Dua Sisi Seorang Sri

Dua Sisi Seorang Sri

Kehidupan di ibukota memang selalu menarik perhatian siapapun. Banyak orang tergiur untuk datang ke ibukota untuk mengadu nasib dan mencari penghasilan yang lebih baik. Namun, apa yang terjadi? Tidak semua orang mengalami kesuksesan di ibukota.

Demi membahagiakan anak sematawayangnya, Yuni, Sri Sumiati nekat pergi ke Jakarta untuk mengadu nasib di sana. Dengan harapan yang begitu besar terhadap kehidupan di ibukota, Sri dan Yuni melangkahkan kaki penuh keyakinan. Tawaran Bu Karim—tetangganya yang sudah lebih dulu pindah ke Jakarta—tidak Sri sia-siakan.

Setelah menempuh perjalanan dari sebuah desa di Solo dengan menggunakan jasa kereta api, Sri dan Yuni sampai di stasiun Jakarta. Namun malang benar nasib Sri, saat ia sedang menunjukkan secarik kertas yang berisi alamat Bu Karim kepada tukang bajaj, ada seseorang yang mencuri tasnya.

Sri, Yuni dan tukang bajaj, memang sempat mengejar pencuri itu, meski pada akhirnya si pencuri hilang di antara gang-gang kecil. Tidak hanya itu, tukang bajaj yang katanya mengetahui alamat yang dimaksud Sri, ternyata tega meninggalkan ibu dan anak itu demi pelanggan lain yang berani membayar lebih mahal. Di saat putus asa seperti itu, untung ada seorang bapak yang baik hati memberitahukan alamat itu kepada Sri. Hingga akhirnya Sri sampai di rumah Bu Karim.

Bu Karim adalah seorang pengusaha jamu gendong. Meski masih terbilang kecil-kecilan, Bu Karim sudah memiliki beberapa pegawai jamu gendong. Sri adalah pegawai paling akhir yang menjadi karyawan Bu Karim. Sri termasuk salah satu pegawai jamu gendong yang cepat sekali belajar meracik jamu.

Akhirnya, Sri pun mulai mengelilingi Jakarta sambil menggendong jamu. Sri termasuk orang yang sabar saat ia belum mendapatkan pembeli jamu atau saat ia digoda preman-preman. Namun, ketika ia berhasil mendapatkan uang dari jualannya, ia juga tidak lupa untuk menyisihkan sedikit rezeki yang didapatnya ke dalam kotak amal.

Sayangnya, nahas menghampirinya. Saat ia berhenti sejenak untuk mengeringkan baju yang terkena hujan di sebuah bangunan tua tidak berpenghuni, ada tiga orang preman mabuk yang tega memerkosanya. Hal itu menyebabkan Sri meregang nyawa dan dikuburkan secara tidak layak di dalam bangunan itu.

Arwah Sri kerap kali mengganggu masyarakat. Bahkan sudah merenggut nyawa dua orang mahasiswa yang iseng memecahkan satu biji telur ayam kampung sambil mengucapkan kata “jamuneeee… jamuneee…” dengan lembut hanya karena mereka penasaran dengan keberadaan hantu jamu gendong.

Akankah Sri si hantu jamu gendong merenggut lebih banyak nyawa lagi? Apa gerangan yang membuat arwah Sri menjadi jahat? Temukan jawabannya dalam novel adaptasi GagasMedia berjudul Hantu Jamu Gendong yang ditulis oleh Sellia Kharisma.

Novel adaptasi ini menceritakan bagaimana seseorang yang tadinya baik, penyayang, rajin beribadah, cinta terhadap keluarga, dan sabar bisa menjadi seseorang yang begitu kejam dan pendendam saat ia merasakan ketidakadilan dan kekecewaan terhadap sesuatu. Arwah Sri memang kejam terhadap manusia, tapi sebagai ibu, Sri adalah sosok yang sangat mencintai anaknya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RACUN SANGGA