GagasAddict, pernah membayangkan rasanya terlempar ke masa lalu dan menikmati tiap detiknya? Itulah yang akan kamu rasakan saat membaca salah satu novel dari seri Time Traveler, Kota Lama dan Sepotong Cerita Cinta. Herdiana Hakim—penulis novel ini—akan mengajakmu bertualang ke zaman RA Kartini dan bersahabat dengannya. Penasaran?
GagasAddict, pernah membayangkan rasanya terlempar ke masa lalu dan menikmati tiap detiknya? Itulah yang akan kamu rasakan saat membaca salah satu novel dari seri Time Traveler, Kota Lama dan Sepotong Cerita Cinta. Herdiana Hakim—penulis novel ini—akan mengajakmu bertualang ke zaman RA Kartini dan bersahabat dengannya. Penasaran?
Novel Kota Lama dan Sepotong Cerita Cinta bercerita tentang pertemuan dua perempuan beda masa, yakni Raden Ajeng Kartini dan Jenny Ayu Maharani. Jenny adalah perempuan modern yang terlempar ke masa lalu saat ia sedang berkunjung ke Jepara, dalam rangka melarikan diri dari berbagai masalah yang membelitnya. Di sana, ia dan Kartini menjalin persahabatan yang unik. Masalah hadir ketika ia harus kembali ke masa kini dan menemui orang yang ia tinggalkan.
Mengapa Kartini?
Dalam wawancara yang dilakukan GagasMedia, Herdiana mengaku sangat mengagumi sosok Kartini yang cerdas, humoris, penuh semangat, dan penyayang. Ia terinspirasi oleh cerita pendek karya Suryatini N. Gania yang berjudul Minum Teh Bersama Kartini. Kemudian, dari situ ia terpikir untuk membuat cerita modern yang menghadirkan sosok Kartini.
Membuat cerita dengan latar zaman dahulu memang tidak mudah. Riset mendalam pun dilakukan Herdiana dengan cara studi pustaka dan lapangan. Ia mengumpulkan sebanyak mungkin buku tentang Kartini dari toko buku bekas sampai Perpustakaan Nasional.
Tak cukup dengan studi pustaka, ia pun mengunjungi Jepara dan Rembang untuk mendatangi rumah yang pernah ditinggali Kartini, museum, dan juga makamnya.
Sedangkan untuk tokoh utama, Jenny, Herdiana melakukan riset dengan cara mewawancarai teman-teman yang mendalami dunia IT dan games.
Selama menulis Kota Lama dan Sepotong Cerita Cinta, Herdiana menemukan banyak hal. Ada pengalaman unik saat ia membeli buku biografi Kartini yang ditulis oleh Sitisoemandari Soeroto.
“Saat mampir ke satu toko buku bekas di Plaza Semanggi, aku tidak sengaja menemukan buku biografi tersebut. Setelah membelinya, aku baru ngeh kalau buku itu ditandatangani oleh R.M. Boedhy Soesalit, cucu tunggal Kartini. Dia mempersembahkan buku itu untuk sahabatnya. Dan kini, buku itu berakhir di tanganku. Tidak ada yang namanya kebetulan, kan?” ujarnya.
Untuk menulis latar waktu, Herdiana memilih medium gamelan sebagai pengantar tokoh utama ke masa lalu. Gamelan dipilih karena dalam salah satu surat Kartini, ia pernah bercerita bahwa mendengarkan alunan gamelan selalu membawanya ke masa lampau.
Ia berujar, “Waktu adalah sesuatu yang universal yang kita miliki dan alami bersama. Semua orang pasti pernah merasakan dilema terkait waktu. Salah satu dilema itu, yakni bagaimana jika seandainya kita bisa kembali ke masa lalu, yang aku angkat ke dalam cerita ini.”
Melalui novel ini, Herdiana berharap pembacanya bisa merasa terinspirasi, karena bisa pergi sejenak ke masa lalu dan berkenalan dengan sosok Kartini. Ia pun menambahkan, “Time travel, bagiku, merupakan tema yang abadi. Di setiap masa, pasti ada yang tertarik menulis tentang perjalanan lintas waktu.”
Semakin penasaran dengan novel Kota Lama dan Sepotong Cerita Cinta? Tunggu Time Traveler, seri terbaru dari GagasMedia, ya!