Perpisahan Bukanlah Salah Cinta
Perpisahan dalam suatu hubungan bukanlah hal aneh. Ada kalanya yang pacaran bisa putus dan yang menikah bisa bercerai. Namun, tidak sedikit pula yang mampu bertahan hingga akhir hayat dan tidak jarang juga yang akhirnya bisa bersatu lagi walau sebelumnya sempat berpisah.
Tidak dipungkiri, siapa pun yang mengalami perpisahan dalam hidupnya akan merasakan kesedihan dan kehilangan. Apalagi jika perpisahan itu terjadi pada pasangan suami-istri yang telah cukup lama membina rumah tangga.
Begitupun dengan perpisahan yang harus dialami Amira dan Rayhan. Perceraian yang mereka alami cukup meruntuhkan semangat dan harapan tentang masa depan yang pernah ada dalam cita-cita mereka.
Rayhan merupakan tipe lelaki yang suka tantangan. Segala keinginannya harus ia raih dan pada saat pacaran, Amira lah keinginan tertingginya. Sedangkan Amira adalah tipe perempuan yang tidak mudah untuk didapatkan. Keanggunan dan keluguannya membuat Amira berbeda dari perempuan lainnya.
Sayang, pernikahan mereka harus berakhir setelah Rayhan berselingkuh dengan Elsa yang sekarang mengandung anaknya. Apa mau dikata, salah satu harus ada yang dikorbankan dan pernikahannya dengan Amira lah yang akhirnya ia pilih.
Lima tahun setelah perceraian memang bukan waktu yang sebentar. Banyak hal terjadi, termasuk pada diri Rayhan. Kini, ia bersama Kirana—putrinya, kembali ke Yogyakarta demi mencari dan memulai sesuatu yang baru. Tanpa sengaja, Rayhan dan Amira bertemu kembali.
Apa yang selama ini Amira bangun dalam dirinya seketika saja goyah dengan hadirnya Rayhan. Begitu pun dengan Rayhan. Rasa marah, kecewa, sesal, dan penasaran masih menggelayut di hati keduanya. Mungkinkah masih ada rasa cinta di dasar hati yang paling dalam antara keduanya?
Kisah Amira dan Rayhan ini memang membuat hati kita bergejolak. Sulitnya seorang perempuan menerima pengkhianatan lelaki yang dicintai, beratnya menata kembali hati yang telah hancur, dan susahnya untuk bangkin dari keterpurukan begitu jelas terbaca melalui tokoh Amira yang digambarkan oleh Sefryana Khairil dalam novel Coming Home.
Tidak hanya itu, kamu juga akan diajak untuk melihat dari sudut pandang seorang lelaki yang begitu menyesal karena harus meninggalkan sesuatu yang selama ini ternyata menjadi lentera hidupnya. Sesuatu yang ternyata lebih penting dari segalanya. Seseorang yang nyatanya selama ini ia inginkan.
Seperti itulah cinta. Jika kamu berani jatuh cinta, berarti kamu juga harus berani patah hati. Ketika kamu berani mencintai, suatu saat kamu juga harus berani merelakannya pergi. Kalaupun kamu melakukan kesalahan, jangan pernah menyalahkan cinta. Karena tak pernah ada kata salah untuk cinta….