Balas Dendam Kuntilanak

Balas Dendam Kuntilanak

Lingsir wengi sliramu tumeking sirno…
Ojo tangi nggonmu guling…
Awas jo ngetoro…
Aku lagi bang wingo wingo…

Nanyian itu masih jelas terdengar di telinga Agung. Pembunuhan, semua kejadian mengerikan yang disaksikan matanya sendiri di kediaman Mangkoedjiwo malam itu, mengendap di dalam benaknya dan seolah tak mau pergi—sekeras apapun usaha Agung untuk melupakannya.

Meski awalnya Agung takut untuk menghadapi traumanya itu, namun berkat saran Iwank, ia pun berusaha untuk menyadarkan Samantha. Menjauhkan kekasihnya dari dunia sesat sebelum jatuh korban lebih banyak lagi.

Satu hal yang belum Agung ketahui, Samantha sedang berperang melawan dirinya sendiri dan menlarikan diri dari kejaran Ndoro Lies, Sang Imam Bumi. Dalam usaha pelariannya, sebenarnya Samantha sedang ditunggu kedatangannya oleh seseorang yang mengetahui cara menghentikan dirinya memanggil kuntilanak.

Menurut Bu Yanti, Sang Imam Air, Samantha memiliki kemurnian hati yang tidak dapat digoyahkan. Sehingga kekuatan gelap yang terdapat dalam diri Samantha dapat dikalahkan dan tidak akan pernah menang.

Namun, apa yang didapatkan Samantha tidak seperti yang ia bayangkan. Semua orang yang dicintai dan mencintainya, telah pergi meninggalkannya. Lantas, bagaimana Samantha dapat melalui semua ini? Mampukah ia melawan kekuatan gelap dalam dirinya? Apakah kuntilanak akan membalas dendam setelah selama ini menjadi budak manusia?

Novel adaptasi Kuntilanak 2 yang ditulis oleh Ve Handojo ini memang merupakan sekuel dari film dan novel Kuntilanak sebelumnya. Melalui novel yang diterbitkan oleh GagasMedia ini, jawaban atas semua penasaran kamu di film dan novel sebelumnya akan terpenuhi.

Dengan gaya bahasa yang cukup meyakinkan, Ve mampu membuat novel ini menjadi sangat hidup. Dengan begitu, kamu yang belum sempat menonton filmnya akan dengan mudah membayangkan apa yang terjadi di film tersebut. Penasaran? Buruan deh baca!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RACUN SANGGA