Penulis: Agung Bawantara
Jumlah halaman: 194 hlm
Cetakan: 4
Tahun terbit: 2006
Penerbit: Gagas Media
ISBN: 979-3600-64-0
Mungkin klise, tapi gue yakin banget cinta yang tulus mampu mengatasi apapun persoalan yang menghadang kita!
Mendengar itu Manix seperti mendapat kekuatan baru. Kepalanya yang semula tertunduk kini tegak menatap Bitan. Begitu lembut dan penuh kasih.
Lama mereka saling berpandangan. Lewat tatapan mata itu keduanya saling bertukar cinta. Dan, sesaat kemudia, bibir mereka saling berpangut dalam gerakan yang lembut.
Namun, di tengah kemasyukan mereka, tiba-tiba jendela mobil digedor dari luar.
Biyan! Biyan!
Biyan dan Manix terkejut. Spontan mereka menarik diri masing-masing lalu menoleh ke arah suara itu. Ternyata Kety berdiri di luar jendela dengan wajah yang amat panik.
Mobilnya hilang! Mobilnya hilang!
Hadirkan itu membuat Kety mengalihkan arah bicaranya pada Stella. Sambil terisak ia berucap: Kita hancur-hancuran. Stell! Lo masuk VCD porno. Sekarang, gue hamil… Trus, Biyan apa dong?
Biyam merasa seperti tersiram pasir. Berkali-kali ia kerjap-kerjapkan matanya. Terlebih ketika Kety kembali menyemprot ke arahnya: Lo ngapain, kek! Jual kek laptop lo, perawan lo… jangan diem doang! Itu baru solider namanya!
Tentu saja terikan histeris Kety mengundang perhatian pengunjung restoran. Tapi, mana sempat mereka mempersoalkan rasa sungkan? Beratnya persoalan yang mereka tanggung membuat mereka lupa untuk menutup ruang-ruang pribadi mereka.
Oke, gue gue lepas keperawanan gue! tiba-tiba Biyan menyalak. Kalimat itu terlontar keras dan menghujam kedua sahabatnya. Seperti tak percaya, keduanya terpana mendengar ucapan Biyan yang selama ini sangat kukuh menjaga keperawanannya. Meski keduanya menganggap keputusan Biyan itu akan banyak meringankan beban mereka, keduanya tak menyangka Biyan akan mengambil keputusan itu. Sejujurnya, ada perasaan tak rela juga di hati Stella dan Kety. Tapi, apa boleh buat? Beban memang harus dibagi…
Kalian tinggal kasih tahu dimana dan kapan gue harus serahkan keperawanan gue, ntar gue jalani! dengan suara bergetar Biyan mengucapkan kalimat terakhirnya sebelum ia pergi sambil nangis kejer.