Kesederhanaan Dalam Sebuah Perjalanan
“Segelas kecil air mineral adalah kehangatan yang tulus. ‘I have water for you,’ yang sering diucapkan Miss Hang kepada semua tamu, buat saya adalah simbol bahwa kita diterima dan bisa pulang kapan saja ke sini. And yes, you might call it home… a home that is away from home.”
Itulah yang Windy Ariestanty rasakan ketika ia menginjakkan kaki di Ha Noi, ibu kota Viet Nam. Keramahan, kehangatan, dan ketulusan Miss Hang merupakan salah satu kedamaian yang ditawarkan kepada setiap pengunjung Ha Noi Guest House, tempat Windy bersama ketiga kawannya menginap.
Ha Noi, kota dengan julukan The City of Peace, menawarkan banyak kedamaian yang bisa kamu temukan meski dalam sebuah keramaian. Kedamaian yang membuat kita merasa seperti berada di rumah.
Begitu pun saat Windy melihat cinta di dalam setiap perjalanannya, termasuk saat ia berada di Taman Kota Siem Reap, Kamboja. Taman yang bersih dan hijau ini memang tidak banyak memiliki jenis bunga. Hanya pohon-pohon besar dan rerumputan. Namun, di sanalah cinta itu terlihat, terpancar dengan penuh kehangatan.
Cinta kedua insan ini tidak sarat akan gelora atau pun gairah. Cinta di antara mereka begitu tenang. Hanya sorot mata yang saling berbicara. Cinta mereka begitu sederhana. Sesederhana sinar mentari menyambut datangnya pagi. Sesederhana penuturan seorang Windy saat ia menjelajah beberapa negara.
Perjalanan penuh kesederhanaan, cinta, kedamaian, dan harapan yang ia tuangkan dalam buku Life Traveler (GagasMedia, 2011). Life Traveler bukan sekadar buku perjalanan. Ini tentang sebuah pencarian yang dikemas dengan penuturan yang apa adanya, jujur, dan membangkitkan kehangatan dalam hati.
Ya, Windy memang tidak pernah bertahan lama di dalam perjalanannya mengarungi beberapa negara. Ia hanya memiliki sedikit waktu untuk menyesap keindahan masing-masing dari mereka. Namun, keterbatasan ini tidaklah menjadi halangan baginya untuk menyempatkan diri memuaskan rasa ingin tahunya dan kemudian membaginya kepada kamu untuk dinikmati bersama.
Seperti yang dituliskan Valiant Budi @vabyo, penulis Kedai 1001 Mimpi, dalam buku ini:
“Semua orang bisa pergi ke Vietnam, Paris, bahkan Pluto. Tapi, hanya beberapa saja yang memilih pulang membawa buah tangan yang mampu menghangatkan hati.
Windy berhasil menyulap perjalanan yang paling sederhana sekalipun jadi terasa mewah. Bahkan, celotehannya dalam kesendirian terdengar ramai. Ramai yang membuat nyaman.”