“To live each day to the fullest, and to create our own versions of happy endings”
Itu adalah pesan Winna Efendi yang ingin disampaikan kepada pembacanya melalui novel terbarunya, Happily Ever After. Penasaran ingin tahu lebih banyak lagi tentang Winna dan karya terbarunya? Simak hasil obrolan GagasMedia dengan Winna berikut ini.
“To live each day to the fullest, and to create our own versions of happy endings”
Itu adalah pesan Winna Efendi yang ingin disampaikan kepada pembacanya melalui novel terbarunya, Happily Ever After. Penasaran ingin tahu lebih banyak lagi tentang Winna dan karya terbarunya? Simak hasil obrolan GagasMedia dengan Winna berikut ini.
Novel terbarunya yang berjudul Happily Ever After ini bercerita tentang Lulu, seorang remaja SMA yang sering ditindas oleh teman-teman sekolahnya. Selain itu, terdapat juga cerita mengenai Lulu dan ayahnya yang menyukai dongeng, tentang persahabatannya dengan Eli, seorang cowok penderita kanker yang ditemuinya di rumah sakit. Winna bercerita, ia mendapatkan ide awalnya di tahun 2013. Ketika itu, ia ingin menulis tentang keluarga, penemuan, dan kehilangan. Setelah itu, ia melakukan riset, pengembangan karakter, dan plot dasar untuk melandasi penulisan naskah.
Ide dasar itu muncul dari karakter Lulu yang pemberani dan juga berkarakter unik. Lalu Winna mengembangkan hubungan Lulu dengan orang-orang di sekitarnya. Dari sana, ide terbentuk dan melibatkan dongeng dengan Ayahnya, rumah sakit, dan juga masa lalunya. Dalam novel ini, Winna memilih untuk keluar dari zona nyaman yang selama ini ia tempati, yaitu bermain dengan tema sahabat jadi pacar. Ia ingin menyuguhkan sesuatu yang baru kepada pembaca, maka ia pun menantang dirinya sendiri untuk keluar dari zona nyaman yang ada.
Winna berusaha menciptakan potret yang realistis mengenai kehidupan penderita kanker, hubungan antara ayah-anak, persahabatan, dan juga percintaan. Maka ia melakukan riset mendalam dengan cara membaca buku, artikel kesehatan, penelitian ilmiah, dan juga mencari narasumber untuk ia wawancarai. Ia juga menambahkan, “Saya juga menambah koleksi buku dongeng dalam perpustakaan pribadi saya, dan berusaha menemukan dongeng-dongeng yang terasa ‘pas’ untuk menggambarkan berbagai adegan dalam novel, juga menjembatani kisah Lulu dan Ayah dengan baik.”
Saat menulis, Winna menemukan kendala dalam hal riset dan potret yang akurat dan realistis. Ia mengaku kesulitan karena topik yang dibahas adalah mengenai kehilangan. Winna pun berusaha mengungkapkan kerumitan emosi serta fisik yang dirasakan oleh tokoh utama dan juga karakter pendukungnya dengan baik. Ia berharap agar hal itu dapat tersampaikan kepada pembaca dengan baik pula.
Ketika ditanya mengenai makna “happily ever after” bagi dirinya, Winna berkata, “Happily ever after ada di tangan kita sendiri; kita adalah arsitek dalam kehidupan kita masing-masing. Dan meskipun hidup selalu memiliki kejutan-kejutannya tersendiri, bagaimana kita menanggapinya dan menentukan ‘akhir yang bahagia’ tersebut ada pada masing-masing individu yang menjalaninya.”
Winna lalu mempersembahkan novel Happily Ever After untuk pembaca yang pernah menemukan lalu kehilangan, merasakan kehilangan orang-orang terdekat, dan pernah merasa takut, sedih, bingung, namun masih penuh harapan. Semoga buku ini dapat menjadi kekuatan untuk para pembacanya.
Tak lupa, Winna memberikan tip untuk pembaca dan calon penulis yang ingin menulis buku, “Emosi dalam novel hanya akan dirasakan oleh pembaca hanya jika emosi itu terasa nyata saat kita tuliskan. Oleh sebab itu, banyak-banyaklah berlatih menulis, dan mengembangkan hubungan antar-karakter agar terasa otentik. Juga, jangan pernah menyerah dalam proses penulisan maupun revisi.”
Novel Happily Ever After karya Winna Efendi ini mengisahkan tentang hubungan erat antara ayah dan anak, persahabatan, dan juga percintaan. Percayalah, akhir yang bahagia memang ada, meskipun tidak seperti yang kita duga.