Setelah beberapa judul bukunya terbit di berbagai negara, Malaysia, Singapura, dan London, Nuril Basri hadir kembali dengan novel terbarunya yang berjudul Rasa. Penulis yang belakangan lebih banyak berkelana di luar negeri ini sekali lagi ‘mempermainkan’ perasaan pembaca lewat novel terbarunya.
Seperti apa kira-kira novel Rasa ini? Sebelum kamu membacanya, yuk ikuti Tanya Penulis GagasMedia bersama Nuril Basri berikut ini.
Yano_arisandi: Sebagai penulis buku RASA, apakah Kak Nuril punya definisi tentang “rasa” dan apa hubungannya dengan buku yang Kakak tulis?
Nurilkaka: Rasa memiliki banyak sekali arti. Salah satunya saya ambil dari kata “perasa” yang adalah deskripsi dari tokoh utamanya. Maya adalah seorang yang terlalu banyak berpikir dan khawatir akan segala hal. Buat dia, perasaan dirinya dan perasaan orang lain adalah hal yang penting. 🙂
Ngadzimul: Kenapa Kakak menulis buku novel tentang RASA? Lalu, apa yang Kakak rasakan ketika menulisnya?
Nurilkaka: Karena setiap orang memiliki perasaan, itu alasannya. Perasaan yang saya rasakan ketika menuliskannya adalah: ingin buru-buru menyelesaikannya! Haha
Dahrul733: Bagaimana sih rasanya ketika menulis sebuah novel, sebab setiap saya menulis novel itu mesti menangis karena keingat dia?
Nurilkaka: proses menulis memang bisa menguras energi karena menggali kenangan-kenangan ketika kita menuliskan pengalaman pribadi. Itu hal yang wajar. Saya jarang menuliskan pengalaman pribadi sebagai inti cerita dalam novel-novel saya. Kalau ada, mungkin saya akan menangis juga! haha.
Deto_khan: Ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan. 1. Novel Rasa, juga diterbitkan di Malaysia, adakah perbedaan mencolok antara versi Indonesia dan Malaysia, mengingat pembendaharaan Bahasa Indonesia dan Melayu memiliki banyak kesamaan namun sering berbeda arti. Jadi, novel Rasa awalnya ditulis dalam bahasa Indonesia atau Melayu? 2. Rasa seperti apa yang akan Mas Nuril rasakan, saat mendapati novel Rasa hanya berakhir di toko buku. Sebagai pajangan saja atau menjadi timbunan pembaca tanpa dibaca? “Banyaknya buku tak akan pernah sebanding dengan banyaknya waktu” bagaimana Mas Nuril menyikapi teori di atas?
Nurilkaka: Terima kasih pertanyaannya. 1. Karena proses pengeditannya berbeda, ada beberapa adegan yang ada di versi bahasa Malaysia dan tidak ada di versi bahasa Indonesia. Begitupun sebaliknya. (Dua-duanya sama bagus). Saya selalu menulis dengan bahasa Indonesia, kemudian diterjemahkan. Untuk bahasa, memang banyak sekali perbedaan, tetapi karena masih memiliki akar yang sama, ketika membaca kita pasti mengerti maksudnya sama. 2. Saya sudah sangat senang ketika novel yang saya tulis berhasil diterbitkan. Buat saya itu pencapaian yang selalu saya rayakan. Kekhawatiran-kekhawatiran lainnya jarang sekali saya pikirkan. Buat saya yang terpenting adalah terus menulis. Untuk penjualan dan lainnya, itu semua adalah rezeki yang sudah diporsikan Allah Swt.
Celetukanhati: Saya kok tertarik dengan covernya, Kak. Apa hubungan gambar setengah badan itu (kok cuma setengah doang) dengan isi bukunya? Lalu buku Kakak kan beberapa ada yang diterbitkan sampai ke luar negeri, sebenarnya dulu awal nulis kepikiran sampai ke sana nggak, sih? Memang dulu Kakak ingin dikenalnya sebagai penulis yang seperti apa?
Nurilkaka: Untuk cover, makna dibaliknya bisa kamu tanya ke Kak @agungnurnugroho karena dia yang mendesain, bagus kan! Singkatnya, desain tersebut menggambarkan perjalanan tokoh utamanya. Saya tidak pernah bermimpi untuk memiliki karya yang diterjemahkan atau terbit di negara lain. Semuanya terjadi mungkin karena keberuntungan saja (dan juga usaha). Saya ingin dikenal sebagai penulis yang menulis 🙂
Pbookish.id: Terinspirasi dari manakah Kakak untuk menulis novel Rasa ini? Dan apa yang ingin Kakak sampaikan kepada pembaca lewat novel Rasa ini?
Nurilkaka: Berawal dari pertanyaan: “Apa yang harus saya lakukan selanjutnya dan apa yang benar-benar saya cari dalam hidup saya.” lalu cerita itu muncul begitu saja. Saya harap tiap pembaca bisa mengambil pesan-pesan yang berbeda ketika membaca novel ini.
Astrndrn: Kira-kira tokoh siapa di cerita #Rasa yang paling nggak bisa dilupakan sampai sekarang dan kenapa? Lalu, apa sih hambatan Kakak saat menulis cerita ini?
Nurilkaka: Oh, saya menyukai tiap karakter di Rasa. Maya, Oleksii, Maroje, dan Tan. Saya suka Oleksii karena dia lucu dan apa adanya. Haha. Hambatan ketika menuliskan ini adalah kemalasan saya sendiri. Inginnya nonton TV atau main game, haha. Saya kadang juga ragu apakah ceritanya sudah cukup baik. Di novel saya juga menuliskan tentang negara-negara lain dan pekerjaan-pekerjaan menarik yang ada di sana, itu membutuhkan riset yang lumayan banyak supaya reliable. Tetapi ketika selesai, saya senang sekali dengan hasilnya.
Ulul.javanica: Ada cerita apa sehingga tercipta novel RASA? Apa pengalaman pribadi atau yang lain Kak?
Nurilkaka: Untuk setting dari novel, kebetulan saya memang pernah bekerja di kapal pesiar dan tinggal beberapa waktu di London, tetapi alur cerita dan karakter-karakternya adalah fiktif 🙂
Tikaasaf_: Setahuku Kakak sedang naik daun menjadi penulis di berbagai negara seperti Malaysia, Singapura, dan UK. Pastinya prestasi sungguh luar biasa bisa menerbitkan karya sampai ke negara tersebut. Pertanyaan saya adalah, apa hal yang paling sulit saat menerbitkan suatu karya di luar negeri sebelum dan sesudah karya itu jadi? Dan seantusias apa sih orang sana saat tahu ada karya penulis dari luar negeri berada di toko buku negaranya?
Nurilkaka: Bisa diterbitkan di negara-negara tersebut memang sesuatu yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Dan saya sangat bersyukur. Banyak kendala yang harus dihadapi, seperti proses penerjemahan, dll. Tetapi itu pengalaman saya nikmati saja. Komunikasi antarnegara juga lebih gampang karena teknologi sangat membantu. Untuk antusiasme, haha saya pikir kurang lebih sama saja dengan kita sebagai orang Indonesia ketika melihat karya orang luar ada di toko buku. Beberapa ada yang merespons dengan baik, memberikan komentar yang positif, tetapi ada juga yang tidak. Namun itu kan baiknya tidak dimasukkan ke hati. Pendapat orang kan bebas berbeda-beda. ^^
Alphabetcapt: Kesulitan apa yang Kakak rasakan saat membuat tokoh ‘Maya’ sesempurna mungkin dari sudut pandang sedih, senang, jatuh cinta, merasa luka, dan lainnya? Adakah seseorang yang menjadi panutan atau tolak ukur dalam membentuk karakter ‘Maya’ dalam novel RASA?
Nurilkaka: Karakterisasi adalah hal yang sangat penting ketika saya memulai menulis. Awalnya sulit karena Maya adalah seorang perempuan dan saya menceritakannya dari sudut pandang pertama. Namun, saya pikir segala perasaan tidak mengenal batas gender atau usia, dll; kesedihan yang kita rasakan selalu sama, begitu pula kesenangan atau kekecewaaan. Saya pikir semua orang di mana saja, memiliki perasaan yang sama. Yang membedakan adalah reaksi/sikapnya terhadap perasaan tersebut. Maya benar-benar seorang tokoh fiktif yang tercipta sendiri di kepala saya. (Biasanya ada yang menginspirasi, tapi buat Maya, dia datang sendiri di imajinasi). Dan karena saya sudah menulis beberapa novel, saya mencoba membedakan dari satu karakter dan karakter lainnya.
Bagaimana, makin penasaran, kan, untuk membaca kisah Maya? Novel Rasa sudah bisa kamu dapatkan di toko buku langgananmu. Atau, kamu juga bisa mengunduhnya melalui PlayStore.