Khatulistiwa Literary Award (KLA) merupakan salah satu ajang perbukuan yang cukup dinantikan oleh para penulis Indonesia. Hal serupa juga dirasakan oleh empat penulis GagasMedia, yaitu Astari Nur Alina(penulis Scrapbook), Calvin Michel Sidjaja (penulis Jukstaposisi), Dessy Yasmita (penulis Knitting Club), dan Windry Ramadhina (penulis Orange).
Apa dan bagaimana perasaan mereka saat karyanya dinominasikan di ajang bergengsi ini? Berikut adalah wawancaranya.
1. Hai, apa kabar? Kalau boleh tahu, sedang sibuk apa nih saat ini?
Astari (A): Baik, kebetulan lagi sibuk banget sama tugas kuliah yang nggak berhenti-berhenti, plus coba-coba nulis cerita yang baru.
Calvin (C): Saat ini sedang menunggu panggilan kerja dan menulis novel.
Dessy (D): Baik. Sibuk bekerja, belajar, dan menyelesaikan beberapa proyek novel.
Windry (W): Halo. Kabarku baik, alhamdulillah. Aku sedang menyelesaikan novel kedua sampai bulan depan. Setelah itu aku dan beberapa teman penulis akan membuat antologi cerpen bersama. Proyek antologi ini seru sekali karena mengambil tema yang fresh dan memiliki konsep unik. Penulis-penulis yang berpartisipasi juga oke. Salah satu di antaranya menjadi nomine KLA 2007.
2. Bagaimana nih rasanya jadi Nomine KLA 2008 untuk kategori Penulis Muda Berbakat?
A: Seneng banget yah yang pasti dan juga bangga pastinya
C: Bangga banget walau ga menang ! Setidaknya pernah bersanding dengan nominasi penulis berbakat muda lainnya. Tapi bahwa tulisan kita diapresiasi adalah paling penting, menang itu bonus.
D: S.U.R.P.R.I.S.E dan S.E.N.A.N.G tentunya (:
W: Pastinya aku senang dan bersyukur karena KLA punya standar tersendiri dalam menilai karya-karya tulis di Indonesia.
3. Sebelumnya, pernah terbayang nggak sih buku kamu bakal diikutsertakan dalam ajang KLA ini?
A: Sama sekali nggak
C: Ngga sih, makanya shock, apalagi saingannya banyak, se-Indonesia pula.
D: Gak. Hahahahahaha.
W: Jujur saja, aku memang memimpikan lolos seleksi KLA hahaha. Aku tahu KLA sejak tahun lalu. Aku masih ingat pemenang 2007 untuk kategori Penulis Muda Berbakat, usianya masih muda sekali, dan mungkin secara tidak sadar itu menjadi salah satu motivasiku menghasilkan karya pertama yang baik sekaligus menarik.
4. Ceritain sedikit dong, bagaimana awalnya buku kamu bisa sampai dikirimkan untuk mengikuti ajang ini?
A: Aku juga nggak tau. Waktu itu tiba-tiba aku ditelfon gagas dan ditanyain kalo Scrapbook itu novel pertama aku atau bukan. Pas aku tanya kenapa, ternyata untuk diikutin ke KLA. Aduh, langsung shock tapi seneng. hahaha
C: Wah sebetulnya aku juga ga tahu gimana ceritanya bagaimana ,tapi tiba-tiba muncul begitu saja. Mungkin ada yang mengirimkan buku ini ke juri?
D: Wah, kalau masalah prosesnya bagaimana, saya tidak tahu karena yang mendaftarkan buku saya ke Panitia KLA adalah pihak Gagas. Gagas Media juga tidak pernah menghubungi saya untuk mengabarkan bahwa buku saya diikutsertakan dalam penjurian. Jadi saya tidak pernah tahu latar belakang Gagas mengikutsertakan buku saya.
W: Sebenarnya aku sendiri tidak melakukan apa-apa hahaha. Saat panitia KLA membuka pendaftaran, aku ingin ikut tapi ragu karena bulan penerbitan Orange rancu, apakah Juni ataukah Juli, karena buku yang terbit setelah Juni 2008 tidak boleh diikutsertakan dalam KLA 2008. Akhirnya aku tidak mendaftar dan tahu-tahu aku mendapat pemberitahuan bahwa bukuku masuk nominasi. Mungkin pihak penerbit yang mendaftarkan Orange atau juri yang merekomendasikan sendiri.
5. Kamu sendiri datang nggak ke acara penghargaan KLA 2008 kemarin?
A: Aku datang, tapi terlambat banget, pas acara udah mau selesai. Gara-gara masih ada urusan di kampus. Jadi tau hasilnya dari dosenku (Bagus Takwin) yang udah dateng dari awal ke KLA.
C: Untungnya dateng, soalnya sushinya enak banget, jadi pengobat kekalahan.
D: Datang dong!
W: Pasti dong. Kebetulan aku cukup rajin untuk mengintip acara-acara semacam ini hahaha.
6. Apa tanggapan kamu dengan adanya ajang penghargaan seperti ini?
A: Adanya acara kayak gini memacu kita buat lebih produktif lagi dan berprestasi.
C: Mendukung banget. Di Indonesia, kegiatan menulis belum menjadi sesuatu yang high profile, dengan adanya penghargaan-penghargaan seperti ini, akan menjadikan literatur Indonesia menjadi lebih terangkat. Intensif hadiah harus dilihat sebagai tantangan agar penulis makin kreatif. Sedikitnya penghargaan sastra di Indonesia memperlihatkan fakta bahwa literatur kurang dihargai, bahkan nggak dianggap prestisius. Orang lebih memilih penghargaan sinetron /film terbaik, bukan novel terbaik.
D: Bagus sekali. Ajang seperti ini memberi kesempatan bagi para penulis untuk menerima apresiasi yang lebih luas dari publik. Selain itu juga memacu penulis untuk menghasilkan karya-karya yang berkualitas.
W: Aku mendukung sekali ajang-ajang penghargaan seperti KLA.
7. Menurut kamu apakah ajang KLA 2008 sudah cukup bagus atau masih kurang—baik dari segi persyaratan, penjurian, ataupun publikasinya?
A: sebenernya aku rasa KLA udah cukup bagus, dengan persyaratan, dan juga penjurian. Tapi aku paling merasa kurang dengan publikasinya.
C: Persyaratan oke, penjurian juga oke, tapi publikasi dan eksekusinya masih kurang, terutama bagian situs sih, masa KLA ga punya situs sendiri yang mendata pemenang dari tahun-tahun sebelumnya? Adanya juga blog, pakai jasa gratisan pula.
D: Saya rasa publikasi yang lebih intens sangat diperlukan agar publik merasa lebih dekat dengan KLA.
W: Idenya bagus. Akan lebih bagus lagi kalau ketiga hal itu diperbaiki karena masih ada celah di sana-sini.
8. Kalau memang masih kurang oke, kira-kira apa yang mesti harus ditambahkan di dalam ajang KLA ini?
A: Aku rasa yang harus ditambah dari bagian publikasinya. Karena jujur aja, teman-temanku sendiri belum banyak yang tau tentang KLA ini. berarti sounding dari KLA masih kurang, mudah-mudahan publikasi KLA berikutnya makin oke.
C: Panitia KLA harus punya situs sendiri, udah 8 tahun berjalan tapi belum ada situs resmi yang lengkap rasanya agak disayangkan.
D: Mungkin buat next time, perlu kategori untuk penulis buku anak. Saya melihat bahwa buku fiksi anak-anak mendapat tempat di masyarakat secara signifikan belakangan ini. Jadi sudah pantas jika KLA atau ajang serupa yang lainnya memberi tempat bagi penulis buku anak.
W: Mungkin KLA bisa tambah seru kalau kategorinya ditambah. Jadi, tidak cuma penulis fiksi dan puisi saja yang diberikan penghargaan. Di luar sana kan ada editor, buku-buku non fiksi, dan terjemahan. Tapi, tentunya itu akan menambah biaya hahaha.
9. Apa sih harapan kamu ke depan—baik untuk diri pribadi maupun untuk ajang Khatulistiwa Literary Award ini?
A: Harapannya untuk aku sendiri sih mudah-mudahan bisa lebih produktif lagi dan tulisannya bisa lebih berkulaitas lagi. Dan untuk KLA, mudah-mudahan aja acara-acara seperti ini bisa bikin kita punya lebih banyak penulis dan juga memacu kita untuk menulis, berprestasi dan menjadikan budaya menulis makin dikenal banyak orang.
C: moga2 penulis yang namanya masuk ke list, memang dipilih karena mereka memiliki sesuatu yang berbeda dan menjadikan menjadikan layak masuk nominasi. Akan jauh lebih bagus lagi kalau pemenang disponsori versi inggrisnya, karena novel indonesia sangat sedikit dikenal di luar negeri. Setidaknya dengan memiliki label “pemenang KLA” akan bisa meraih pembaca yang belum tahu apa-apa tentang literature Indonesia, karena orang tentunya akan memilih karya-karya yang mendapat penghargaan.
D: Menulis sama dengan mengajar. Ada tanggung jawab untuk tak sekedar menghibur tapi juga memotivasi dan membuka cakrawala si pembaca. Saya ingin memenuhi kualitas-kualitas itu sebagai service saya untuk kemanusiaan dan kepada Sang Khalik.
KLA? Tentu menyenangkan kalau di masa depan bisa berada di sana lagi tapi jauh lebih penting untuk fokus dengan pekerjaan dulu. Biarkan KLA menjadi surprise-nya saja (:
W: Semoga KLA terus diadakan setiap tahunnya, pelaksanaannya semakin baik, semakin bergengsi, dan semakin banyak diketahui oleh masyarakat kita.
Harapan untukku sendiri sih sederhana aja: terus menulis, menjadi lebih baik, dan tentunya novel keduaku kembali diterbitkan hahaha.