Ternyata, dalam dunia penulisan, para penulis memiliki tantangan dan kendala sendiri; baik dari sisi motivasi maupun dari sisi pemilihan segmen pembaca. Sabtu lalu, 12 Desember 2015, saat acara Kumpul Penulis dan Pembaca, dalam Breakfast With Author, Fahd Pahdepie, Henry Manampring, dan Bernard Batubara bercerita tentang proses ini dipandu oleh Theoresia Rumthe.
Sambil sarapan bersama pembaca, ketiga penulis yang mempunyai segmen pembaca berbeda tersebut bercerita bagaimana mereka memulai karier, dan bagaimana memilih branding menjadi penulis. Berikut penggalan obrolan pagi di acara Kumpul Penulis Pembaca 2015 yang mengusung tema “Membaca dan Menciptakan Tren”, di Elmana Cafe, Kemang.
Bagi Fahd Pahdepie, penulis buku Rumah Tangga yang diterbitkan oleh PandaMedia menulis adalah menjadi diri sendiri. Jadi, agar terus konsisten menulis adalah dengan mengumpulkan hal positif, dan membuang hal negatif.Dulu, dengan nama Fahd Djibran, Fahd juga sudah menelurkan beberapa buku. Sayangnya, buku-buku tersebut tidak terlalu direspons baik oleh pasar.
Fahd, tentu saja, tak berputus asa, dia mulai mempelajari pasar dan target pembaca yang sesuai dengan tulisan-tulisannya. Ia mendengari pembacanya, karena bagi Fahd,
setiap penulis haruslah bertumbuh dengan pembacanya. Fahd bercerita kalau riset pasar yang ia lakukan tak melulu tentang buku apa yang laku, tetapi lebih ke buku apa yang ingin penulis ciptakan, cerita apa yang penulis ingin bagi. Dan, hasilnya, buku Rumah Tangga direspons pasar dengan cukup baik, terlihat dari penjualan yang sudah ribuan eksemplar hanya dalam beberapa bulan.
Sementara itu, bagi Henry Manimpiring, penulis buku The Alpha Girl’s Guide, GagasMedia, latar belakang kariernya yang seorang Strategic Planner membuatnya terbiasa mendengari apa yang dimau konsumen. Modal itulah yang digunakannya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan para follower-nya di media sosial. Entah bagaimana, jawaban-jawaban Henry di media sosial ternyata membentuk segmen sendiri, yaitu remaja perempuan hingga perempuan dewasa muda.
Para follower Om Pir– panggilan akrab Henry di media sosial—menyarankan agar ia membukukan pertanyaan yang sering berulang. Tentu saja, ide bagus ini disambut dengan antusias oleh Om Pir. Maka, lahirlah buku The Alpha Girl’s Guide, buku yang menjawab kebutuhan para gadis-gadis belia agar mampu berkreasi dan berkarier dengan cemerlang.
Berbeda dengan kedua penulis sebelumnya, Bernard Batubara memulai karier penulisan dengan menulis buku puisi. Beberapa tahun setelahnya, Bara lalu dikenal sebagai admin sebuah akun populer yaitu @RadioGalauFM yang berisi cuitan tentang perasaan galau. Bagi Bara, alasan inilah yang membuat pembacanya terbentuk menjadi dua segmen, pembaca sastra dan pembaca tulisan-tulisan populernya.
Bara berusaha untuk menyatukan pembacanya, misalnya ia mencoba melalui Jatuh Cinta adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri—terbitan GagasMedia. “Ini usahaku untuk menjembatani pembaca yang menikmati karya-karya sastraku di majalah seni dan koran, dengan pembaca mudaku yang menikmati karya-karya populerku.”
Namun, tentu saja tak mudah memuaskan semua pihak. “Menjaga harapan orang itu melelahkan, akhirnya pada satu titik aku tidak terlalu peduli, yang aku inginkan adalah berkarya saja,” ucap Bara.
“Yang jelas aku memastikan bahwa aku menikmati prosesnya, apapun itu (sastra atau pop). Jadi parameternya aku menikmati atau tidak, bukan lagi ekspektasi orang,” jelas Bara menutup sesi obrolan pagi itu [AB]