Mengenal Sisi Lain Bali Lewat RDSO
Jumat (29/6) GagasMedia menyelenggarakan talkshow buku Rumah Di Seribu Ombak bersama Erwin Arnada (penulis buku Rumah Di Seribu Ombak), Risyad Aden (pemeran Samihi dalam film RDSO), dan Andiana Suri (pemeran Syamimi).
Acara yang mengambil tempat di panggung utama Pesta Buku Jakarta 2012 ini mengajak para pengunjung untuk mengenal sisi lain pulau Bali melalui sebuah kisah persahabatan antara Samihi dan Yanik.
Kedua sahabat ini memiliki masa lalu yang cukup menyedihkan. Mereka pernah mengalami trauma yang begitu membekas dalam ingatan masing-masing. Namun, kebersamaan mereka ternyata menumbuhkan semangat untuk saling membantu melepaskan diri dari trauma dan rasa takut itu.
Setelah menceritakan sedikit tentang kisah yang melatarbelakangi hadirnya novel dan film Rumah Di Seribu Ombak, Erwin pun menceritakan berbagai kendala yang ia hadapi saat proses pembuatan novelnya itu.
“Novel dibuat pada saat saya di penjara. Kesulitan terbesar yang saya rasakan adalah pada saat riset,” begitu kata Erwin. “Tidak hanya itu, kejadian di novel dan film ini pun sangat sensitif. Pertama, kejadian bom bali. Kedua, kasus pelecehan yang terjadi pada Wayan Manik itu sendiri,” tambahnya.
Sedangkan bagi Risyad dan Suri, kesulitan itu sendiri lebih kepada hal-hal teknis saat syuting film berlangsung.
“Sulitnya itu pada saat harus melakukan adegan dikejar anjing di hutan mangrove,” kata Risyad. “Selain itu, saya juga harus belajar surfing dan berakting nangis. Itu susah sekali,” katanya menambahkan.
Senada dengan Risyad, Suri pun mengungkapkan beberapa kesulitannya saat proses pembuatan film Rumah Di Seribu Ombak.
“Saya merasa kesulitan pada saat harus ngomong bahasa Bali. Dan, saya juga harus melewati adegan dimana saya ditenggelamkan di laut sambil nangis,” kata perempuan berkulit putih ini.
Secara garis besar, novel ini mengisahkan bagaimana dua orang sahabat itu melepaskan diri dari rasa takutnya. Lantas, apa kata Erwin tentang rasa takut itu sendiri?
Bagi mantan pemimpin majalah PlayBoy Indonesia ini, rasa takut bisa datang dari mana saja. “Intinya, selagi kita memiliki rasa percaya diri dan selalu berlindung pada Yang Maha Kuasa, kita bisa mengatasinya,” katanya.
Tidak hanya itu, di acara tersebut Erwin juga mengungkapkan alasan mengapa ia memilih setting di daerah Singaraja. Menurutnya, selama ini Bali selalu identik dengan sisi glamor, padahal sebenarnya tidak semua seperti itu.
“Singaraja itu unik, sedikit kelam, dan salah satu daerah di Bali yang kurang meriah. Banyak anak yang kurang beruntung di sini, khususnya dalam bidang pendidikan dan kesejahteraan,” katanya.
Di akhir acara, para pengunjung berkesempatan untuk mendapatkan tiket nonton film Rumah Di Seribu Ombak yang dibagikan secara cuma-cuma, book signing, dan foto bersama.