Salah satu daya tarik membaca novel Persimpangan karya Hasan Aspahani adalah tidak mudah menebak alur cerita. Jika awalnya kamu membayangkan cerita romance, akan salah duga dan hanya bertambah rasa penasaran. Kisah percintaan Habel Rajavani dalam novel ini bukanlah yang utama. Cerita perjalanan menjadi fokus tema utama dalam novel bersampul hitam putih. Yang menarik, adanya selingan puisi. Inilah ciri khas ciri khas kreativitas Hasan Aspahani dalam menjahit kisah.
Novel ini bercerita perjalanan Habel, seorang jurnalis muda yang idealis ber-setting tumbangnya industri pers “cetak” di era digital. Singkatnya, salah satu nilai yang ingin disampaikan oleh penulis, tradisi peliputan mendalam.
Terkait nilai yang disampaikan dalam novel ini, seperti yang disampaikan Hasan dalam sesi tanya penulis bersama pembaca, ia ingin berbicara soal keberanian mengambil keputusan, menghadapi hidup. Ia berpesan, “jangan terhukum oleh perasaan bahwa kitalah orang yang paling malang di dunia ini. Libatkanlah hidupmu dengan banyak orang. Bantulah orang lain karena kadang dengan cara itu kita mengerti siapa diri kita. Novel ini bicara tentang: Go! Apa pun yang terjadi show must go on.”
BACA JUGA Novel Persimpangan; Buah Kecintaan Hasan Aspahani Terhadap Dunia Cerita
Nah, dalam review book tour kali ini mengulas novel Persimpangan. Ada lima blogger yang me-review novel “traveling” ini. Apa saja pendapat mereka mengenai kelebihan dan kekurangan novel ini.
Mari kita mulai dalam blog yang ditulis oleh Azwar. Ia lebih banyak memaparkan kelebihan-kelebihan dari cerita yang dibuat Hasan.
Saya benar-benar puas sama novel ini, ibarat masakan, semua komposisi terbaik digunakan untuk menjadikan novel ini demikian bagus. Tidak hanya sekadar bagus, tapi sangat berkesan bagi pembacanya.
Sementara Dictodeto menyampaikan hal lain tentang Persimpangan.
Kelebihan-kelebihan dari novel ini makin berjaya karena pembangunan karakter yang prima. Mereka tumbuh seiring berjalannya waktu. Memang waktu itu akan terus berjalan, begitu juga kisah Habel, yang akan terus berjalan. Banyaknya tokoh pelengkap yang datang silih berganti, seperti sebuah perjalanan yang memang sering kali menemui banyak orang. Mereka datang dan pergi, kemudian dilupakan. Hanya ada beberapa yang kemudian membekas dalam ingatan. Atau juga menjadi tujuan dari sebuah perjalanan.
Review selanjutnya dari blogyunia, terkait karakter dari tokoh Habel.
Karakter dalam novel cukup kuat. Dan kalau aku boleh bilang, hanya ada tokoh tunggal yang sangat menawan dengan keseharian dan kegiatannya. Ia menganggap orang lain hanya sebagai teman bicara.
Sebagai seorang yang bisa dibilang slow reader, novel ini cukup membuatku terhipnotis. Hanya butuh beberapa jam saja untuk menghabiskannya.
Beda lagi dengan pendapat Delisa Novaria, di akun instagramnya, soal perjalanan Habel yang terkesan spontan dan mengikuti kata hati.
Satu kata yang menggambarkan Habel Rajavani sekarang; Impromptu. Kehilangan pekerjaan sebagai Jurnalis, (terkesan) melakukan perjalanan tanpa persiapan yang matang. Tapi, justru, perjalanannya itu seperti berkontemplasi. Dia memang mengikuti kata hati, berjalan ke mana kaki melangkah. Namun, dia belum sepenuhnya bebas.
Bagaimana guys, penasaran dengan kisah Habel lebih lengkap? Novel perjalanan ini bisa kamu temukan di toko buku Gramedia dan toko buku daring langganan kamu. Yuk, temukan kejutan-kejutan yang lebih seru dalam kisah perjalanan mencari makna.