Windhy Puspitadewi: Lebih Nyaman Menulis Tema Remaja

windy-puspitadewi

Cinta datang dengan luka. Pesan itulah yang ingin ditampilkan oleh Windhy Puspitadewi dalam novel terbarunya yang berjudul Heart and Soul. GagasMedia berkesempatan mewawancarai Windhy di tengah kesibukannya. Yuk, simak hasil wawancaranya.

windy-puspitadewiCinta datang dengan luka. Pesan itulah yang ingin ditampilkan oleh Windhy Puspitadewi dalam novel terbarunya yang berjudul Heart and Soul. GagasMedia berkesempatan mewawancarai Windhy di tengah kesibukannya. Yuk, simak hasil wawancaranya.

Pertama kali Windhy mulai tertarik menulis karena mengikuti lomba. Saat itu ia tidak menang, tetapi ternyata karyanya tetap diterbitkan. Dari situlah Windhy mulai tertarik untuk menulis novel. Hingga kini, Windhy telah menelurkan sepuluh buku, dan empat di antaranya diterbitkan oleh GagasMedia. Novel Let Go, Morning Light, dan Seandainya yang diterbitkan oleh GagasMedia adalah novel percintaan remaja.

Windhy mengatakan bahwa ia mendapat inspirasi menulis dari mana saja. Wanita pengagum Umar Khayam ini mengaku ia tidak punya patokan atau standar khusus dalam menulis. Ia menulis berdasarkan apa saja yang ada di kepala. Ketika ada sesuatu yang sama dalam beberapa novelnya, itulah isi kepala yang memang ingin dituangkan Windhy.

Buku terbarunya yang berjudul Heart and Soul ini bercerita tentang kisah hidup Erika yang ditinggal ayahnya. Sejak itu, Erika membuang rasa cinta yang ada dalam dirinya. Kemudian cinta yang baru datang, dan dilema bagi Erika yang harus memastikan dirinya tak akan lagi terluka.

Menulis dengan tema remaja memang bukan suatu hal yang sulit bagi Windhy. Karena Windhy mengaku lebih nyaman dengan tema remaja dibanding dewasa. Mengenai buku Heart and Soul, Windhy menemukan kendala yang biasa ditemui banyak penulis lainnya, yaitu waktu yang sedikit. Namun ia dapat menyiasati kendala tersebut dengan cara selalu menyempatkan menulis di tengah kesibukannya.

Banyak penulis yang harus meriset lebih dalam saat akan menulis buku. Bisa dengan cara browsing, wawancara, atau lainnya. Windhy meriset dengan cara mengingat-ingat momen saat ia SMA. Ia menambahkan, “Saya juga pernah remaja jadi tinggal mengingat-ingat saja, lalu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi remaja sekarang.”

Melalui buku Heart and Soul, Windhy tidak meminta para pembaca untuk menafsirkan pesan yang ia inginkan. Windhy mengaku lebih suka para pembacanya menangkap sendiri pesan-pesan yang dapat diambil dari bukunya tersebut. Ia pun mempunyai harapan sendiri untuk dunia kepenulisan, “Semakin banyak masyarakat yang sadar untuk membeli buku dan bukan mencari e-book gratisan, karena terdapat jerih payah banyak orang dalam penerbitan sebuah buku.”


heart-and-soul cover-luarKisah cinta remaja yang penuh harap dan luka ini dapat kamu temukan dalam novel Heart and Soul dari Windhy Puspitadewi. Buktikan bahwa cinta tidak selalu menyimpan luka.

beli

RACUN SANGGA