Sepak terjang Mahir Pradana di dunia literasi memang tidak bisa dibilang sebentar. Terbukti setidaknya sudah tujuh judul yang telah ia “lahirkan”. Dan yang paling anyar adalah Memories to Forget. Berbeda dari karya-karya sebelumnya, dalam Memories to Forget, Mahir begitu mempermainkan emosi pembaca melalui kisah hidup Satria yang begitu pahit.
Seperti apa kisahnya? Dan, apa yang melatarbelakangi Mahir membuat novel ini? Yuk, kita simak jawaban Mahir melalui #TanyaPenulis di bawah ini.
Rinvirgo_: Bagaimana cara Kak Mahir berpikir di luar kotak (luar batas), ketika mencari ide menulis dan menentukan judul novel Memories to Forget? Terus, dalam mendalami karakter-karakter di novel terbaru Kakak ini, apakah ada yang “based on true story” gitu atau ceritanya memang berasal dari “imajinasi”.
Berpikir out of the box bisa dilakukan dengan cara memperbanyak referensi yang tentu saja out of the box juga, seperti menonton film yang ceritanya nggak biasa. Dalam Memoriesto Forgetnggak ada yang terinspirasi karakter nyata, tapi saya terinspirasi beberapa berita tragis yang saya baca atau saksikan di televisi atau koran.
Nblrahmadia: Hallo, Kak. By the way saya belum baca buku Kakak yang ini dan saya sangat penasaran dengan ceritanya. Namun, sebelum membaca saya ingin bertanya. Apa yang membuat Kakak menulis cerita ini? Apakah karena pengalaman pribadi atau ada hal lainnya? Dan apa saja suka duka Kakak saat menulis buku ini?
Pengalaman pribadi sih nggak. Tapi sedikit banyak ini terinspirasi dari kisah-kisah tragis maupun patah hati yang saya baca di majalah atau lihat di TV. Dukanya: naskah ini butuh 5 tahun hingga akhirnya terbit hehehe. Sukanya: akhirnya terbit juga dengan jalan cerita lebih tajam dan ending lebih berkesan berkat masukan para editor.
oy.catrin: Hai, Kak, saya mau tanya bagaimana sih membuat sebuah cerita yang sulit ditebak ending-nya dari sebuah fakta yang ditutupi oleh kabut misteri?
Cara membuat ending cerita yang misterius masih perlu saya sering pelajari juga sih. Tapi saya sering belajar dari penulis-penulis yang karya-karyanya ber-twist ending seperti Gillian Flynn atau sutradara film seperti David Fincher dan M. Night Shyamalan.
siwi_ag: Mas Mahir pernah nggak ngerasain bagaimana rasanya bukunya nggak laku di pasaran?
Seriiiing. Nggak kok, tapi beberapa kali sih pernah. Sepertinya hidup memang begitu ya, kadang di atas kadang di bawah. Saya pernah mengalami buku-buku yang laku banget, sampai viral di internet dan masuk nominasi suatu penghargaan. Pernah juga buku yang diterbitin cuma beredar 2 bulan di toko buku. Perasaan saya? Kalau laku pasti seneng. Kalau nggak laku ya pasti sedih. Tapi seneng-sedihnya itu lebih kepada perasaan bahwa karya saya kurang berhasil menjangkau pembaca luas. Setelah itu baru rasa sedih duit royalti yang diterima sedikit.
fk_nisaa: Dari semua buku yang pernah Kak Mahir tulis, mananakah yang menjadi favorit Kakak? Dan buku apakah yang proses penulisan dan penerbitannya paling berkesan bagi Kakak?
Pertanyaannya bagus nih, semoga memang sudah pernah baca semua buku-buku saya ya, hehehe. Saya sangat menikmati penulisan buku ‘Home & Away‘ (2015) yang juga diterbitkan GagasMedia. Buku itu sangat personal karena merupakan kisah nyata perjalanan saya dengan sudut pandang salah satu hal yang saya senangi, yaitu sepakbola. Selain itu, saya juga menikmati penulisan ‘Menujuh’ (2012, juga terbitan GagasMedia). Penulisan buku kumpulan cerpen itu menyenangkan karena saya lakukan bersama-sama dengan enam orang sahabat saya.
Nah, buat kamu yang belum sempat membaca karya terbaru Mahir Pradana, buruan dapatkan bukunya di toko buku terdekat. Atau, unduh ebook-nya di PlayStore. Selamat membaca!