Setitik Cahaya di Tengah Kebuntuan

Setitik Cahaya di Tengah Kebuntuan

Kebuntuan ide atau pikiran bisa datang menghampiri siapa saja. Begitu pun dengan para penulis. Namun, bukan berarti hal itu membuat kita tumpul selamanya. Pilihlah caramu sendiri untuk memecahkan kebuntuan itu.

Senja Hadiningrat tadinya bukan apa-apa. Bukan siapa-siapa. Ia hanyalah seorang wanita yang suka sekali menulis dan bermimpi ingin menjadi penulis. Bermimpi untuk menelurkan banyak karya yang disukai orang-orang dan hidup hanya dari royalti hasil penjualan karya-karyanya itu.

Itulah impiannya, setidaknya untuk setahun lalu. Saat ini, Senja bukan lagi orang biasa. Ia telah menjadi penulis ternama melalui ajang Festival Penulis Indonesia 2008 yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Nasional. Karya perdananya yang berjudul Omnibus sukses mengantarkan Senja menjadi pemenangnya.

Tidak dipungkiri, menjadi pemenang ajang bergengsi membuka jalannya menuju cita-cita yang pernah diimpikannya. Seiring dengan itu, kesempatan pun datang bak keran air yang baru saja dibuka. Sayangnya, kesempatan itu malah membuatnya tertekan. Seolah menulis bukan lagi satu cita-cita yang begitu ia dambakan.

Semua itu karena Tasya. Secara sukarela, kakak tirinya itu mengajukan diri untuk menjadi managernya. Hampir semua kesempatan yang datang, diterima Tasya tanpa persetujuan Senja. Bahkan, hadirnya novel kedua Senja yang berjudul Head Over Heels sangat jauh kualitasnya dengan Omnibus.

Tidak jarang Senja menemukan review berupa kritikan pedas dari pembaca Head Over Heels dan ini membuat mentalnya sebagai penulis baru jadi merosot. Nampaknya tekanan yang diberikan oleh Tasya, padatnya jadwal, dan macam-macam promosi, membuat Senja kehilangan semangatnya dalam menulis. Yap, saat ini ia terserang writer’s block!

Hanya satu yang ia butuhkan: BERLIBUR!

Bali menjadi tujuan Senja untuk mengisi waktu berliburnya. Di sanalah ia bertemu Genta Mahendra, seorang pelukis. Bersama Genta, Senja merasakan sesuatu yang berbeda. Ada getar yang menyelimuti perasaannya. Bahkan, bersama Genta pula, Senja menikmati ciuman pertamanya.

Selama Senja berada di Ubud, ia mencoba menikmati pengalaman barunya. Menikmati sunset di tengah-tengah hamparan sawah sambil meneguk segelas kopi panas adalah salah satunya. Namun, mengapa ide tidak kunjung datang juga.

Di saat seperti inilah, Genta mampu membuka pikirannya terhadap masalah yang sedang Senja hadapi. Dan tanpa sadar, Senja menemukan bentuk cinta yang selama ini ia cari. Tetapi, bagaimana dengan Genta, mengingat ia tidak pernah menyinggung sedikit pun tentang cinta waktu bersama Senja?

Temukan jawabannya dalam novel terbaru Okke ‘Sepatumerah’ yang berjudul Heart Block. Novel terbitan GagasMedia ini bisa dibilang pengalaman yang pernah dialami oleh hampir semua penulis. Kebutuan menulis memang menjadi masalah tersendiri bagi penulis. Percaya atau tidak, di antara para penulis yang ada di dunia ini, tentu pernah melakukan apa yang Senja lakukan. Dirangkai dengan cerita cinta antara Senja dan Genta, novel ini lebih terasa mengasyikkan saat dibaca.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *