Jalan yang berkelok dan menanjak, cukup membuatku mual. Sampai pada ujung jalan menanjak, sebuah cahaya lampu menembus dari arah berlawanan. Bunyi klakson terdengar bersahutan di telinga.
Sepersekian detik kemudian hantaman pertama merusak bus bagian depan, membuat bus hampir terguling. Seluruh penumpang terlempar keluar dari kursinya. Belum sempat kami membetulkan posisi, dari belakang tiba-tiba datang lagi hantaman kedua. Kondisi bus kini ringsek terhimpit dua truk.
Kemudian, terdengar suara ledakan, seketika api dengan cepat membakar bagian depan merambat ke bagian belakang bus. Teriakan kesakitan menyeruak bersama isak tangis yang memutus kehidupan.
(Wati, korban)
“Saya menyaksikan kobaran api begitu besar, ketika serombongan manusia dalam bus itu terpanggang hidup-hidup. Tidak ada bala bantuan.”
(Saksi – pedagang pinggir jalan)
Rabu malam, 8 Oktober, 2003, jadi hari terakhir bagi Wati dan juga teman-temannya yang kembali dari study tour ke Bali. Bus mereka terbakar dan meledak setelah dihantam dua truk di dekat pintu PLTU Paiton, Jawa Timur. Tim Kisah Tanah Jawa mendatangi tempat kejadian yang memang dikenal sebagai kawasan rawan kecelakaan ini.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Buku Kisah Tanah Jawa: Tikungan Maut mencoba menjawabnya.