Dewi Sri Rahayu—dengan nama pena Ayudewi—adalah salah satu pemenang Kompetisi Menulis 7 Deadly Sins. Kebahagiaan Ayudewi menjadi berlipat ganda ketika mengetahui pengumuman pemenang kompetisi ini bertepatan dengan ulang tahun almarhum ayahnya—yang selalu mengingatkannya untuk terus menulis.
Dewi Sri Rahayu—dengan nama pena Ayudewi—adalah salah satu pemenang Kompetisi Menulis 7 Deadly Sins. Kebahagiaan Ayudewi menjadi berlipat ganda ketika mengetahui pengumuman pemenang kompetisi ini bertepatan dengan ulang tahun almarhum ayahnya—yang selalu mengingatkannya untuk terus menulis. Awalnya, ia tidak berharap banyak karena ia mengirimkan naskah empat hari sebelum deadline. Selain itu, menurutnya, kandidat lain jauh lebih berpengalaman. Namun, sepertinya Ayudewi—yang sudah mulai menulis cerpen sejak SMP—kini telah berhasil meraih impiannya menjadi seorang penulis karena bukunya akan diterbitkan oleh penerbit idamannya: GagasMedia.
Dari tujuh dosa mematikan yang ada, Ayudewi memilih wrath—dosa amarah—sebagai tema utama dari naskah yang ia tulis. Naskah yang awalnya berjudul “Maybe You (Two Chef and A Gastropub)” ini sebenarnya tidak ia buat khusus untuk kompetisi. Konsep ceritanya pun sudah ia tulis sejak November 2012.
Dengan adanya Kompetisi Menulis 7 Deadly Sins, ia merevisi plot dan menulis ulang beberapa bab agar sesuai dengan ketentuan. Penulis yang memfavoritkan karya Paolo Coelho ini juga memanfaatkan passion-nya yang lain dalam cerita yang ia tuliskan; yaitu kecintaannya pada dunia makanan. Sebagai seorang pastry chef, pengalamannya dalam dunia tersebut menjadi pelengkap riset yang berguna dalam proses penulisan naskah. Selain itu, ia juga terinspirasi oleh novel The Food of Love karya Anthony Capella untuk memadukan romance dan cuisine dalam sebuah buku.
Naskah tersebut diterbitkan dengan judul Sweet Karma, bercerita tentang sebuah cerita yang berkisah tentang amarah, cinta, persahabatan, juga keluarga. Karakter utamanya bernama Hugo Pierre, seorang chef yang memiliki sebuah gastropub bersama sahabatnya, Rob. Dengan masa lalu yang kelam, Hugo memendam amarah di dalam hatinya sehingga ia selalu membenci dan memecat staf wanita yang bekerja sama di dapurnya. Hingga suatu saat, Rob mempekerjakan teman baiknya yang bernama Audrey Larasati sebagai salah satu cara untuk memberi pelajaran kepada sahabatnya, Hugo. Kisah ini membawa pesan tentang seseorang yang bisa memaafkan, seburuk apa pun peristiwanya. Selalu ada kata maaf dari orang-orang yang berhati lapang.
Dalam proses penulisan naskah ini, penulis juga menemui halangan dan kesulitan; salah satunya adalah mood untuk menulis. Sebagai freelance food writer and reporter di Bareca Magazine, Ayudewi harus mengatur mood untuk menulis naskah dan fokus terhadap pekerjaan utamanya. Mau tidak mau, Ayudewi harus disiplin dengan tenggat waktu pengerjaan. Ia juga mengambil waktu rehat untuk melakukan hobi lain di luar dunia menulis, seperti membuat kue, memasak, membaca buku, ataupun membuat sketsa.
Sebagai penulis pemula, Ayudewi berencana menyelesaikan dua draf novel yang juga bertema romance dan cuisine. Ia ingin membuat kisah tentang roti lewat filosofi seorang baker. Ia sangat berterima kasih kepada para pembaca yang akan membaca Sweet Karma, dan tahu dengan jelas bahwa membaca novel ada kaitannya dengan selera—sama halnya dengan makanan. Namun, ia amat berharap, novelnya dapat diterima di hati para pembacanya. ☺