Apa yang akan kamu lakukan jika terlempar ke Sarajevo saat sedang perang di tahun 1993? Mungkin kamu akan berharap agar bisa kembali secepatnya ke masa sekarang. Tapi tidak dengan Granada. Ia justru enggan kembali ke masa sekarang.
Apa yang akan kamu lakukan jika terlempar ke Sarajevo saat sedang perang di tahun 1993? Mungkin kamu akan berharap agar bisa kembali secepatnya ke masa sekarang. Tapi tidak dengan Granada. Ia justru enggan kembali ke masa sekarang.
Kisah Granada di Sarajevo tersebut dapat kamu baca dalam seri Time Traveler yang berjudul Tentang Waktu. Tyas Effendi—penulis Tentang Waktu—akan bercerita banyak mengenai proses pembuatan novel kelimanya ini. Penasaran? Simak hasil wawancaranya dengan GagasMedia berikut.
Novel ini bercerita tentang seorang mahasiswa bernama Granada Mahari yang mengalami perjalanan lintas waktu karena pekerjaan sampingannya sebagai ilustrator buku.
Awalnya, ia tidak tahu apa yang harus dikerjakannya, karena ia kesulitan menggarap ilustrasi buku tentang Perang Bosnia 1992 itu. Ia yang seorang penderita akromatopsia—buta warna total, justru terlempar ke Sarajevo 1993 karena sebuah diagram warna yang ada pada vas bunga bekas mortir perang. Di dimensi yang berbeda itulah ternyata ia malah bertemu dengan seseorang yang membuatnya enggan kembali ke tahun 2013.
Karena belum pernah menulis cerita tentang time travel, Tyas mengaku mendapat kesulitan. Ia pun membaca banyak referensi tentang perang dan perjalanan lintas waktu. Dibantu oleh Jia Effendie, novel ini pun dapat diselesaikan dengan baik. “Jujur, dia editor paling kritis yang pernah saya temui selama ini. Dia sangat teliti, bertanya banyak hal kalau ada hal ganjil dalam naskah saya, hingga saya bisa menambal banyak celah,” ujar Tyas.
Tyas menyukai cerita tentang perang. Ia pun mendapat inspirasi untuk menulis tentang perang dalam seri Time Traveler. Ia ingin membuat pemeran utamanya mengalami pengalaman lintas waktu ke dalam sebuah perang. Untuk itu, ia pun meriset dengan cara membaca buku non-fiksi tentang perang. Referensi yang ia dapat adalah dari sebuah buku yang ditulis Taufiqulhadi, seorang wartawan yang dikirim ke Perang Bosnia 1992. Buku terjemahan tentang korban perang karya Anita Ganeri dan film tentang perjalanan lintas waktu pun ia lahap untuk memperkaya novelnya.
Untuk latar waktu, Tyas memilih tahun 1993. Hal itu dikarenakan Perang Bosnia terjadi mulai tahun 1992, jadi ia mengambil satu tahun setelahnya agar suasana perangnya sudah cukup panas. Dengan begitu, ia dapat mengembangkan beberapa konflik di dalamnya.
Tiap kisah pada seri Time Traveler memiliki medium untuk mengantarkan si tokoh utama ke masa lalu. Dalam novel Tentang Waktu, Tyas menggunakan vas bunga bekas mortir sebagai mediumnya. Ia mengaku sangat tertarik dengan vas bunga bekas mortir saat menonton tayangan jalan-jalan di Sarajevo. Ia bercerita, “Waktu itu dijelaskan kalau mortir yang ditembakkan ke Sarajevo sewaktu perang sangat banyak. Setelah perang usai, orang-orang kreatif di Sarajevo mengukir bekas mortir itu untuk dijadikan vas bunga yang sangat unik. Karena itulah kemudian saya terinspirasi untuk memakai medium vas bunga bekas mortir ini.”
Dalam novel Tentang Waktu, Tyas menggabungkan genre adult romance dan historical fiction. Ia mencoba menulis tentang sejarah yang juga masih dibubuhi manisnya cinta. Ia berharap agar buku barunya disukai para pembaca. Tak hanya itu, ia juga ingin pembacanya menggilai tokoh utamanya. Ia pun berharap untuk seri Time Traveler, “Ini adalah seri yang cukup berbeda dan pasti memberikan sensasi baru buat pembaca. Saya juga berharap banyak penulis tertarik untuk menulis untuk seri ini. Sebab, di seri ini penulis bisa menggabungkan setting-setting ruang dan waktu tak terduga untuk dituliskan menjadi cerita yang menarik,” tutupnya.
Semakin penasaran dengan seri Time Traveler? Baca juga Time After Time dan Kota Lama dan Sepotong Cerita Cinta