Nama Khrisna Pabichara memang sudah tidak asing lagi di dunia literasi. Kini, Khrisna hadir dengan karya terbarunya yang berjudul Cinta yang Diacuhkan. Banyak yang bilang, karya-karya Khrisna mampu membuat pembacanya terbawa perasaan. Benarkah?
Yuk, kita temukan jawabannya dalam #TanyaPenulis berikut ini.
Fatayaazzahra: Hai, Mas Khrisna. Kenapa buku ini diberi judul Cinta yang Diacuhkan? Adakah maksud tertentu yang ingin disampaikan di dalam buku ini?
Khrisnapabichara: Kita semua mengangankan dan menginginkan cinta yang selalu dipedulikan, diindahkan, dan diperhatikan. Itulah makna “diacuhkan”. Bukan “tidak dipedulikan” seperti yang kerap disangka orang.
Melalui Cinta yang Diacuhkan ini, saya menyajikan tokoh utama seorang gadis dengan potret utuh yang kadang naif atau emosional menghadapi kesedihan dan kepedihan hatinya. Hingga ia menemukan bagaimana semestinya dicintai dan bagaimana seharusnya mencintai.
Aullnisa: Apa sih genre buku yang suka Kak Khris baca? Siapa penulis favorit Kak Khris? Apakah buku ini berdasarkan pengalaman Kakak atau pengalaman orang lain? Apa sih pesan yang ingin disampaikan Kak Khris sehingga akhirnya menulis buku ini?
Khrisnapabichara: Saya penyuka segala jenis buku dari genre apa pun, tetapi saya paling menyukai sastra. Terutama prosa dan puisi.
Penulis favorit saya Kuntowijoyo, Pram, Nabokov, Rumi, Frost, Dumas, Marquez, Arundathy, Tagore, Akutagawa, Murakami, dan Mahfouzh.
Cinta yang Diacuhkan adalah saripati pengalaman batin teman saya dan digelimuni sentuhan perasaan saya.
Soal makna dan pesan tersirat dari buku ini, biarlah pembaca yang menemukan dan menentukannya.
adinda.kn_: Apa suka-dukanya membuat buku ini? Bagaimana sih cara Kakak menuangkan feel-nya ke dalam prosa dengan baik?
Khrisnapabichara: Dukanya? Duh, sepertinya jarang berduka. Menulis merupakan pilihan hidup, jadi saya jalani sepenuh cinta.
Perkara bagaimana menuangkan “rasa” hingga pembaca merasa “ini gue banget” atau “jleb banget”, saya tidak memikirkannya sedari awal. Yang saya lakukan semata-mata menulis sebaik-baiknya dengan sepenuh hati.
Saya percaya, sesuatu yang ditulis dari dasar hati akan lesap ke dalam hati juga.
_cintabuku: Daeng merupakan salah satu penulis fiksi pria berusia di atas 30 tahun yang produktif menerbitkan buku. Setelah buku puisi di IBC, Natisha, dan sekarang terbit buku baru lagi di GagasMedia. Bagaimana cara menjaga semangat dan kekuatan untuk tetap produktif dalam menulis?
khrisnapabichara: Terima kasih atas apresiasimu, Kak. Cara saya menjaga semangat menulis adalah terus meyakini bahwa jalan kepengarangan termasuk salah satu jalan lapang untuk membahagiakan diri sendiri.
Selain itu, saya didampingi Pepuja Hati yang selalu tulus memantik semangat saya. Terakhir, khalayak pembaca yang senantiasa menerima karya sederhana saya.
Rizqazunaidi: Apakah ini buku pertama Kakak atau ada karya sebelumnya? Aku penasaran beberapa hal nih: pertama, Kakak dapet ide nulis tentang ini dari imajinasi atau kisah nyata? Kalau dari imajinasi, bagaimana sih caranya mulai menuliskan apa yang ada di kepala kita? Kedua, Kakak pernah mengalami stuck atau writer’s block? Kalau iya, bagaimana cara mengatasinnya? Ketiga, pernah nggak Kakak tiba-tiba ingin mengubah seluruh jalan cerita di tengah proses penulisan? Kalau iya, bagaimana cara mengatasinya biar kita bisa konsisten dengan jalan cerita awal yang kita inginkan dan ceritanya tidak melebar kemana-mana?
Khrisnapabichara: Terima kasih atas apresiasimu, Kak, yang ingin membaca Cinta yang Diacuhkan nanti. Buku ini adalah karya fiksi saya yang kesembilan. Selain itu, saya juga sudah menulis puluhan buku nonfiksi.
Ini jawaban saya: 1) Buku ini diramu dari fakta dan imajinasi. Pengalaman teman dan endapan perenungan yang saya racik sepenuh rasa. Saya mulai dengan membuat alur kisahan, menyusun kerangka, mencipta tokoh, dan menentukan latar cerita.
2) Saya tidak pernah mengalami “jalan buntu” atau “writer block” karena jalin cerita sudah selesai saya rancang sebelum mulai menulis. Musuh terbesar saya justru rasa malas.
3) Pernah. Saya melakukannya pada salah satu novel yang saya rombak total, tapi sebelumnya tetap membuat kerangka dan alur.
Ikeanugrah: Apakah “Cinta yang Diacuhkan” tokoh utamanya adalah seorang perempuan sesuai dengan sampul bukunya? Kalau iya, lantas kenapa sih memilih tokoh perempuan?
Khrisnapabichara: Tokoh utama dalam Cinta yang Diacuhkan memang seorang gadis. Mulai dari pertemuan yang membuat hatinya jatuh kepada seseorang, kemudian saling mencintai, kemudian berpisah, kemudian … (ups, nanti spoiler euy).
Saya memilih tokoh perempuan semata-mata karena pertimbangan kepentingan cerita. Tidak lebih, tidak kurang. Perkara “diacuhkan”, maknanya merujuk pada makna sebenarnya, yakni dipedulikan atau diindahkan.
Azwaravisin: Apa resep rahasia bisa bikin buku selalu bikin orang kesengsem pengin beli? Kali ini beneran sungguh nggak nyangka sebab dari judul aja udah bikin baper alias terbawa perasaan. Pengalaman pribadikah? Berapa lama risetnya?
Khrisnapabichara: Perkara menyuguhkan buku yang berpotensi disukai khalayak pembaca sebenarnya adalah hasil dari kerja sama apik antara saya, selaku penulis, dengan teman-teman dari penerbit. Hal sama berlaku pada buku ini. Butuh diskusi dengan teman-teman dari GagasMedia dan hasilnya Cinta yang Diacuhkan ini.
Riset untuk buku ini butuh waktu dua minggu dan penulisannya rampung dalam seminggu. Riset selalu menjadi faktor penentu bagi saya dalam menulis. Apa pun itu.
indazulfa3: Jika berbicara tentang cinta, cinta bisa didefinisikan oleh banyak hal. Di cerita ini maksud dari cinta itu apa sih? Cinta ke sahabat, cinta ke pasangan, cinta ke Tuhan, atau cinta ke orangtua? Ataukah di buku ini menyangkup definisi cinta semuanya?
Khrisnapabichara: Cinta yang Diacuhkan tentu saja tidak memuat semua hal tentang cinta. Ada batasan alur dan kupasan. Di dalam buku ini tertera cinta kepada-Nya, kepada seseorang yang dicintai, serta kepada orangtua dan kerabat.
Kisaran terbesar bertumpu pada “cinta kepada seseorang yang dicintai”.
aminatuzzahra255: Menurut Kak Khrisna, apa sih kelebihan/kekurangan menulis menggunakan outline dan let it flow? Dan buku Cinta yang Diacuhkan sendiri dibesarkan menggunakan outline atau cukup let it flow? Apa alasannya?
Khrisnapabichara: Saya tidak bisa membandingkan antara penulisan yang mengandalkan kerangka awal dan yang-dibiarkan-mengalir-begitu-saja, karena saya tidak pernah menulis dengan menggunakan cara yang kedua.
Sebelum menulis sesuatu, saya terbiasa membuat sinopsis, membuat peta naskah, menentukan karakter, dan menyusun grafik emosi. Kalaupun ada perubahan saat menulis, paling tidak seberapa dan tetap dalam koridor rancangan awal.
Nah, bagi kamu yang ingin membaca Cinta yang Diacuhkan karya Khrisna Pabichara, dapatkan bukunya di toko buku terdekat atau unduh ebook-nya melalui PlayStore.