Setiap hewan memang tidak memiliki akal pikiran, tetapi pasti memiliki perasaan. Sama seperti manusia, jika hewan diperlakukan dengan baik maka ia akan berlaku baik. Begitupun sebaliknya. Seliar apa pun hewan, jika diberikan kebaikan berupa kasih sayang, ia akan berubah.
Setiap hewan memang tidak memiliki akal pikiran, tetapi pasti memiliki perasaan. Sama seperti manusia, jika hewan diperlakukan dengan baik maka ia akan berlaku baik. Begitupun sebaliknya. Seliar apa pun hewan, jika diberikan kebaikan berupa kasih sayang, ia akan berubah.
Black Beauty adalah nama seekor kuda milik Hakim Gordon yang diasuh dengan baik dan penuh kasih sayang. Ia dilatih di istal dan berteman dengan Merrylegs & Ginger, kuda-kuda yang tinggal satu istal dengannya. Baik majikan maupun pengasuhnya, John, sangat membangga-banggakan Black Beauty karena memiliki tubuh yang sempurna, berperangai baik, dan dapat berlari kencang tanpa dipecut terlebih dahulu. Black Beauty juga sangat senang tinggal di tempat itu karena selalu diperlakukan dengan penuh kasih sayang, diberikan makanan lezat, dan sering diajak “ngobrol” oleh John.
Tahun berlalu, majikan Black Beauty sakit keras dan harus pindah. Kuda-kuda di istal pun harus dijual ke pemilik lain. Di sinilah petualangan Black beauty dimulai. Di tempat pemilik yang baru, kehidupannya berubah drastis sampai harus mendapat perlakuan yang buruk dan kasar. Semua itu terpaksa ia tanggung sendiri karena biar bagaimanapun, manusia tetaplah yang berkuasa.
Kisah Black Beauty berbeda dengan kisah White Fang. White Fang adalah nama anjing separuh serigala yang hidup di alam liar. Dengan induk seekor serigala, White Fang kecil mendapatkan kasih sayang seorang ibu, yang menyusui dan memberi makan. Namun seiring pertumbuhannya, ia penasaran ingin mengetahui dunia luar. White Fang kecil pun belajar sendiri bagaimana cara menangkap burung, menghindari musang, sampai berenang di sungai. Alam mengajari White Fang tentang kehidupan liar dan akhirnya ia tumbuh sebagai hewan pembunuh yang ganas.
Perjalanannya berhari-hari mencari makanan terhenti di perkemahan Indian milik Grey Beaver. Di sana White Fang diajarkan menjadi anjing penarik kereta bersama beberapa anjing lainnya. Ia juga selalu diberi makan oleh sang pemilik. Namun, naluri pembunuh tetap ada dalam dirinya, yang membuat ia kerap mencuri makanan dan berkelahi dengan anjing sampai anjing itu mati. Keganasan inilah yang membuat Beauty Smith, membeli White Fang dan menjadikan anjing petarung untuk berjudi. White Fang yang selalu menang, pada akhirnya menyerah di hadapan seekor bulldog. Di saat hampir mati tersebut, Weedon Scott menolongnya dan memberikan kasih sayang penuh, yang selama ini tidak pernah White Fang dapatkan selain dari ibunya.
Kedua kisah ini menceritakan tentang bagaimana hewan mendapatkan cinta dan kasih sayang dari manusia. Dengan sudut pandang bercerita seekor kuda, Anna Sewell memiliki tujuan mulia menulis Black Beauty, yaitu untuk memperkenalkan cara merawat kuda dengan penuh simpati. Sementara, Jack London dalam menulis kisah White Fang, memperlihatkan bagaimana seekor serigala yang ganas dan liar dapat berubah menjadi anjing rumahan yang setia. Kedua penulis ini ingin menyampaikan pesan bahwa hewan memang tidak memiliki akal pikiran, tetapi mereka memiliki perasaan.