Filosopi Kopi, Kumpulan Cerpen dan Prosa Satu Dekade

Dewi Lestari, yang kerap hadir dengan nama pena Dee–penulis best seller yang dikenal lewat novel serialnya Supernova, kini menyuguhkan sekumpulan karyanya dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir.

Delapan belas karya dalam bentuk yang bervariasi ini merupakan kumpulan prosanya yang pertama. Tidak hanya menginspirasi, cerita-ceritanya dalam Filosofi Kopi juga cocok untuk menjadi teman saat bersantai minum kopi.

Dewi Lestari, yang kerap hadir dengan nama pena Dee–penulis best seller yang dikenal lewat novel serialnya Supernova, kini menyuguhkan sekumpulan karyanya dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir.

Delapan belas karya dalam bentuk yang bervariasi ini merupakan kumpulan prosanya yang pertama. Tidak hanya menginspirasi, cerita-ceritanya dalam Filosofi Kopi juga cocok untuk menjadi teman saat bersantai minum kopi.

Dee hadir dengan ke-khas-annya. Bahasa yang jernih, bersih, dan memikat. Ia lincah menghubungkan paragraf, peka pada ritme kalimat, dan cerdas memilih kata. Bahasanya sederhana tetapi menyentuh, memesona sekaligus mengejutkan pada titik yang tepat.

"Tidak ruwet bahkan terang benderang; tak berarti tanpa isi yang menjentik kita untuk berpikir. Ada sebuah kata dalam bahasa Inggris, wit, yang mungkin bisa diterjemahkan dengan ungkapan ‘cerkas’. Kumpulan prosa ini menghidupkan yang cerkas dalam sastra Indonesia," tulis Goenawan Mohamad.

Mungkin, ini juga salah satu kelebihan Dee sebagai penulis. Ia peduli ejaan dan mematuhi gramar. Ia tepat menuliskan ‘napas’ dengan ‘p’, ia tak pernah salah untuk membedakan mana ‘di’ yang awalan dan mana pula ‘di’ yang preposisi, dan tidak terkesan ‘sok’ ketika memasukkan bahasa Inggris dalam percakapannya.

Filosofi Kopi adalah anak jiwa yang lain dari Dee, lahir dalam bahasa yang bisa dimengerti bersama. Dee membiarkan ‘Filosofi Kopi’ berbicara, membebaskannya dari format bahasa biner.

Pada Spasi yang dibuatnya di tahun 1998, Dee menulis tentang pentingnya jarak dalam sebuah relasi. Bahwa sebuah hubungan bisa berjalan linear dan berdampingan, jika ia tetap diberi ruang untuk tumbuh sendiri. Begini tulisnya:

Seindah apa pun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tak ada jeda? Dapatkah ia dimengerti jika tak ada spasi?

Bukankah kita baru saja bergerak jika ada jarak?  Dan saling menyayang bila ada ruang? Kasih sayang akan membawa dua orang semakin berdekatan, tapi ia tak ingin mencekik, jadi ulurlah tali itu.

Napas akan melega dengan sepasang paru-paru yang tak dibagi. Darah mengalir deras dengan jantung yang tidak dipakai dua kali. Jiwa tidaklah dibelah, tetapi bersua dengan jiwa lain yang searah. Jadi, jangan lumpuhkan aku dengan mengatasnamakan kasih sayang.

Mari berkelana dengan rapat tapi tak dibebat. Janganlah saling membendung apabila tak ingin tersandung.

Pegang tanganku, tapi jangan terlalu erat, karena aku ingin seiring dan bukan digiring.

Dee mengajak kita menyusuri bentuk-bentuk cinta. Cinta yang bertransformasi. Baik itu cinta antarinsan, cinta pada kopi, atau cintanya kecoak, kisah-kisah dalam kumpulan ini menggambarkan proses transformasi cinta dari sekedar kumpulan emosi menuju sebuah eksistensi. Sebuah pilihan. Jati diri.

Apakah Dee sukses menggambarkannya?

Sukses mungkin memang wujud kesempurnaan dari hidup, tetapi walaupun tak ada yang sempurna, hidup ini indah begini adanya.

Kalau Anda menemukan secarik pesan ini, terselip pada tatakan cangkir kopi yang Anda pesan di kedai kopi, atau dalam lembaran halaman Filosofi Kopi, kami berharap, Anda pun telah menentukan sebuah pilihan.

Apa kata mereka tentang Filosofi Kopi…

Pemaknaan kembali kembali kopi, Buddha, Herman, surat tak terkirimkan, cinta sejenis yang manis, atau apa pun, membuktikan Dee tetap memesona. Kalau kemarin panitia Nobel Sastra masih maju mundur dengan nama Pramoedya, sekarang bisa memaknai kembali, melalui karya-karya ini.[ Arswendo Atmowiloto ]*
Ruang cerpen yang sempit dijadikannya wahana yang intens namun tidak sesak untuk mengungkapkan apa yang tak selalu mampu dikatakan. Lewat refleksi dan monolog interior yang digarap dengan cakap dan jernih, pembaca diajaknya menjelajahi halaman-halaman kecil dalam cerpen yang kini dijadikannya semesta kehidupan.[ Manneke Budiman ]*
Cerpen-cerpen Dee itu persis racikan kopi dari tangan seorang ahli peramu kopi; harum, menyegarkan, dan nikmat. Pahit, tapi sekaligus mengandung manis.[ FX Rudy Gunawan ]*
Dee adalah salah satu penulis yang perlu diperhatikan saat ini. Ekspresinya unik, visinya sering mengagetkan.[ Richard Oh ]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RACUN SANGGA