Aku memanggilnya si Kuning. Sesosok perempuan Tionghoa berambut sebahu, dengan wajah rata tanpa mata, hidung, dan mulut, hanya lekukan yang terlihat. Biasanya aku akan ketakutan setiap melihat hantu, tapi tidak kali ini. Munglin karena wujudnya yang bagus, atau bisa juga karena dia tidak ada usaha untuk menyerang seperti yang kualami.
Potongan ingatan akan pertemuan dengannya muncul samar-samar. Aku mengingat pernah bermain, berlari dengannya di tengah hujan. Aku juga mengingat dia pernah berjalan bersamaku di koridor rumah lama ketika aku masih kecil.
Keberadaannya mengurangi stres yang kualami. Meski tak banyak bicara, aku tak lagi merasa sendiri. Rasanya sangat miris, menaruh perasaab senang pada teman yang bukan manusia. Kurasa tak apa, jauh lebih baik daripada harus seorang diri menghadapi tekanan ini.
Siapa yang ingin memiliki kemampuan ini jija itu berarti: keluargalu menentang, lingkungan menganggap aneh, kesehatan fisik dan mental turun drastis. Aku hanya ingin mengakhiri malam-malamku yang penuh teror akan kehadiran “mereka” dengan menutup mata batinku. Aku hanya ingin hidup tenang dan bisa tidur.