Bagi para penulis, ada banyak kendala yang sering kali ditemukan baik dalam mencari gagasan, menentukan sudut pandang dan karakter, melakukan riset, maupun saat penulisan naskah. Semua penulis – baik baru maupun yang kaliber sekalipun – mengaku sering menemukan kendala di tiap tahapannya.
Bagi para penulis, ada banyak kendala yang sering kali ditemukan baik dalam mencari gagasan, menentukan sudut pandang dan karakter, melakukan riset, maupun saat penulisan naskah. Semua penulis – baik baru maupun yang kaliber sekalipun – mengaku sering menemukan kendala di tiap tahapannya.
Sama halnya dengan Delvirah Sabatini. Penulis Gagas Debut ini telah berhasil menerbitkan buku pertamanya yang berjudul Dreams Come True setelah melalui berbagai kendala. Seperti apa ceritanya? Simak hasil wawancaranya dengan Tim GagasMedia berikut.
Menerbitkan sebuah novel adalah impian Delvirah sejak kecil. Saat ia baru pertama kali bisa membaca dan menulis, Delvirah sudah memiliki cita-cita menjadi penulis. Ketika impian itu terwujud, ia sangat bahagia, seperti merefleksikan judul buku yang dibuatnya.
Dreams Come True berkisah mengenai sepasang kakak-adik yang sewaktu kecil, ayah mereka meninggalkan keluarganya dan itu menimbulkan trauma psikologis yang cukup dalam. Saat dewasa, keduanya dipertemukan di event olahraga terbesar tahun 2014, yaitu Piala Dunia 2014 di Brazil. Turnamen ini, dan orang-orang yang mereka temui di sana, mendorong keduanya untuk menghadapi masalah masa lalu mereka.
Dalam novel ini, Delvirah menggunakan dua sudut pandang, yaitu kakak dan adik. Ia menemukan kesulitan saat harus masuk ke dalam salah satu karakter. Ia pun memaparkan, “Kesulitan utama adalah keharusan untuk in-character sesuai sudut pandang karakter yang aku tulis. Antara Vero dan Brenda, aku lebih mudah menulis dari sudut pandang Brenda. Selain karena kegilaannya sama sepak bola (walau masih kalah sama Lisa), aku bisa relate sama sifatnya yang cenderung tertutup dan susah bergaul. Introvert at its core.”
Delvirah mengambil negara Brazil sebagai latar dalam novelnya. Ia telah melakukan riset secara mendalam tentang negara Brazil dan juga Piala Dunia. Berbagai cara ia lakukan, seperti membeli buku-buku yang menunjang tulisannya, melihat berbagai pertandingan di Youtube, sampai menjelajah menggunakan Google Map.
Untuk mengolah latar Brazil dengan baik, Delvirah mencari lokasi pariwisata yang terkenal di São Paulo dan dileburkan dalam cerita. Setelah menemukan latar yang cocok, ia mencari foto atau video dari tempat tersebut. Tujuannya adalah agar ia mengalami tempat itu terlebih dahulu, sebelum menuangkannya dalam tulisan dan mengajak orang lain ke sana.
Selain itu, Delvirah mempunyai tip untuk mengolah latar dalam sebuah novel, “Kuncinya adalah riset. Lakukan riset sampai kamu merasa mengenali tiap sudut tempat itu, seakan kamu pernah mengunjunginya, seakan kamu tinggal di sana. Bahkan walaupun bahannya terasa nggak penting dan nggak berpengaruh ke dalam cerita, tetap dilahap sampai habis. Lebih baik kita kelebihan informasi daripada kekurangan. Kalau kata Picasso, learn the rules like a pro, so you can break them like an artist.”
Melalui buku terbarunya ini, Delvirah berharap agar Dreams Come True dapat menyentuh hati para pembacanya. ”Supaya para pembaca bisa belajar dari karakter-karakter di dalamnya – mereka pun melakukan kesalahan, merasakan kesedihan, dan bersukacita. Begitu tiba di halaman akhir, aku ingin para pembaca merasakan harapan timbul dalam hati mereka,” tutup Delvirah.
Nikmati kisah perjalanan Brenda dan Vero dalam novel Dreams Come True karya Delvirah Sabatini. Kisah unik mengenai hubungan keluarga dengan latar belakang negara Brazil dapat kamu temukan di sini.