Kuliah untuk Mendapat Ilmu, Bukan Ijazah
Kamu tentu sudah tidak asing dengan merek Honda kan? Yup, saat ini Honda sudah menjadi salah satu brand otomotif ternama yang ada di dunia, termasuk Indonesia. Namun, tahukah kamu bahwa pendiri otomotif yang satu ini—Soichiro Honda—harus bersusah payah untuk membangun semuanya itu?
Sebelum sukses seperti sekarang ini, Soichiro Honda harus melewati berbagai cobaan yang cukup berat. Pada 1938, Honda berniat membangun usaha bengkelnya sendiri. Namun, ia terus memikirkan produk pertama yang akan dibuat oleh bengkel mesinnya itu.
Saat itu, Toyota sudah melaju sebagai salah satu produsen mobil di Jepang. Mereka sangat membutuhkan berbagai komponen mesin untuk digunakan pada mobil mereka. Piston menarik perhatian Honda. Ia membawa contoh piston buatannya ke kantor pusat Toyota. Piston itu ditolak karena kualitas buruk, jauh di bawah standar.
Honda lalu jatuh sakit karena merasa investasinya sia-sia pada pembuatan ring piston. Dua bulan kemudian, Honda sembuh dan kembali ke bengkel. Untuk memecahkan masalah ring piston yang belum terpecahkan, Honda yang sudah berusia dewasa memutuskan untuk mendaftar kuliah di teknik mesin.
Paginya ia kuliah, siangnya kembali ke bengkel untuk menguji apa yang telah ia pelajari di kampus. Sayangnya, tidak semua mata kuliah ia ikuti. Hanya mata kuliah yang berkaitan dengan mesin sajalah yang menarik perhatiannya.
Belakangan, hal ini menimbulkan masalah baru bagi Honda. Setelah dua tahun kuliah, Honda dipanggil menemui Rektor.
Ketika ditanya mengapa tidak datang waktu kuliah, Honda mengatakan bahwa ia kuliah bukan untuk mencari ijazah melainkan ilmu yang bisa ia terapkan dalam kehidupan. Tetapi, alasan ini malah ditanggapi sebagai penghinaan terhadap institusi pendidikan. Honda dikeluarkan dari universitas dan tidak boleh lagi mengikuti kuliah.
“Aku kesal seperti seseorang yang kelaparan yang bukannya diberi makan malah diberi penjelasan tentang bagaimana makanan bekerja di dalam tubuh dan fungsi-fungsinya.” Begitulah penjelasan Honda tentang pengalamannya berkuliah.
Tentunya apa yang dialami Honda bisa menjadi pelajaran bagi kita menghargai pengorbanan. Meskipun begitu, apa yang saat ini telah kita pilih—baik dalam hal pendidikan ataupun karier—ada baiknya dijalankan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Penolakan bagi Honda bukan suatu hal yang patut dibiarkan, tetapi ia menganggapnya sebagai cambuk penyemangat agar ia lebih baik lagi dalam menghasilkan produk-produknya.
Lantas bagaimana dengan kamu? Sudahkah kamu memaksimalkan potensi yang ada di dalam dirimu saat ini?
101 Kisah Inspiratif yang ditulis Assep Purna mengajak kamu untuk ‘melihat’ kisah orang-orang ternama, seperti Albert Einstein, Bunda Theresa, Bung Hatta, Oprah Winfrey, Tompi, J.K Rowling, Lionel Messi, hingga Tom Cruise.
Di balik kesuksesan yang mereka dapatkan, banyak cerita yang mampu mengispirasi kita. Perjuangan untuk terus berusaha menjadi yang terbaik tidak hanti-hentinya mereka lakukan. Kegagalan demi kegagalan yang pernah menghinggapi kehidupan mereka merupakan pecutan agar mereka lebih kuat dari sebelumnya.
Seperti halnya yang diungkapkan Michael Jordan—pebasket NBA tersukses dalam sejarah, “Aku bisa menerima kegagalan. Semua orang pernah gagal dalam sesuatu. Tapi, aku tidak bisa menerima ketidakmauan untuk mencoba.”
Buku terbitan GagasMedia ini sarat akan inspirasi bagi siapa pun yang menginginkan dirinya maju, sukses, dan bahagia!