“Aku harus pergi, jauh dari sini….”
Mendengar kata-kata itu, jantung Lara serasa berhenti. Yang bisa diucapkannya sebagai respons hanya sebuah pertanyaan lirih. “Ke mana?”
“Mesir.”
“Kamu berjanji akan tetap menghubungi aku?”
“Mungkin, sebaiknya kita nggak usah berhubungan lagi,” ujar Satria.
Lara menyeka air matanya. “Mungkin ini terlambat, tapi aku ingin kamu tahu… bahwa aku….”
“Pulanglah, Lara! Aku serius!”
Perempuan itu tersentak kaget. Kali ini, Satria benar-benar serius. Tinggallah Lara sendirian dengan tangis yang tak lagi tertahan.
Mungkin kisah cintamu seperti Satria. Harus pergi jauh demi kebaikan orang yang paling kamu sayangi. Atau kisah cintamu seperti Lara—ditinggalkan
saat kamu baru menyadari perasaanmu yang sesungguhnya.
Mencintai memang tak semudah saat kita mengucapkannya. Kadang kita harus menderita dan meneteskan air mata. Namun, cinta itu pula yang membuat kita berani. Berani melangkah ke depan sekalipun kenangan pahit masa lalu terus menghampiri. Karena akan selalu ada bagian dari masa lalu yang memaksa untuk dikenang. Sekalipun, kenangan itu lebih baik dilupakan.