Judul buku : Sebelum Cahaya
Penulis : Karla M. Nashar
ISBN : 979-780-208-6
Jumlah halaman : 292 hlm
Ukuran buku : 11,5 x19 cm
“Enggar sayang, tahu nggak apa yang kulakukan kalau teringat kamu saat malam hari? Aku akan memandangi toples kaca yang aku bawa saat pindah dari pesisir kita. Masih ingat kan ceritaku tentang toples kaca itu? Aku mengisinya dengan enam genggam pasir dari pantai kita, dua macam kerang dan karang laut, sebuah bintang laut kemerahan yang kutemukan telah terdampar mati di pasir, serta sepotong ranting hanyut yang suka kamu pungut kalau kita sedang berjalan di pantai. Ehmm…, ternyata melihat pantai kita dalam toples kaca itu memang mujarab. Keajaiban cinta yang tersimpan di dalamnya telah berhasil membantuku melewati tahun-tahun berlalu tanpa kamu.”
Di pesisir indah itu Enggar dan Mariena pertama kali bertemu, bertengkar, lalu jatuh cinta. Dan di pesisir indah itu juga mereka harus berpisah. Lalu waktu berlalu. Mereka bertemu kembali. Namun, Enggar telah berubah. Labirin kegelapan yang menyeliputinya kini, membuat sosok cowok itu menjadi pesimis.
“Dan ingatlah Enggar, apa pun yang terjadi, kamu akan selalu bisa pulang ke dalam hatiku.”
Itulah yang ingin Mariena lakukan. Meyakinkan Enggar untuk pulang ke dalam hatinya. Selamanya.
Saya sangat terkesan. Novel ini tidak sekadar menceritakan tentang bagaimana melihat cahaya, namun merasakan dan memahaminya sebagai sebuah spirit kehidupan. Siapa pun atau apa pun itu, sesungguhnya dapat kita jadikan sebagai cahaya hidup kita. Bacalah novel ini dan Anda akan tahu. Great! (NOE, vokalis Letto)
Membaca novel ini saya langsung tahu bahwa novel ini tidak muncul begitu saja dari khayalan penulis, tapi dari intuisi hati yang tertuang di goresan-goresan yang luar biasa! (PATUB, gitaris Letto)
Kesedihan, kegembiraan, kepedihan, tangisan, jeritan, pisuhan dan semua unsur sifat-sifat manusia bergolak dan teramu dengan baik dalam novel ini. Salut buat penulis! (ARI, bassis Letto)
Inilah novel biasa dengan alur dan setting yang biasa, namun diolah oleh seorang genius! Jujur, saya terbawa olehnya…. (DEDI, drummer Letto)