Saat Gaya Nggak Bisa Dibeli
Pintar, cantik, tenar, dan kaya. Siapa juga yang nggak mau seperti itu?! Semuanya gampang diraih kok. But, Hey. There’s something that money can’t buy. It’s style!
Bagi Adrianna Fernandhita Fauzi, nama Voltaire International School atau VIS memang sudah nggak asing lagi. Mirza—kakaknya, dan Yoza—adiknya pun mengenyam pendidikan di sekolah berstandar internasional itu. Beruntung bagi Mirza, karena dulu, ia bisa meneruskan pendidikan SMA-nya ke sekolah pilihannya sendiri, yaitu Harapan Bangsa. Namun, tidak bagi Ad—sapaan akrab Adrianna. Ia pun tidak kuasa menolak perintah ayah dan ibunya saat menyodorkan sejumlah formulir VIS di hadapannya. Akhirnya, di sinilah Ad berada. Di depan gerbang mewah Voltaire International School.
Hanya ada dua karakter manusia yang bisa masuk ke sekolah ini. Kalo nggak KAYA BANGET, ya PINTER BANGET. That’s all! Hal itu yang membuat Ad merasa malas menghadapi hari pertamanya di VIS—selain memang ia bosan karena sejak TK hingga SMP berada di sana.
Benar saja, nggak lama dari itu—saat Ad sedang mendengarkan pengarahan bersama siswa-siswi baru lainnya—ada trio glossy yang dengan pede-nya lewat di hadapan semua orang. Trio glossy ini memang bukan cewek-cewek sembarangan. They’re all so popular! Mereka adalah Rashida Agashi Pradakso—anak pengusaha terkenal yang sering wara-wiri di televisi, Pradakso. Kedua, Shinna Maessa Wijaya atau May—cewek pindahan dari New York yang pernah jadi Maybelline Girl di usia yang bahkan belum genap 15 tahun. Dan, ketiga, Marion Theroux—anak seorang pejabat Kedutaan Besar di Indonesia.
Jujur, dari dulu, Ad dan kedua sahabatnya di SMP—Lelly dan Nadine yang sekarang bersekolah di Harapan Bangsa—sangat tidak menyukai cewek-cewek seperti Rashi, May, dan Marion. Mereka adalah tipe cewek hedon yang secara fisik dibalut dengan atribut bermerek. Memang sih, prediksi siswa-siswi VIS yang menyebutkan bahwa ketiga cewek itu bakal jadi the-most-popular-clique-ever, benar adanya. Mereka selalu saja menjadi pusat perhatian setiap cowok dan cewek di VIS.
Sayangnya, kebersamaan trio glossy ini nggak bertahan lama. Pertengkaran antara Rashi dengan Marion—yang katanya merebut mantan pacar Rashi—membuat persahabatan mereka bubar jalan. Saat itulah, Ad—yang secara nggak sengaja—mulai memasuki dunia Rashi dan May.
Menurut Rashi, jadi pintar itu gampang—belajar aja yang rajin. Jadi cantik lebih gampang lagi. Dengan semua servis ala Nip/Tuck yang ada sekarang, apa aja mungkin. Kekayaan? Well, hanya karena lahir dari keluarga kaya raya sampai tujuh turunan, bukan berarti kamu lantas punya potensi sebagai pusat perhatian. You can buy Gucci, but you can’t buy style.
Meski awalnya Ad merasa bete, tapi lama-kelamaan ia merasakan ada suatu sensasi yang berbeda dalam dirinya saat ia bersama Rashi dan May. Hmmm… kayaknya, nggak salah untuk mencoba berubah!
Semua itu bisa kamu baca dalam novel Glam Girls; Semua cewek ingin seperti dia, kecuali dirinya sendiri karya Nina Ardianti yang diterbitkan oleh GagasMedia. Membaca novel ini, kamu seolah membaca novel-novel terjemahan yang bahasanya begitu ngalir dan mudah untuk dicerna. Ceritanya pun nggak norak. Bisa diibaratkan, seolah kamu sedang mengikuti cerita Gossip Girls yang pernah tayang di televisi. Walau jelas, semuanya berbeda. Tapi yang pasti, cerita yang ada di dalam novel ini seru banget. Karakter Adrianna yang super cuek dengan keadaan teman-temannya yang tajir ditandingi dengan karakter Rashi yang populer abis, membuat cerita di dalam novel ini menjadi sangat hidup. Penasaran dengan kisah Glam Girls ini? Buruan deh baca novelnya. Sttt… jangan lupa baca cuplikan selanjutnya dari seri Glam Girls ini yah.
Profil penulis:
Nina Ardianti lahir di Jakarta, 3 Februari 1984. Just an ordinary girl—yang menyukai membaca dan menulis fiksi di waktu senggangnya. Glam Girls adalah novel ketiganya setelah Simple Lie dan Lelaki Buaya Darat.
Meet Nina at bidadarimungil.blogspot.com dan iamglam.wordpress.com, atau kamu bisa email di nina.ardianti@gmail.com.