Ashra, Mimpi, dan Cerita Tuhan Mati
Ashra Trivurti memiliki kesamaan dengan tokoh Sophie Admunsend dalam novel Sophie’s World—novel filsafat yang memukau banyak orang. Keduanya seusia, dengan bawaan sifat curiosity yang tinggi dan juga cerdas.
Mereka sama-sama terjebak pada pertanyaan seputar kehidupan: "why". Ya, pertanyaan yang membutuhkan argumen-argumen kuat untuk dijawab. Namun, Ashra bukanlah Sophie yang disuguhi surat-surat misterius. Ashra Trivurti adalah gadis keturunan Bali dengan kehidupan yang sarat mimpi-mimpi ganjil. Mimpi-mimpi yang memandunya melihat masa depan. Mimpi-mimpi yang sulit dibedakan dengan kenyataan. Mimpi ketika Ashra sadar bahwa ia berada di alam mimpi dan tak kuasa menolak kehadiran mimpi-mimpi tersebut.
Semisal, saat ia bermimpi mendapati seorang gadis kecil bertopi cokelat yang tiba-tiba lari menyeberang jalan dan mati tertabrak. Ashra sangat terkejut ketika mimpi itu menjelma menjadi kenyataan. Atau soal Marya—teman sekolahnya—yang mati bunuh diri melompat dari atap sekolah. Sebelum kejadian, Ashra sudah melihatnya dalam mimpi dan ia berusaha mencegah. Namun, Marya tetap bunuh diri dan darah merah mewarnai lapangan rumput di sekolahnya.
Ashra bagaikan seorang cenayang atau clairyovant yang bisa melihat kejadian-kejadian di masa depan. Dalam bahasa Jawa disebut weruh sedurunge winarah atau melihat sebelum kejadian. Maka, pertanyaan “benarkah masa depan sudah ditentukan” terus terngiang-ngiang dalam benak dan pikirannya. Namun, pertanyaan itu hanyalah sepenggal kecil pertanyaan soal eksistensi manusia, Prima Causa, waktu, dan lainnya. Ashra terus mencari jawabannya. Ia bagaikan manusia sempurna dalam kurungan pikiran dan kenyataan yang penuh pertentangan.
Dalam labirin mimpi yang membingungkan Ashra, mendapati jawaban yang mengagetkan: ternyata Ashra adalah mimpi itu sendiri. Kisah ini berlanjut hingga Ashra mencoba menemukan jalan menuju “tuhan”. Dari awal hingga mendekati ujung cerita, novel surealis ini cukup mengaduk-aduk rasa penasaran, penuh ketegangan, tragis, dan penuh paradoks.
Kisah Ashra Trivurti ditulis oleh Calvin Michel Sidjaja (21 tahun), dengan judul Jukstaposisi. Dalam novel ini Calvin banyak menyisipkan bahasa-bahasa seperti shaano, oner twaer ividi oshavaad..yang memiliki arti ini benar-benar mimpi buruk. …Aan adadivva adshash ivshaoad Oshavaad (yang membawa mereka bertemu mimpi). Dalam pembagian kisah ini Calvin, menamai bab-bab nya dengan Valshaledi yang berarti dunia, twaanou (kenangan), aveuan (prolog), dan seterusnya.
Kisah yang mengundang misteri dan rasa penasaran ini dijahit dalam buku setebal 274 halaman. Juktaposisi berhasil menempati juara 3 dalam Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2006. Oleh penerbit Gagasmedia novel bersampul hitam ini lalu diterbitkan.
Bagaimana kelanjutan cerita tuhan mati ini? Mungkin kamu perlu menarik napas sebelum menyimak kisah di ruang yang berbau spiritual dan surealis ini. Yang pasti Calvin, menuliskan ceritanya dengan lancar dan mengalir. Novel ini ditulis oleh seorang anak muda penggemar mitologi, psikologi Jung, dan linguistik.