Tema lokal selalu menjadi bahan menarik untuk diangkat menjadi sebuah tulisan, apalagi diwujudkan dalam sebuah novel. Sandi Firly adalah salah satu penulis yang lihai mengangkat tema lokal tersebut. Setelah novel Lampau, Sandi Firly kembali mengangkat kisah dengan latar tanah kelahirannya, Kalimantan.
Tema lokal selalu menjadi bahan menarik untuk diangkat menjadi sebuah tulisan, apalagi diwujudkan dalam sebuah novel. Sandi Firly adalah salah satu penulis yang lihai mengangkat tema lokal tersebut. Setelah novel Lampau, Sandi Firly kembali mengangkat kisah dengan latar tanah kelahirannya, Kalimantan.
Dunia kepenulisan telah diakrabi Sandi Firly sejak ia berada di bangku SMA. Kala itu, ia sering diminta teman-temannya menuliskan surat cinta dan puisi untuk orang yang mereka taksir. Saat mulai kuliah, ia pun mulai serius menulis, terutama cerpen. Ia tertarik menulis karena senang membaca dan mengagumi cerita bagus yang ditulis para penulis.
“Mungkin juga, saya tertarik menulis karena saya tidak pandai menggunakan palu dan gergaji sehingga saya tidak lebih tertarik menjadi tukang. Atau karena tak terlalu pandai bermain gitar, sehingga saya tidak menjadi seorang pemusik. Namun, yang pasti, saya selalu merasa kagum dengan para penulis (hebat), ketimbang para bintang film.”
Cinta dan Rahasia dalam Catatan sang Ayah
Setelah surat dan puisi cinta dari SMA, Sandi telah menghasilkan banyak cerpen, juga novel. Novel terbaru Sandi Firly, Catatan Ayah tentang Cintanya kepada Ibu, bercerita tentang rahasia sebuah cinta. Seorang anak yang baru pulang ke kampung halamannya di suku Dayak Loksado, Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan, setelah sekian lama tinggal di Jakarta. Anak tersebut menemukan sebuah buku catatan milik sang Ayah yang berisi tentang cinta kepada ibunya yang baru saja meninggal.
Si anak hidup sendiri sejak lahir hingga dewasa sehingga ia tidak pernah mengenal sosok ayahnya. Dari buku catatan itulah si anak mulai mengetahui jejak hidup ayahnya yang seorang aktivis lingkungan. Tidak hanya berisi tentang cinta kepada seorang perempuan cantik suku Dayak Loksado, yakni ibunya, tetapi juga sisi lain dari kehidupannya.
Buku catatan itu juga membuka rahasia-rahasia, termasuk seorang lelaki yang diam-diam menyimpan dendam. Juga, tentang pelajaran cinta, hingga dia harus memilih antara dua perempuan yang sama menawan hatinya. Dengan jalinan kisah tersebut, kearifan lokal dan kebersahajaan masyarakat Dayak Loksado mewarnai novel ini.
***
Riset: Menyaksikan, Mengamati, dan Merasakan
Dalam novelnya, Sandi ingin memperkenalkan Kalimantan ke dunia luar. Mulai dari alamnya, budaya, kearifan lokal, hingga ke kehidupan masyarakatnya. Untuk membuat novelnya semakin kaya, ia pun meriset dengan cara menyaksikan, mengamati, dan merasakan kehidupan masyarakatnya, alamnya, termasuk juga upacara-upacara adatnya. Tak cukup dengan itu, ia menambah infonya dengan referensi-referensi dari buku.
Selama meriset, ia memiliki berbagai pengalaman seru dan unik tentang Kalimantan. Salah satunya ketika ia berarung jeram dengan lanting—rakit dari bambu—di Sungai Amandit, Loksado, Kalimantan Selatan.
“Saat itu, kami berlima. Di tengah perjalanan, justru ketika sampai di arus yang tenang, seorang kawan yang menceburkan diri di sungai sempat menghilang beberapa saat. Untungnya sempat kami tolong. Ketika dia mulai tenang, dia bercerita, di bawah sungai itu seolah ada yang menarik-narik tubuhnya. Bagian ini kemudian saya tuliskan di dalam novel saya,” kenang Sandi.
Melalui novel Catatan Ayah tentang Cintanya kepada Ibu, sebenarnya tidak ada pesan khusus yang ingin disampaikan kepada para pembaca. “Saya lebih ingin mengatakan; novel Catatan Ayah tentang Cintanya kepada Ibu ini akan memberikan pengalaman baru bagi yang membacanya. Jadi, bacalah…,” tutup Sandi Firly.
Apakah berbagai rahasia masa lalu yang dipertanyakan menemukan jawabannya? Apakah cinta juga akan menemukan muaranya? Apakah seseorang bisa melepas tanah kelahirannya? Dengan kekayaan budaya masyarakat Dayak Loksado, berbagai rahasia itu berkelindan.
Temukan jawabannya dalam novel Catatan Ayah tentang Cintanya kepada Ibu.