Seperti apa, sih, karya pertama Haqi Achmad—penulis Ada Cinta di SMA, Reza Pahlevi—penulis (EX)Perience, dan Fala Amalina—penulis The Bridesmaids Tale? Semua dibahas tuntas lewat acara Grab Your Readers yang diadakan di Gramedia Mal Metropolitan, Bekasi, pada 17 Desember 2016 lalu.
Tahukah kamu, GagasAddict, ketiga penulis ini mengawali karier kepenulisan mereka melalui media menulis yang berbeda-beda, lho.
Misalnya saja Fala Amalina yang mengawali project menulisnya melalui Wattpad. Menurut Fala, awal ia menulis di Wattpad karena merasa kurang puas dengan ending beberapa buku yang pernah dibaca.
Sementara menurut Reza Pahlevi, menulis buku merupakan pelengkap tulisannya di akun ask.fm karena tidak dibatasi oleh jumlah karakter. “Semakin banyak followers, semakin banyak calon pembaca. Berarti semakin tinggi tanggung jawab kita untuk menulis buku yang baik,” kata Reza.
Sedangkan Haqi Ahmad memulai penulisan bukunya melalui skenario film. Baginya, menulis novel dari skenario film—meskipun medianya berbeda—feel yang dirasakan penonton dan pembaca harus sama.
Dos & don’t bagi penulis
Tiga penulis dengan tiga background media kepenulisan yang berbeda tentunya bisa menambah kaya pengetahuan kita tentang dunia kepenulisan. Lantas, apa saja sih hal-hal yang sebaiknya dilakukan atau tidak oleh seorang penulis?
Menurut Haqi, saat menulis sebaiknya kita tidak disibukkan dengan self editing hingga membuat tulisan kita tidak selesai. “Menulis dan mengedit adalah dua hal yang berbeda. Jadi, jangan sibuk self editing sehingga tulisan nggak selesai,” katanya.
Tidak hanya itu, masih menurut Haqi, tidak semua tulisan harus ditulis dengan kata-kata indah karena tidak semua jenis tulisan cocok dengan hal itu.
Nah, kalau Haqi membahas tentang teknik menulis, lain halnya dengan Fala yang menyoroti masalah feedback pembaca bagi karyanya.
Bagi Fala, feedback dari pembacanya di Wattpad sangatlah penting. Karena dari sanalah ia mendapatkan banyak masukan sebelum karyanya tersebut dibukukan.
“Penting mempertimbangkan masukan pembaca, tetapi yang perlu diingat, penulis adalah arsitek bagi tulisannya sendiri,” ujar Fala.
Senada dengan Fala, menurut Haqi penting bagi seorang penulis untuk tahu siapa calon pembacanya. Karena dari sanalah seorang penulis bisa meriset dan mengetahui gambaran karakter yang akan dituliskan.
Lalu, bagaimana dengan Reza? Pada kesempatan itu, Reza mengungkapkan pentingnya branding diri dari seorang penulis. “Penulis perlu mem-branding dirinya. Tapi sewajarnya saja, nggak usah berlebihan,” ujar Reza.
Tidak hanya itu, masih menurut Reza, penulis juga harus mencari kegiatan lain di sela-sela proses penulisan untuk menghilangkan kejenuhan.
Lantas, apa yang harus dilakukan, ya, jika ada PH yang ingin karyamu difilmkan?
“Kalau novel kamu difilmkan, pilihlah PH yang sesuai dengan visi misi kamu ketika menulis novel itu. Kamu berhak terlibat,” ujar Haqi.
Selain itu, menurut Haqi, sebagai penulis kita harus tahu strategi marketing, mulai dari bagaimana menjual bukunya, poin plus apa yang bisa ditawarkan kepada pembaca, dan sebagainya.
Cukup seru, kan, bincang-bincang dengan tiga orang penulis ini? Masih banyak, lho, hal seru lain yang bisa kamu dapatkan. Eiit..jangan lupa banyak membaca buku untuk memperkaya teknik menulismu. Nah, dengan membaca (EX)perience, The Bridesmaids Tale, Ada Cinta di SMA, wawasan dan teknik penulisanmu akan bertambah.
Pantau terus ya, info dari kami!