Ketika kita berbicara tentang cinta, segala hal manis akan langsung terlintas di benak. Namun, sebagian dari kita sering kali tidak sadar bahwa tidak semua cinta itu manis dan menyenangkan. Ada kalanya cinta itu pahit dan gelap. Hal itulah yang ingin disampaikan oleh Bernard Batubara dalam buku terbarunya, Jatuh Cinta Adalah Cara Terbaik Untuk Bunuh Diri.
Ketika kita berbicara tentang cinta, segala hal manis akan langsung terlintas di benak. Namun, sebagian dari kita sering kali tidak sadar bahwa tidak semua cinta itu manis dan menyenangkan. Ada kalanya cinta itu pahit dan gelap. Hal itulah yang ingin disampaikan oleh Bernard Batubara dalam buku terbarunya, Jatuh Cinta Adalah Cara Terbaik Untuk Bunuh Diri.
Buku ini berisi kumpulan cerita pendek yang ia tulis sepanjang tahun 2013 hingga 2014. Cerita yang hadir dalam buku ini lebih menyuguhkan cinta dari sisi gelap. Yaitu cinta yang pahit, melukai, mematahkan, dan membunuh.
Awalnya Bara mengumpulkan cerita yang ia tulis, lalu kemudian menjalin semuanya dalam satu benang merah. Proses tersebut dilalui dengan cara melakukan revisi dan menulis ulang cerita agar lebih baik. Ia memiliki kebiasaan, yakni ketika sudah mulai menulis, maka cerita tersebut harus selesai hari itu juga. Hal itu dikarenakan Bara memiliki ingatan jangka pendek yang buruk, jadi jika tidak segera diselesaikan, keesokan harinya ia akan lupa. Intinya, proses menulis ini hanyalah baca ulang, tulis ulang, baca ulang, lalu tulis ulang, begitu seterusnya sampai jadi sebuah cerita yang menarik.
“Saya percaya cerita yang baik tidak dapat diperoleh dalam satu kali menulis. Maka dari itu, untuk buku ini saya lebih banyak menulis ulang. Writing is rewriting,” ujar Bara.
Berbicara mengenai cinta yang beragam rasa, Bara mengaku bahwa ia menemukan ide menulis ini karena mengumpulkan cerita lepasnya dahulu. Seperti contoh cerita Jatuh Cinta Adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri, ia mendapat idenya setelah menonton film di bioskop. Dalam film itu, ada satu dialog yang mengatakan tentang hubungan antara cinta dan kematian, mencintai dan membunuh. Saat itu tercetus sebuah kalimat dalam kepalanya tentang ‘jatuh cinta adalah cara terbaik untuk bunuh diri’.
“Ketika kamu mencintai, kamu membuka dirimu terhadap berbagai kemungkinan dilukai. Artinya, jatuh cinta adalah pintu yang kamu buka sendiri dan memberikanmu jalan menuju ‘kematian’. Kalimat itu terus berputar di dalam kepala saya, sampai saya memikirkan cerita apa yang bisa saya tulis dengan awalan kalimat tersebut. Jatuh cinta adalah cara terbaik untuk bunuh diri,” cetus Bara.
Bara mengembangkan cerita cinta yang ‘gelap’ agar menjadi menarik ialah dengan berusaha untuk memberikan setidaknya secercah ‘terang’ yang dapat membuat pembaca bernapas sedikit. Jadi tidak semua yang Bara ceritakan adalah sisi kelam dan gelap dari percintaan. Karena ia ingin membuat cerita yang menghibur, maka ia menyelipkan sisi “terang” di dalamnya. Menurut Bara sebetulnya yang membuat menarik dari sebuah cerita adalah cara penyampaiannya. Ketika cerita disampaikan dengan cara menarik, maka akan menghasilkan cerita yang menarik pula.
Dalam buku ini, Bara tidak bermaksud untuk menyampaikan pesan khusus, karena tiap cerita yang ada, memiliki pesan yang berbeda-beda. Namun secara umum, Bara memberikan pesan berupa pertanyaan yang mungkin akan sulit dijawab,
“Jika jatuh cinta adalah cara terbaik untuk bunuh diri, apakah kamu masih berani jatuh cinta?”
Cinta memang tak selamanya manis, hangat, terang, dan penuh senyum. Buku Jatuh Cinta Adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri dari Bernard Batubara memberikan sisi lain dari cinta yang membuat kita berpikir, ‘masih beranikah kamu untuk jatuh cinta?’