Untuk bisa menghasilkan karya tulis yang bagus memang tidak mudah. Tidak jarang, draft pertama yang kita tulis alurnya sangat berantakan, melompat-lompat, kalimatnya tidak indah, dan sebagainya. Jika sudah begini, tidak jarang dari kita yang berhenti di tengah jalan, enggan melanjutkan kegiatan menulis, dan menghapus apa yang telah kita tulis dengan satu tombol ‘delete’.
Sebenarnya, hal itu wajar terjadi, apalagi bagi kita yang awam dalam dunia tulis-menulis. Jangankan kita yang awam, penulis sekelas A.S. Laksana pun pernah menulis buruk. Hal itu diungkapkannya dalam buku Creative Writing terbitan GagasMedia.
“Saya tidak sedang mengolok-olok ketika menyarankan kepada Anda agar menulis buruk. Terus terang, saya sendiri selalu menulis buruk untuk menghasilkan draft pertama tulisan saya.” Begitu bunyi paragraf pertama pada sub-judul Menulis Buruk dalam buku tersebut.
Menurut salah satu pendiri Sekolah Menulis Jakarta School ini, dengan draft pertama yang buruk kamu justru memiliki kesempatan berikutnya untuk membuatnya menjadi lebih baik.
Jangan merasa terbebani dengan kalimat “menulis dengan bagus”. Pasalnya, keharusan untuk menjadi bagi bagus bisa membuatmu sulit untuk mulai menulis, merasa terbebani, ruwet dengan diri sendiri, dan tak pernah sungguh-sungguh menulis.
Sebaliknya, menurut pria yang akrab disapa Sulak ini, menulis buruk akan membuatmu terhindar dari ketegangan yang tidak perlu, membuatmu terbebas dari beban-beban yang menyumpal dalam benakmu.
Buatlah dirimu menjadi lebih enteng untuk menggerakkan pena atau menekan tuts mesin tulismu.
Selain ‘berkisah’ tentang menulis buruk, A.S. Laksana juga membahas banyak hal dalam kegiatan menulis. Mulai dari mengongkretkan konsep-konsep abstrak, mengakrabi karakter, menulis dari sudut penceritaan yang beragam, hingga bagaimana membuat adegan yang menarik.
Dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami, pastinya beragam tip menulis yang diungkapkan dalam buku ini akan lebih mudah kamu cerna dan praktikkan.