Banyak penulis yang bingung membedakan antara blurbs dan sinopsis buku. Blurbs adalah penjelasan singkat tentang isi di back cover buku yang telah terbit. Tujuannya jelas untuk menarik minat baca (dan keputusan membeli) pembaca, jadi dibuat semenarik dan semenggelitik mungkin. Sedangkan sinopsis adalah ringkasan cerita—rata-rata 1-2 halaman—yang disertakan bersama naskah untuk dikirimkan ke penerbit. Berbeda tujuannya dengan blurbs, yang membaca sinopsis ini adalah tim redaksi, jadi pastikan kamu menjelaskannya dengan ringkas tapi tetap detail.
Dan sekarang, kamu pun bertanya-tanya: bagaimana sih caranya meringkas cerita dari novel beratus-ratus halaman menjadi sinopsis?
• Pikirkan ide dasar novelmu → jelaskan perkembangannya di setiap bab
Pertama-tama, sederhanakan ide cerita kamu jadi satu kalimat saja. Hindari deskripsi berbunga-bunga hanya supaya terdengar cool dan ‘dalam’. Daripada menulis ‘sebuah novel remaja tentang perihnya sebuah kehilangan itu’ akan lebih baik jika kamu menyebut ide dasar naskah kamu adalah tentang ‘seorang remaja cewek yang berusaha move on dari kesedihannya ditinggal mati pacar tiga tahunnya’.
Setelah itu, yang harus kamu jelaskan adalah kronologis cerita per babnya. Fokus deskripsi per bab nggak harus membahas semua kejadian, hanya yang penting-penting saja. Ceritakan saja scene atau situasi yang berhubungan langsung dengan plot utama cerita—dan sub plot penting yang juga terjadi di bab yang sama.
Kamu bisa memilih dua cara: 1) satu paragraf untuk setiap penjelasan satu bab, atau 2) sebutkan babnya dalam plot kamu.
• Cek kembali sinopsis yang kamu buat
Seperti yang tadi sudah dijelaskan, sinopsis idealnya 1-2 halaman.
Sah-sah saja kalau kamu menginginkan sinopsismu sedetail dan sejelas mungkin, tapi harap pertimbangkan siapa yang akan membacanya: editor. Dan yang dia inginkan adalah penjelasan ringkas dan poin-poin penting terkait dengan isi cerita. Kalau si editor butuh tahu lebih detail dan lebih jelas lagi, dia akan membaca naskah kamu sampai habis.
• Ingat-ingat prinsip sebab akibat
Meskipun ringkas, bukan berarti sinopsismu jadi sulit dimengerti. Perhatikan alur penjelasan kamu dengan baik dan pastikan mengikuti logika.
• Tetap harus menarik
Pastikan baik-baik cara kamu menulis sinopsis. Sekali lagi ingat: yang membaca sinopsismu adalah editor. Dan tujuan sinopsismu adalah memastikan si editor tertarik membaca naskahmu lebih lanjut. Bisa dibilang, sinopsis adalah cara kamu mempresentasikan naskah. Meskipun ringkas, bukan berarti jadi tidak menarik untuk dibaca.
• Bongkar semuanya—tak boleh ada rahasia di dalam sinopsis
Hindari prinsip membuat blurbs dan malah membuat pertanyaan-pertanyaan tidak penting macam: bisakah A dan B bertemu kembali? Atau, Apakah A akhirnya mengetahui siapa yang menculik adik bungsunya?
Jelaskan semuanya.
Contoh sinopsis buku:
JUDUL : YOU ARE MY FUTURE (BUT WHY ARE YOU MY PAST TOO?)
PENULIS : Crystal
TEBAL : 80 halaman (32.123 kata)
IDE DASAR : Tentang cowok yang jatuh cinta dengan orang yang pernah mempermalukannya waktu SMU dulu.
Dua belas tahun lalu (2000—bab 1), Rizal (cowok pemalu dan kutu buku) jatuh cinta pada pandangan pertama dengan cewek dancer di sekolahnya yang bernama Nina. Sebenarnya, Nina juga merasakan hal yang sama, tapi cewek itu terlalu gengsi dengan reputasinya dan kemudian merancang adegan memalukan saat jam istirahat: menolak Rizal mentah-mentah. Cowok itu ditertawakan habis-habisan dan bahkan setelah berbulan-bulan sejak itu pun dia selalu merasa mual karena trauma setiap pagi—saat sadar harus siap-siap berangkat sekolah.
Cut to kejadian kini (2012—bab 2), Rizal yang semasa remajanya dikenal berpenampilan cupu dan agak nerdy tumbuh jadi sosok menawan dan atletis. Bukan itu saja, setelah lulus kuliah, cowok itu berhasil mendapat pekerjaan mapan di sebuah perusahaan asing. Seperti ingin balas dendam pada masa lalunya yang pahit, Rizal senang gonta-ganti pacar dan sangat alergi pada komitmen. Tapi semuanya berubah sejak bertemu dengan Nina (Rizal mengenalnya dengan nama lengkapnya, Arina), staf baru di kantornya. Cewek itu juga berubah banyak secara fisik maupun penampilan hingga Rizal pun tidak mengenali cewek itu adalah teman sekelasnya yang dulu.
Keduanya seperti cepat menemukan kecocokan satu sama lain. Rizal mulai mempertimbangkan untuk mencoba relationship serius dan Nina merasa cowok itu adalah sosok pacar yang dia idam-diamkan selama ini. Setelah berkencan beberapa kali (bab 4, bab 5), keduanya saling jatuh cinta. Meskipun beberapa kali sempat ada penghalang (Nina diganggu mantannya yang ternyata belum bisa menerima kenyataan bahwa hubungan mereka sudah berakhir—bab 6, tante Rizal yang sempat bermaksud menjodohkan keponakannya dengan putri teman arisannya—bab 8), hubungan keduanya malah semakin erat.
Rizal semakin mantap dengan keputusannya. Merasa Nina berhasil membuat dia ‘insyaf’ jadi playboy, dia pun kemudian berencana untuk melamar cewek itu saat reuni kecil-kecilan (hanya teman-teman klub KIR saja—bab 10). Alasannya, karena dia ingin sekalian juga ‘tutup buku’ buat pengalaman pahit waktu dia dipermalukan saat SMU dulu. Namun yang terjadi justru di luar dugaan Rizal. Setengah jam sebelum rencana melamar Nina di hadapan teman-temannya, Nina bercerita tentang bagaimana shallow-nya dia waktu SMU dulu (cerita deh tentang gimana dia menolak cowok yang naksir dia—which is maksudnya adalah Rizal). Rizal langsung pucat dan buru-buru menghambur keluar dari venue acara. Dan malam itu juga, saat Nina menelepon Rizal (bertanya kenapa cowok itu tiba-tiba menghilang dari acara—bab 11), cowok itu malah ends up memutuskan hubungan.
Nina yang sedih karena nggak mengerti kenapa tiba-tiba diputus sepihak begitu dan bingung harus bersikap seperti apa dengan kenyataan pahit ini, curhat ke teman baiknya, Karin. Karin, yang sejak bab pertama dijelaskan mengambil peranan sebagai ibu beruang yang sangat protektif ke Nina, jelas nggak terima teman baiknya diperlakukan seperti itu. Cewek itu langsung mencari tahu ke teman-teman Rizal. Akhirnya terbongkarlah bahwa masa lalu Rizal dan Nina bersinggungan di pengalaman pahit waktu SMU itu.
Nina kini marah dan memutuskan untuk konfrontasi langsung ke Rizal (bab 14). “Jawab, apa yang kamu cintai selama ini aku yang sekarang saja atau aku yang seutuhnya? Yang ternyata punya masa lalu buruk dan ada hubungannya dengan kamu?” Cowok itu tetap bersikeras dengan perasaannya. Dia bilang, masih belum bisa melupakan apa yang terjadi dua belas tahun lalu.
Nina kecewa dan dengan suara gemetar bilang, “Dan here I am thinking, you are the man I want to spend my life with….” Rizal berujar pelan, “I’m sorry.” Nina menggeleng, “No. Actually, I’m the one who should say sorry. Maaf karena aku salah menilai kamu selama ini.”
Meskipun mantap putus dengan Nina, Rizal tetap terlihat nggak bahagia. Cowok itu cerita ke sepupunya (dari tante yang menjodohkan dia dulu itu), dan dia malah dinasihati begini: “Waktu lo memutuskan buat melamar Arina—euh, Nina dulu, lo sendiri kan yang bilang mau tutup buku dari masa lalu penolakan memalukan waktu SMU itu. Lo bilang, masa lalu itu menghalangi kebahagiaan lo di masa depan.” “Lha, memang iya kan?” “Kalau begitu, lihat diri lo sekarang, nelangsa begini. Lo lagi berlari di tempat, Zal. Masa lalu lo jelas-jelas masih jadi batu sandungan buat masa depan lo.” Rizal terdiam (bab 15).
Setelah berpikir semalam suntuk (bab 16), cowok itu kemudian memutuskan untuk minta maaf ke Nina. Cewek itu tetap menolak, tapi Rizal nggak putus asa. Dia mengulangi proses nembak waktu dia SMU dulu. “Kita berdiri dengan posisi serupa seperti dua belas tahun lalu. Dan sekali lagi, di tangan kamulah keputusan untuk menentukan apa sejarah kita dulu akan berulang lagi malam ini….” Mata Nina merah, seperti mau menangis. “Aku nggak suka diintimidasi begini!” Rizal menggeleng. “Kamu salah. Yang aku lakukan sekarang simply hanya bermaksud untuk memperjuangkan cintaku ke kamu, Na.” Hati Nina melunak dan menerima permintaan maaf (plus lamaran) Rizal.
Cerita ditutup dengan adegan pernikahan Nina dan Rizal (bab 17).