Rare terlahir sebagai gadis bisu tuli dan tak dapat mengelak dari takdir kelahirannya yang dianggap sebagai kutukan.
Hinaan dan duka sepanjang hidupnya membuat Rare bertekad menjadi seorang penari Sanghyang Dedari. Gairah dan semangatnya menjadi penari Sanghyang Dedari menembus kebisuan. Penari Sanghyang Dedari dipercaya sebagai titisan dewa yang menjelma untuk menyembuhkan duka dan petaka yang memburu hingga anak cucu.
Rare berharap dengan menjadi penari Sanghyang Dedari akan menghapus tuduhan “anak kutukan” yang melekat kepada dirinya.
Menak—sang ibu—pun rela berkorban dan membuka rahasia hidup yang ia kubur selama ini. Ia ikhlaskan pengorbanan yang paling berat, bahkan pengorbanan yang paling sesat. Demi Rare dan karma baik keluarga.
Namun, jalan yang ditempuh ternyata tak semudah yang mereka kira.
“Erwin Arnada memiliki kekhasan untuk menjembatani dua wilayah yang berbeda: visual dan prosa narasi. Menggugah cara pandang baru mengenai Pulau Bali.” — COK SAWITRI, budayawan Bali JEJAK DEDARI, terinspirasi dari kehidupan sebuah desa di Bali Utara dengan mayoritas penduduk bisu tuli. Karya ini juga diangkat ke layar lebar. Film yang disutradarai sendiri oleh Erwin Arnada ini dibintangi Christine Hakim, Reza Rahadian, Alex Komang, Andania Suri, Meriza Febriani, dan Verdi Solaiman.