Penulis yang satu ini memang cukup produktif. Bahkan belum lama ini, ia sudah merilis karyanya yang ke-25 dengan judul Apa Pun selain Hujan. Yup, dia adalah Orizuka.
Penulis yang satu ini memang cukup produktif. Bahkan belum lama ini, ia sudah merilis karyanya yang ke-25 dengan judul Apa Pun selain Hujan. Yup, dia adalah Orizuka.
Di buku terbarunya ini, Orizuka menghadirkan sesuatu yang berbeda untuk para pembacanya. Mulai dari pemilihan tema, judul, hingga tokoh-tokoh yang ditulis dalam novel tersebut. Seperti apa perbedaannya? Kita simak obrolannya di bawah ini, yuk, GagasAddict.
@Sri_asri98: Apa, sih, yang menginspirasi pembuatan novel ini? Apakah ini juga bagian dari pengalaman pribadi?
Ada beberapa hal yang menginspirasi saya dalam membuat naskah novel ini. Pertama, lirik lagu “I Wanna Love” dari Teen Top yang membuat saya ingin membuat karakter yang ingin melanjutkan hidup dan lepas dari masa lalu. Kedua, ada manga BLEACH yang membuat saya ingin membuat karakter yang benci hujan karena hujan mengingatkannya akan memori buruk. Ketiga, ada Lee Dae Hoon, seorang taekwondoin Korea Selatan yang membuat saya ingin mengangkat taekwondo. Keempat, kota Malang dan Batu, yang sudah membuat saya jatuh cinta. Terakhir adalah kucing, hewan kesukaan saya. Ceritanya sendiri rasanya tidak ada yang berasal dari pengalaman pribadi. Kalaupun ada, mungkin hanya sedikit sekali.
@kysmpnvii: Penasaran, nih, Kak, kenapa judul novel kali ini memakai bahasa Indonesia?
Sebelumnya, buku saya yang pernah terbit berjudul The Truth About Forever, Infinitely Yours, I For You. Ketika saya mendapatkan kesempatan untuk menerbitkan buku di GagasMedia lagi, saya ingin sesuatu yang berbeda.
@AuliyaRahayu: Hal tersulit dalam menulis novel Apa Pun selain Hujan itu apa Kak Orizuka?
Karena baru kali ini saya menulis karakter laki-laki yang seperti Wira, saya harus benar-benar fokus pada perubahan emosinya yang naik-turun.
@ardanari16: Apa yang membuat Kak Orizuka lebih milih bikin novel tentang kebencian pada hujan daripada kecintaan pada hujan?
Saat itu, saya tidak berada dalam keadaan harus memilih di antara keduanya. Saat itu, saya hanya ingin membuat cerita tentang seseorang yang punya memori buruk dengan hujan sehingga dia tidak bisa lagi menghadapi hujan—lebih-lebih mencintainya seperti orang lain.
@Rhema_Manurung: Hal menarik apa yang ada dalam kisah ini sehingga harus banget baca buku ini?
Jika di luar sana sudah banyak buku mengenai kecintaan terhadap hujan, saya menulis cerita soal seseorang yang tidak menyukai hujan. Lalu, jika biasanya saya banyak menulis karakter cowok yang cenderung bad boy, kali ini saya menantang diri untuk membuat yang super soft-hearted.
@iliana_illie: Bagaimana cara mendalami setiap karakter tokoh dalam setiap novel yang Kakak buat?
Saya berusaha menajamkan empati saya terhadap para karakter. Saya berusaha melihat dan merasa dari posisi mereka. Saya juga selalu berandai-andai, jika saya A dengan kepribadian A, apa yang akan saya katakan atau lakukan jika ada suatu adegan? Seperti itu kira-kira.
@selmadestia: Apa yang membuat Mbak semangat untuk menulis? Ada “ritual” khususkah sebelum Mbak mulai menulis?
Saya harus selalu minum kopi sebelum menulis. Dan yang membuat saya bersemangat adalah tujuan utama saya, yaitu keinginan agar naskah tersebut diterbitkan dan dibaca oleh orang-orang.
@IgnasiaRuvina: Apa yang Kak Orizuka lakukan kalau lagi suntuk nulis biar dapat ide lagi?
Saya berhenti menulis untuk sementara, jalan-jalan ke toko buku atau baca buku penulis lain. Hal lain yang ampuh mengembalikan mood saya adalah pergi ke pantai dan melepas lelah di sana.
@LiaSeplia: Menurut Kak Orizuka mana yang disuka; A. Nulis 1 buku saja tapi bestseller dunia B. Nulis banyak buku tapi biasa saja?
Karena saya sangat suka menulis (juga mengkhayal), rasanya saya tidak akan sanggup untuk hanya menulis satu buku saja. Jadi, kalau harus memilih, saya akan memilih B, menulis banyak buku tapi biasa saja.
@giyongchy_4: Apakah seorang penulis membutuhkan waktu untuk sendiri dan tempat yang terasing untuk menciptakan karya yang bagus?
Saya pribadi membutuhkan tempat yang tenang dan nyaman untuk menulis, tapi tidak harus terasing. Kadang-kadang saya juga akan menulis di kota-kota tertentu (tempat saya mengambil latar di cerita), tapi saya tetap harus terhubung dengan dunia luar melalui internet.
@RaaChoco: Bagaimana cara memaafkan diri sendiri, menyembuhkan luka, dan melepas sesuatu yang tidak akan jadi milik kita menurut Kak Orizuka?
Dengan menerima dengan ikhlas dan lapang dada, berdamai dengan diri sendiri, dan meyakinkan diri bahwa kita bisa belajar dari kesalahan dan menjadi orang yang lebih baik, atau akan mendapat ganti yang lebih baik di kemudian hari.
Ingin tahu lebih lengkap tentang Apa Pun selain Hujan? GagasAddict sudah bisa mendapatkan bukunya di toko buku terdekat, kok. Atau, unduh versi e-book-nya melalui Play Store.