti. Tidak ketinggalan, umpatan-umpatan kasar dari para tokoh yang justru terdengar jenaka
Membaca cerita ini membuat kita membayangkan adegan-adegaan dalam film Hongkong atau Korea yang pemainnya berekspresi seperti film kartun. Deskripsi kehidupan konglomerat kaya seperti dalam film-film itu juga tergambar dengan jelas di novel ini; pesta kebun, limousine, dan kekuasaan.
Tertarik untuk membaca novel ini? Kalau bisa, sih, pilih tempat yang sepi untuk membaca, soalnya novel ini bisa bikin kita senyum-senyum sendiri.